Bimbingan Ibadah Untuk Jemaah Haji Akan Terus Ditingkatkan
“Dalam satu kelompok terbang, dengan jumlah jemaah sekitar empat ratus orang, hanya ada satu orang Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI),”
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perbaikan layanan penyelenggaraan ibadah haji 1440H/2019M yang dilakukan Kementerian Agama tidak hanya sebatas pada segi layanan fisik seperti fasilitas akomodasi, transportasi maupun konsumsi saja.
Pada tahun ini, Kemenag menerapkan sejumlah langkah guna melakukan peningkatan kualitas layanan bimbingan ibadah bagi jemaah haji. Hal ini diungkapkan Kasubdit Bimbingan Jemaah Kemenag Arsyad Hidayat, di Jakarta.
Menurut Arsyad, saat ini ironi di masyarakat banyak yang berasumsi kenaikan angka jemaah haji tidak sebanding dengan peningkatan kesalehan sosial.
Fakta juga menunjukkan kecenderungan jemaah haji yang masih mengabaikan hal-hal ibadah ketika berada di tanah suci.
“Ini yang kemudian menjadi perhatian Kemenag sehingga kita melakukan beberapa langkah dalam perbaikan bimbingan jemaah,” ujar Arsyad.
Pertama, pada tahun ini Kemenag akan melakukan optimalisasi fungsi Ketua Rombongan (Karom) dan Kepala Regu (Karu) dalam satu kelompok terbang.
Arsyad mengakui saat ini kuota pembimbing ibadah haji yang dimiliki Kemenag masih sangat terbatas, sehingga tidak sedikit jemaah haji yang tidak dapat menyempurnakan ibadah hajinya karena keterbatasan pengetahuan dan takut tertinggal rombongannya.
“Dalam satu kelompok terbang, dengan jumlah jemaah sekitar empat ratus orang, hanya ada satu orang Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI),” ujarnya.
Melihat kondisi saat ini, pihaknya berharap akan meningkatkan pelayanan bimbingan dengan pemantapan manasik haji kepada jemaah yang berjumlah 12 – 45 orang dengan memberdayakan perangkat Regu dan Rombongan.
Dengan mengoptimalkan fungsi Karu dan Karom, pelaksanaan ibadah masing-masing jemaah haji dapat dimonitoring secara melekat.
Selain itu untuk jemaah lansia, sakit dan risiko tinggi (risti) juga akan diberikan kemudahan dalam beribadah hajinya.
“Monitoring secara melekat terhadap pelaksanaan ibadah masing-masing jemaah haji serta pengenalan dan ajakan kepada jemaah lansia, sakit dan risti untuk menggunakan kemudahan dalam beribadah haji,” jelasnya.
Arsyad meminta, Karu dan karom dapat menjadi perpajang tangan dari petugas kloter dengan meneruskan informasi yang didapatkan dari petugas kloter agar langsung disampaikan kepada jemaah hajinya.
“Meneruskan Informasi dari Petugas Kloter untuk disampaikan kepada Jemaahnya,” tuturnya.
Saat berada di hotel, Arsyad juga meminta agar Karu dan Karom dapat membuka layanan konsultasi manasik yang bekerjasama dengan ketua rombongan atau pembimbing ibadah haji (TPIHI).
Kedua, tahun ini Kemenag juga akan mengembangkan sistem pelaporan pelaksanaan bimbingan ibadah berbasis android. Menurut Arsyad, pelaporan berbasis android ini akan mempermudah dan mempercepat laporan dari petugas pembimbing ibadah haji kloter kepada Daerah Kerja (Daker).
“Dengan aplikasi ini, mudah-mudahan ini juga mempercepat laporan-laporan kita lebih akurat,” kata Arsyad.
Arsyad berpendapat, dengan penggunaan aplikasi android ini, sistem pelaporan bimbingan ibadah setiap jemaah haji dapat dipantau dan diawasi oleh petugas haji.
“Dengan laporan ini, petugas kloter (TPIHI) dapat memantau berapa persen jemaah yang telah menyelesaikan rukun – rukun haji. Ingat, kita juga punya tanggung jawab untuk membimbing jemaah agar menjadi haji mabrur. Langkah awalnya adalah memastikan semua jemaah telah melakukan rukun haji,” ujar Arsyad.
Ketiga, seperti tahun lalu, Kemenag juga akan menurunkan tim Konsultan Ibadah Haji dalam penyelenggaraan ibadah haji 1440H/2019M mendatang. “Konsultan ibadah akan disebar di seluruh sektor karena kita melihat efektifitas tim ini di tahun lalu. Ada tiga orang konsultan ibadah yang ditempatkan di kantor Daker, dan dua orang di masing-masing sektor,” jelasnya.
Tim konsultan ibadah selain bertugas memantau tiap-tiap sektor, mereka juga berkewajiban melakukan halaqah-halaqah bagi jemaah haji. “Kita ingin mengembalikan makna haji seperti para ulama Indonesia masa lalu. Dulu mereka berhaji selain menunaikan ibadah tapi juga menuntut ilmu di Makkah. Kami berharap, sepulangnya jemaah ke tanah air, selain mereka menunaikan seluruh rangkaian haji tapi juga memiliki pengetahuan agama yang lebih baik,” tutup Arsyad.