Mengapa Hoaks soal Audrey Yu Begitu Cepat Menyebar?
"Saya lebih melihatnya orang terpesona kepada kecerdasannya dan pada narasi minoritasnya," kata Damar.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat media sosial dari Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFE Net) Damar Juniarto mengatakan, kasus hoaks Audrey Yu Jia Hui cepat menyebar karena berupa cerita inspiratif yang ditunggu banyak orang.
Damar mengatakan, masyarakat cenderung untuk mudah dan lebih cepat menyebarkan kabar baik yang bersifat bombastis dan inspiratif.
"Orang mudah terpancing dengan cerita-cerita yang bombastis, yang zero to hero, yang inspiratif, itu memang dicari banyak orang. Oleh karena itu menjadi sebab kenapa orang antusias untuk menyebarkan," kata Damar kepada Kompas.com, Selasa (9/7/2019).
Damar menilai, kabar baik dan inspiratif dari sosok Audrey itu ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang selama ini jenuh dengan berita-berita yang sifatnya negatif.
Baca: Fakta & Hoaks Tentang Audrey Yu Jian Hui, dari Bekerja di Nasa Hingga Tawaran Jokowi
Sosok Audrey yang berasal dari kelompok minoritas, kata Damar, juga menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat senang menyebarkan kabar tersebut tanpa memverifikasinya terlebih dahulu.
"Orang Indonesia itu jenuh, perlu inspirasi, perlu cerita yang inspiratif. Kemudian begitu ada cerita yang melambungkan nama sedikit kemudian dianggap kebenaran tanpa dicek keseluruhannya," ujar Damar.
Sementara itu, Damar berpendapat dibawanya nama Presiden Joko Widodo dalam kabar hoaks yang beredar tidak begitu berpengaruh pada masifnya penyebaran kabar tentang Audrey.
"Saya lebih melihatnya orang terpesona kepada kecerdasannya dan pada narasi minoritasnya," kata Damar.
Diketahui, kabar mengenai Audrey Yu Jia Hui beredar luas dalam beberapa hari terakhir.
Narasi yang beredar, Audrey merupakan warga Indonesia yang bekerja di NASA dengan gaji Rp 200 juta per bulan.
Kabar itu juga menyebutkan Audrey Yu bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat KTT G20 di Jepang lalu ditawari pekerjaan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Kenyataannya, Jokowi rupanya tak bertemu dengan Audrey saat mengikuti KTT G20, apalagi menawari jabatan di BPPT.
Hal itu dikonfirmasi oleh Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengikuti lawatan Jokowi.
Orangtua Audrey, Budi Loekito, juga mengklarifikasi kabar yang beredar melalui Bentang Pustaka, perusahaan yang menerbitkan buku karya Audrey. Berikut ini bunyi klarifikasi yang disampaikan keluarga Audrey.
"Dengan hormat, Bersama ini, saya Budi Loekito (orangtuanya Audrey) bermaksud memberikan klarifikasi sebagai berikut:
1. Audrey tidak pernah ketemu dengan bapak Presiden Jokowi.
2. Audrey tidak pernah bekerja di NASA.
3. Audrey masih S1 dan sedang mengambil S2/S3 di Amerika. Semoga penjelasan di atas, bisa menjernihkan yang beredar saat ini."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Hoaks soal Audrey Yu Cepat Tersebar? Ini Kata Pengamat Medsos"
Penulis : Ardito Ramadhan