Kepala BPPT: Riau dan Kalbar Sangat Berisiko Terjadi Kekeringan dan Karhutla
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa saat ini BNPB tengah berfokus pada upaya mengatasi kekeringan yang terjadi di darat.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memperoleh tugas untuk mengatasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang rawan terjadi di sejumlah daerah.
Lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ini pun bersinergi dengan sejumlah lembaga lainnya dalam mengatasi fenomena tersebut.
Satu diantaranya bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa saat ini BNPB tengah berfokus pada upaya mengatasi kekeringan yang terjadi di darat.
Sedangkan lembaga yang dipimpinnya akan mengatasi karhutla melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Ada sejumlah daerah yang memiliki potensi tinggi rawan terjadi karhutla, dua diantaranya adalah Riau dan Kalimantan Barat.
Di Riau, potensi kekeringan tersebut mulai muncul dan harus segera diantisipasi.
Baca: Tertangkap karena Sabu, Siapa Ikang Sulung? Begini Sosoknya Jadi Bos Jamal di Preman Pensiun
Baca: Hari Ini, Sidang Gugatan Mulan Jameela Cs atas Gerindra Digelar di PN Jaksel
Baca: Yasmine Wildblood Disebut Istri Galak, Jawaban Istri Abi Yapto Itu Bikin Raffi Ahmad Melongo
"Karena memang itu agak beresiko tinggi di Riau," ujar Hammam, saat ditemui dalam sebuah acara di Bandar Lampung, Lampung, Jumat (19/7/2019).
Sedangkan di Kalimantan Barat, resikonya lebih tinggi karena telah muncul asap.
Sehingga BPPT akan fokus melakukan tugasnya untuk melaksanakan TMC pada sejumlah daerah itu.
"Dan sekarang di Kalimantan Barat bahkan sudah mulai muncul asap," kata Hammam.
Memiliki tugas dalam mengantisipasi karhutla, BPPT pun berharap agar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) segera menyampaikan rincian terkait daerah mana saja di kawasan Sumatra dan Kalimantan yang berpotensi memiliki awan.
Selain itu ia juga meminta BMKG merinci titik-titik mana saja yang berpotensi mengalami kekeringan di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Perlu diketahui, TMC dapat dilakukan jika masih adanya awan.
Awan tersebut merupakan objek untuk penyemaian garam demi memunculkan hujan buatan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.