Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Air Menyusut, Bendungan Pasar Baru Cisadane Siaga Dua Hadapi Kekeringan

Debit air di Bendungan Pasar Baru, Cisadane, Tangerang mengalami penurunan akibat musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi hingga September 2019

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Air Menyusut, Bendungan Pasar Baru Cisadane Siaga Dua Hadapi Kekeringan
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBSWCC), Bambang Hidayah. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Debit air di Bendungan Pasar Baru, Cisadane, Tangerang mengalami penurunan akibat musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi hingga September 2019 mendatang.

Meski begitu, penurunan tersebut belum masuk level kritis.

Demikian disampaikan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBSWCC), Bambang Hidayah.

Di sela-sela kunjungan ke bendungan tersebut, ia menjelaskan, tinggi muka air bendungan saat ini masih di posisi 11,30 meter yakni turun 1,20 meter dari tinggi normal di atas 12,50 meter.

Angka tersebut sudah masuk ke level siaga dua.

Baca: Sejarah Tsunami Besar di Pantai Selatan Jawa Terkuak dari Mitos Ratu Kidul

Baca: Aktivitas Wisata Gunung Tangkuban Parahu Ditutup, Pengelola: Kalau Situasi Normal, Kita Buka

Baca: Lulusan UI Tolak Gaji Rp 8 Juta Viral, Raditya Dika: Enggak Perlu Lah Lo Jelek-jelekin Perusahaannya

Dia mengatakan, level kritis ditetapkan bila tinggi muka air berada di posisi kurang dari 10 meter.

Berita Rekomendasi

Sementara itu, level siaga satu terjadi bila tinggi muka air di bawah 11 meter, siaga dua di bawah 12 meter dan siaga tiga di bawah 12,45 meter.

"Sudah siaga dua, kalau di bawah 10 meter sudah kering sekali. Kita harap meski kurang bisa mempertahankan volume banjir Sungai Cisadane," kata Bambang di lokasi, Jumat (26/7/2019).

Kendati demikian, ia mengatakan 710 hektare luas lahan lima desa yang merupakan daerah irigasi Sungai Cisadane mulai mengalami kekeringan.

Itu sama dengan 3,16 persen dari luas lahan yang diirigasi oleh sungai tersebut sebesar 21.401 hektare.

"Dua tahun lalu dari yang sekarang lebih parah. Kebutuhan untuk tanaman padi, sawah dan daerah-daerah Bogor dampaknya air baku atau air minum. Dari yang bisa dua kali tanam, ini cuma sekali," tutur Bambang.

Bambang mengatakan pihaknya telah menjalankan program Integrated Participatory Development and Management Irrigation Project.

Hal itu dilakukan guna menanggulangi dampak kekeringan.

"Tujuannya untuk intensitas tanam. Saat ini masih dalam tahap proses lelang," katanya.

Lebih panjang

 Fenomena El-Nino diperkirakan akan menyapa Indonesia tahun ini di mana akan menimbulkan kemarau lebih panjang.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB memperingatkan potensi bencana kekeringan yang akan ditimbulkan dari fenomena El-Nino tersebut.

Bahkan fenomena kekeringan menurut BNPB sudah mulai nampak di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Baca: MA Tolak Permohonan Kasasi Prabowo-Sandiaga Terkait Kecurangan Pilpres 2019

Baca: Rahmad Darmawan Masih Mencari Racikan Skuat Terbaik untuk Hadapi Persija

Baca: Persib Bandung Bakal Ciptakan Tren Positif Saat Jamu Kalteng Putra FC kata Robert Alberts

Baca: Prediksi Skor Tira Persikabo vs Persija Liga 1 2019, 5 Pilar Macan Kemayoran Absen

“Kemarau tahun ini diprediksi akan terjadi hingga September, lebih panjang dari biasanya, puncaknya terjadi bulan Agustus, sekarang sudah nampak beberapa wilayah Indonesia mengalami kekeringan,” ujar Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo di Kantor BNPB Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).

Agus mengatakan fenomena El-Nino yang menyapa Indonesia tahun ini masuk dalam kategori lemah.

Ia pun menjelaskan pemerintah sudah menyiapkan sejumlah skenario untuk menghadapi kemarau panjang tahun ini.

BNPB menurut Agus dalam jangka pendek sudah menyiapkan mobil tangki, hidran umum, sumur bor hingga menyiapkan skenario hujan buatan untuk menghadapi kemarau tersebut.

“Sementara jangka menengah BNPB akan mendorong revitalisasi daerah aliran sungai serta danau. Dan dalam jangka panjang BNPB akan mendorong pembangunan waduk, embung, dan pengendalian pengeluaran air tanah,” tegas Agus Wibowo.

Perlu diketahui bahwa Kepala BNPB Doni Monardo telah dipanggil presiden untuk diajak membahas masalah potensi kemarau panjang tahun ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas