Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Meikarta, Mantan Presdir Lippo Cikarang Batal Diperiksa KPK

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) batal memeriksa bekas Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Bartholomeus Toto, Jumat (2/8) ini.

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kasus Meikarta, Mantan Presdir Lippo Cikarang Batal Diperiksa KPK
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Terdakwa Bupati Bekasi nonaktif Neneng Hassanah Yasin menyimak keterangan yang disampaikan para saksi dalam sidang lanjutan perkara suap perizinan proyek Meikarta, di Pengadilan Tipikor Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Rabu (13/3/2019). Sidang kali ini menghadirkan sembilan orang saksi, empat saksi diantaranya eks ajudan bupati EY Taufik, eks Presdir PT Lippo Cikarang Bartholomeus Toto, dan dua anak buahna, Edi Dwi Soesianto dan Satriyadi. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) batal memeriksa bekas Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Bartholomeus Toto, Jumat (2/8/2019) ini.

Sedianya Toto bakal menjalani pemeriksaan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap pengurusan sejumlah perizinan proyek Pembangunan Meikarta milik Lippo Group di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dengan total luas 438 hektare.

"Penyidik diinformasikan bahwa surat belum dterima. Dipanggil kembali Kamis (8/8) minggu depan," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah kepada pewarta, Jumat (2/8/2019).

Diberitakan, KPK menetapkan bekas Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Bartholomeus Toto dan Sekda Pemprov Jabar periode 2015-sekarang Iwa Karniwa sebagai tersangka dalam dua perkara berbeda.

Bartholomeus Toto disangkakan telah memberikan suap terkait dengan dugaan pengurusan perizinan proyek pembangunan Meikarta di Kabupaten Bekasi.

Baca: Jadi Tersangka Suap Meikarta, Iwa: Saya Patuh Pada Proses Hukum

Sedangkan, KPK menetapkan Iwa Karniwa sebagai tersangka penerima suap Rp900 juta terkait dengan pembahasan subtansi Raperda Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Bekasi 2017.

Bartholomeus diduga menyuap Iwa untuk memuluskan aturan mengenai RDTR. Total suap yang diterima oleh Iwa mencapai Rp1 miliar. 

Berita Rekomendasi

Adanya kebutuhan suap disampaikan oleh bekas Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Neneng Rahmi Nurlaili pada April 2017 lalu. 

Didapatkan informasi agar RDTR diproses, maka Neneng Rahmi Nurlaili harus bertemu dengan tersangka Iwa Karniwa. Neneng Rahmi kemudian mendapatkan informasi bahwa tersangka Iwa meminta uang Rp1 miliar untuk penyelesaian proses RDTR di provinsi.

Sementara, Bartholomeus tidak hanya menyuap Neneng Rahmi, namun ia juga memberi duit kepada eks Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin. Total suap yang diberikan untuk Bupati Neneng mencapai Rp10,5 miliar. 

Bartholomeus Toto diduga menyetujui setidaknya 5 kali pemberian tersebut kepada Bupati Neneng, baik dalam bentuk dolar Amerika dan rupiah dengan total Rp10,5 miliar.

Di dalam pusaran kasus rasuah Meikarta, KPK sudah memproses 9 tersangka lainnya.

Dua di antaranya adalah eks Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin dan mantan Direktur Lippo Group Billy Sindoro. 

Eks Bupati Neneng dijatuhi vonis 6 tahun penjara. Sedangkan Billy divonis 3,5 tahun penjara. Kasus ini terungkap dari kegiatan tangkap tangan pada 14 dan 15 Oktober 2018. 

Dari tangkap tangan itu, KPK mengamankan uang SGD90 ribu, Rp513 juta, 2 unit mobil. Selain Neneng dan Billy, tujuh tersangka lainnya juga sudah diproses di Pengadilan Tipikor pada PN Bandung, Jawa Barat.  

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas