Begini Kisah Mati Listik Ibu Kota dan Sekitarnya di 2002 yang Disinggung Jokowi di Kantor PLN
Presiden Joko Widodo, dalam sidak di Kantor PLN kesal kepada PLN yang tak belajar pada kasus mati listrik yang pernah terjadi di tahun 2002.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Tiara Shelavie
Presiden Joko Widodo Singgung Soal Mati Listrik Ibu Kota dan Sekitarnya di 2002
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendatangi kantor PLN pada Senin (5/8/2019) pagi sebagai respon atas mati listrik massal yang terjadi beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Kedatangan Jokowi untuk meminta penjelasan terkait mati listrik yang sempat terjadi di wilayah Jabodetabek.
Presiden Joko Widodo, dalam pernyataannya menyatakan kekesalannya kepada PLN yang tak belajar pada kasus mati listrik yang pernah terjadi di tahun 2002.
"Pernah kejadian pada 2002 di Jawa dan Bali. Mestinya itu bisa jadi pelajaran bersama, Jangan sampai kejadian yang pernah terjadi, kembali terjadi lagi," kata Jokowi, di kantor pusat PLN, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Saat itu, wilayah yang terdampak juga serupa, yaitu DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Banten.
Baca: Listrik Padam, Ketua DPR: Kita Pernah Alami Tahun 2002
Baca: Mobil Pintar Ini Bisa Jadi Penolong Saat di Rumah Mati Listrik
Dikutip dari Kompas.com, di 2002 pemadaman aliran listrik terjadi pada Kamis malam dan Jumat, 12-13 September.
Diketahui, kejadian padamnya listrik di 2002, berawal dari hubungan pendek di Gardu Induk Tegangan Ekstra (GITET) Cibinong menyebabkan rusaknya transmisi ke arah Bekasi, Cawang, serta Gandul.
Kemudian, pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling juga tidak dapat masuk.
Awalnya beban diambli alih dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (OLTGU) Muarakarang dan PLTGU Tanjung Priok.
Akan tetapi, adanya kelebihan beban membuat kedua PLTGU itu berfungsi dengan isolasi.
Hal ini mengakibatkan GITET 500 kV di Suralaya, Clegon, Gandul, Cibinong, Cawang, Bekasi, dan Kembangan padam. Adapun total beban yang padam sekitar 2.500 MW hingga dialami 3 juta pelanggan.
Akibat dari peristiwa pemadaman arus listrik tersebut, sejumlah transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) mengalami keterlambatan, serta mesin-mesin anjungan tunai mandiri (ATM) juga mengalami error.
Bahkan, diberitakan di harian Kompas, tanggal 14 September 2002, pemadaman listrik tersebut berakibat terjadinya kebakaran.
Sejumlah kasus kebakaran terjadi mulai Kamis pagi hingga Jumat dinihari, 12-13 September 2002.
Baca: Beri Penjelasan Panjang Soal Mati Listrik, Dirut PLN Disemprot Jokowi: Ibu Pinter, Apa Tak Dihitung?
Baca: Mati Listrik di Jabodetabek dan Berpengaruh pada KRL, Begini Penjelasan PLN
Sementara itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo mengaku sangat prihatin dengan pemadaman listrik oleh PLN di kawasan Jakarta dan Jawa Barat sejak Minggu (4/8/2019).
Menurutnya gangguan pasokan listrik selama lebih dari 6 jam tersebut membuat aktivitas warga terganggu.
"Saya tidak tahu apakah ini tidak pernah diantisipasi sebelumnya, karena kita pernah mengalami kejadian ini di tahun 2002," kata Ketua DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, (5/8/2019).
"Tentunya kita semua prihatin dan sangat terganggu dengan gangguan ada di tubuh PLN dengan adanya padamnya listrik hampir lebih dari 6 jam akibat dari beberapa pembangkit mengalami kerusakan," ucapnya.
Menurutnya kerugian ekonomi akibat pemadaman listrik tersebut hampir dari Rp 90 miliar.
"Jadi kita minta kepada Plt Dirut PLN yang baru ini untuk menjadi perhatian dan tidak boleh terulang kembali kasus seperti ini," pungkasnya.
Baca: Kualitas Udara Jakarta Membaik Pasca Mati Listrik, Iwan Fals hingga Gus Nadir : Ada Hikmahnya
Baca: Dampak Mati Listrik, KA Jarak Jauh Tertahan Masuk Stasiun
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR RI fraksi Nasdem, Kartubi menyatakan akan memanggil direksi PLN menghadap ke Komisi VII DPR RI pada Selasa (6/8/2019).
Menurutnya, PLN harus menjelaskan kepada masyarakat perihal hasil investigasi kasus terjadinya mati listrik yang dialami sejumlah wilayah tersebut.
"Kita harap hasil investigasi PLN bisa menjawab pertanyaan publik, kok bisanya terjadi pemadaman yang begitu luas dan lama yang sangat merugikan konsumen," ucap Kurtubi kepada Tribunnews.com, Senin (5/8/2019).
(Tribunnews.com/Tio)