Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

6,82 Juta Orang Masih Menganggur, Ini Faktor Pemicunya.

Berdasarkan tingkat pendidikan, lulusan SMK masih menyumbang angka pengangguran tertinggi yaitu 8,63 persen dan D3 (6,89 persen)

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in 6,82 Juta Orang Masih Menganggur, Ini Faktor Pemicunya.
ilustrasi pengangguran 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu masalah krusial di Indonesia saat ini terkait dengan tingkat pengangguran terbuka yang cukup tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun menjadi 5,01 persen pada Februari 2019.

Saat ini, jumlah pengangguran di Indonesia menurut BPS berjumlah 6,82 juta orang.

Berdasarkan tingkat pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menyumbang angka pengangguran tertinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 8,63 persen.

Jumlah tertinggi berikutnya terdapat pada tingkat Diploma I/II/III (6,89 persen).

Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMK dan Diploma I/II/III.

BPS menyatakan, mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,65 persen.

Baca: Daftar 11 Pelatih Pengangguran Paling Beken, Jose Mourinho Salah Satunya

Berita Rekomendasi

Meski demikian, dibanding kondisi tahun lalu, penurunan TPT terjadi pada semua tingkat pendidikan.

Secara keseluruhan, jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding Februari 2018. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.

Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang adalah penduduk bekerja dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur.

Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,29 juta orang, sedangkan pengangguran berkurang 50 ribu orang.

Struktur penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan pada Februari 2019 masih didominasi oleh tiga lapangan pekerjaan utama, yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 29,46 persen; Perdagangan sebesar 18,92 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 14,09 persen.

Menurut peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengakui dalam 20 tahun terakhir memang tingkat pengangguran terbuka saat ini yang terendah.

Baca: Pengakuan Pria Pembunuh Siswi SMK di Tapanuli Utara: Aku Menarik Bajunya Sampai ke Bawah Gitu

“Tetapi, jika dilihat waktu yang lebih panjang, tahun 1997, tingkat pengangguran hanya 4,69 persen," kata Bhima di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Meski demikian, Bhima menjelaskan, sebenarnya angka pengangguran di era Orde Baru pemerintahan Soeharto pernah tercatat hanya sebesar 2,55 persen di 1990 silam.

"Oleh karenanya, parameter tingkat pengangguran terendah itu dapat dilihat tergantung dari berapa jauh perbandingannya. Apakah hanya dalam 20 tahun atau sampai 40 tahun terakhir," katanya.

Mengenai apa saja faktor yang melatarbelakangi sulitnya para pekerja Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan di era digital saat ini, Bhima mengaitkan, antara aspek vokasional dan supply-demand dari industri ketenagakerjaan saat ini.

Dia menjelaskan, di sisi penawaran, ada ketidakcocokan antara kebutuhan dunia kerja dan keahlian yang diasah saat sekolah.

Hal ini terbukti dari besarnya pengangguran sekolah vokasi yang mencapai 11,2 persen di 2018.

"Dari sisi permintaan, sektor utama penyerap tenaga kerja, yaitu pertanian, anjlok. Tahun 2018, penyerapannya minus. Harga komoditas perkebunan yang rendah dan kurangnya insentif buat petani jadi masalah serius," kata Bhima.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas