Dukung Capaian Target 20 Juta Wisatawan, Janji Kampanyekan Indonesia Ramah
Ratusan mahasiswa baru Politeknik Pariwisata Palembang (Poltekpar), Sumatera Selatan, berjanji
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM. PALEMBANG - Ratusan mahasiswa baru Politeknik Pariwisata Palembang (Poltekpar), Sumatera Selatan, berjanji akan mengkampanyekan “Indonesia Ramah” sebagai bentuk dukungan pencapaian target kunjungan 20 juta wisatawan ke Indonesia pada tahun 2019 yang ditetapkan pemerintah.
Sementara itu, Direktur Poltekpar Palembang, DR Zulkifli Harahap, MMPar, CHE menegaskan, Poltekpar Palembang akan menindaklanjuti arahan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang memutuskan Palembang sebagai destinasi Sport Tourism Indonesia. Sebagai tindak lanjut, ada dua hal yang saat ini menjadi fokusnya yaitu pendidikan SDM Pariwisata dan kerjasama antara Poltekpar Palembang dan berbagai pihak terkait baik lokal ataupun nasional bahkan internasional, pemerintah ataupun swasta untuk bersama-sama mewujudkan Palembang sebagai Kota Destinasi Sport Tourism.
Janji kampanye “Indonesia Ramah” tersebut diteriakan 312 mahasiswa baru Poltekpar Palembang dalam acara Pembinaan Sikap Dasar dan Profesi (PSDP) yang diadakan di Kampus Poltekpar Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (09/08/2019). Janji itu merupakan respon terhadap tantangan yang diajukan Alumnus Lemhannas RI PPSA XXI, AM Putut Prabantoro, yang menjadi narasumber dalam kapasitasnya sebagai konsultan komunikasi publik dengan paparannya bertajuk “Pariwisata dan Ketahanan Nasional”.
Menurut Putut Prabantoro, pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menetapkan target kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta. Target ini membutuhkan kerja keras dari semua pelaku industri pariwisata termasuk dunia pendidikannya karena mereka mencetak SDM berkualitas di bidang pariwisata. Meskipun berbeda dalam produk pariwisatanya, semua pelaku industri pariwisata harus menyadari bahwa ada karakter dasar yang harus dimiliki, apalagi bagi bangsa Indonesia yang sudah terlanjur dikenal keramhatamahannya.
“Keramahan Indonesia sebagai bangsa akan memperkaya makan kata-kata Wonderful Indonesia. Masalahnya adalah setelah reformasi dan bahkan belakangan ini, Indonesia bisa dikatakan kehilangan karakter sebagai bangsa yang ramah. Bangsa Indonesia sangat terlihat berubah menjadi bangsa yang mudah sekali tersinggung meski hanya untuk perkara yang sangat remeh sekalipun. Media sosial bukan dimanfaatkan untuk tujua positip masalah menjadi sarana memancing konflik dan kebencian. Dan perubahan ini dilihat masyarakat dunia. Masyarakat dengan mudah tersulut kemarahan atau dalam berkomunikasi tidak santun lagi. Bukan hanya soal agama saja penyebabnya, tetapi juga dipicu oleh faktor lain misalnya perbedaan pilihan politik, dan atau soal perbedaan suku dapat menjadi sumber kemarahan,” jelas Putut Prabantoro.
Kondisi ini jika tidak diperbaiki, menurutnya, dapat memengaruhi industri pariwisata Indonesia. Keramahan itu memang menyangkut bahasa tubuh (body language) yang dapat terbaca secara fisik oleh siapapun. Namun dibalik sikap ramah itu terdapat sikap tolerani, sikap saling menghormati dan tidak membeda-bedakan satu sama lain. Para pelaku usaha pariwisata harus memahami dan sekaligus menghormati para wisatawan mancanegara itu memiliki berbagai latar belakang baik budaya, bahasa ataupun warna kulit.
“Bagaimana pariwisata bisa berhasil jika pemahaman kesatuan dalam perbedaan sebagai makna Bhinneka Tunggal Ika, tidak dipahami. Tida ada budaya di mana wisatawan nilai diskriminasi dalam pelayanan terjadi di dunia pariwisata. Seperti misal, dunia Eropa lebih terhormat daripada wisatawan Asia, atau wisatawan Timur tengah lebih diistimewakan dibanding dari Afrika atau juga, adanya perbedaan perilaku untuk wisatawan pribadi dengan yang rombongan. Semua sama.. keramahan merupakan awal dari semuanya.” ujar Putut Prabantoro.
Oleh karena itu, Alumnus Lemhannas PPSA XXI ini mendorong para mahasiswa Poltekpar Palembang secara terbuka berkampanye bagi dirinya sendiri dan rekan-rekan segenerasinya untuk berkampanye “Indonesia Ramah”.
PERSIAPKAN DIRI
Selain menegaskan kembali soal Palembang sebagai destinasi sport tourism, Zulkifli menandaskan mahasiswa pariwisata harus merasa bangga dengan ditransformasikannya pariwisata sebagai primadona ekonomi NASIONAL Indonesia. Secara langsung, transformasi ini akan membuka ribuan lapangan kerja yang artinya membutuhkan SDM berkualitas di dunia pariwisata. Namun demikian, kepada mahasiswa pariwisata diingatkan adanya berbagai ancaman termasuk pengaruh budaya asing yang dapat menghambat kemajuan dunia pariwisata Indonesia karena sebagian masyarakat menganggap budaya asing itu lebih baik dari budaya Indonesia.
“Poltekpar Palembang akan menyesuaikan diri terkait dengan ditetapkannya Palembang sebagai destinasi sport tourism. Ke depannya sudah pasti banyak lapangan kerja yang tersedia dan itu membutuhkan banyak SDM pariwisata yang berkualitas. Tugas Poltekpar Palembang memersiapkan SDM berkualitas yang dituntut oleh industri wisata sport tourism,” tegas Zulkifli Harahap.