Surya Paloh: Indonesia Hari Ini adalah Negara Kapitalis yang Liberal
Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh menyinggung kondisi sosial Indonesia yang menurutnya sebagai negara kapitalis.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh menyinggung kondisi sosial Indonesia yang menurutnya sebagai negara kapitalis.
Hal itu dikatakannya saat memberikan kuliah umum kebangsaan bertajuk 'Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan', di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2019).
Awalnya, Surya Paloh menyebut proses Pemilu yang dikuasai orang-orang yang memiliki sumber keuangan melimpah.
Hingga, ia mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara kapitalis.
Baca: Pakai Seragam Pramuka, Jokowi dan Iriana Hadiri Upacara Peringatan HUT ke-58 Pramuka di Cibubur
Baca: Bocah 8 Tahun Tewas Tersengat Listrik saat Hendak Ambil Layangan di Atap Rumah
Baca: Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam Asal Kendari di RSUD Dr Soetomo, Azila Dipasangi Plat Tulang Dada
"Ketika kita berkompetisi, wani piro. Saya enggak tahu lembaga pengkajian UI ini sudah mengkaji wani piro itu, saya enggak tahu. Praktiknya yang saya tahu money is power, bukan akhlak, bukan kepribadian, bukan attitude, bukan juga ilmu pengetahuan. Above all, money is power," jelasnya.
"Artinya apa, artinya sebenarnya kita ini malu-malu kucing untuk mendeklarasikan Indonesia hari ini adalah negara kapitalis, yang liberal, itulah Indonesia hari ini," sambungnya.
Menurutnya, kini Pancasila hanya sebatas ucapan tanpa dimaknai dan diimplementasikan.
Baca: Ahli Hukum Tata Negara: Kok Ngotot Betul Hidupkan GBHN
Tanpa disadari, kata Surya Paloh, nilai-nilai Pancasila mulai terkikis menuju negara kapitalis.
"Kalau ini memang kita masuk dalam tahapan apa yang dikategorikan negara kapitalis," tegasnya.
Selain itu, menurutnya, dari proses pemilu lalu, menunjukkan bangsa Indonesia terlalu banyak membuat hal-hal negatif.
Dimulai dari pertikaian antar warga hingga politik transaksional para politisi.
"Kita sebagai bangsa yang terlalu banyak membuat energi negatif, kita bertikai satu sama lain. Kita dekat dengan materialistik, kita bersahabat dengan pragmatisme transaksional, kita pakai jubah nilai-nilai religi, tapi kita sebenarnya penuh hipokrasi," katanya.
Radikalisme
Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh melihat tantangan terbesar bangsa kedepan yakni mempertahankan Negara Kesatuan Negara Indonesia (NKRI) dalam sebuah kemajemukan atau pluralisme.
Sebab, menurutnya, kini bermunculan ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Hal itu diungkapkannya saat memberikan kuliah umum kebangsaan bertajuk 'Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan', di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2019).
"Kaum garis keras, radikalisme ada di mana-mana, mulai anak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga profesor, doktor, radikal. Jangan katakan itu tidak ada. Ini tantangan kita bersama," katanya.
Selanjutnya, ia menyinggung kemajemukan yang berpotensi memecah belah bangsa.
Namun, ia tetap meyakini bahwa kemajemukan yang membuat negara Indonesia bersatu dalam naungan ideologi Pancasila.
"Kemajemukan masih jadi andalan negeri ini sudah terjawab. Saya katakan with all my respect paling tidak pada 75 persen," jelasnya.
Sebagai anak bangsa, Surya Paloh berharap NKRI akan terus ada walaupun tantangan bangsa kedepan semakin berat.
"Saya masih harap untuk berjuang agar NKRI tidak boleh berubah, tidak boleh beda dalam hal apa pun juga, tapi dalam satu hal komitmen kita Indonesia," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.