Sri Mulyani Cocoknya Jadi Menteri Apa di Kabinet Baru Jokowi?
Bhima Yudhistira menyebut, Sri Mulyani cocok mengisi posisi Menteri Koordinator Perekonomian pada kabinet Jokowi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani dinilai memiliki kinerja bagus selama periode pertama pemerintahan presiden Joko Widodo.
Sejumlah pihak ingin agar Sri Mulyani dipertahankan sebagai menteri. Lantas, posisi apa yang cocok untuknya?
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut, Sri Mulyani cocok mengisi posisi Menteri Koordinator Perekonomian pada kabinet pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo 2019-2024.
Hal ini menyusul pernyataan Presiden akan mempertahankan beberapa menteri dan atau berganti posisi menempati posisi yang lebih strategis dengan kewenangan lebih luas.
Bila dipertahankan, ia diyakini akan menempati posisi menteri yang lebih strategis di dalam kabinet.
"Soal Sri Mulyani bagusnya di Kemenko Perekonomian," ujar Bhima Yudhistira kepada Kompas.com, Jakarta, Kamis (15/8/2019).
Menurut Bhima, dalam 5 tahun kedepan ekonomi akan hadapi tantangan besar seiring perang dagang antara AS dan China serta masih bergejolaknya harga komoditas.
Sri Mulyani dinilai sosok yang berpengalaman dan memiliki kepemimpinan yang kuat baik nasional maupun global lantaran sempat menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Ia dinilai tidak hanya memahami makro ekonomi, namun juga kebijakan fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi karena sudah menjadi Menkeu 10 tahun dalam dua periode pemerintah yang berbeda.
"Jadi butuh strong leadership di tim ekonomi, khususnya Menko," kata Bhima.
"Tetapi untuk pos Menkeu selanjutnya idealnya tetap diisi oleh menteri berlatar profesional atau birokrat karier yang berpengalaman," sambungnya.
Sebelumnya berdasarkan Katadata Insight Center yang dirilis pada Kamis (25/7/2019), para investor menginginkan tim ekonomi kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin diisi oleh kalangan profesional.
Dua pos menteri yang dinilai wajib diisi profesional yakni Menko Perekonomian dan Menkeu. Para investor tak mau tim ekonomi kabinet Jokowi diisi politisi karena rawan benturan kepentingan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kabinet Baru Jokowi, Sri Mulyani Cocoknya Jadi Menteri Apa?"
Jatah Parpol
Presiden Joko Widodo menyebut kabinet baru akan diisi oleh 55 persen profesional dan 45 persen kader partai politik.
"Iya 55 persen profesional, 45 persen dari partai," kata Jokowi usai menghadiri HUT Pramuka di Bumi Perkemahan Cibubur, Rabu (14/8/2019).
Jokowi pun menegaskan semua pihak harus menerima komposisi tersebut. Termasuk ketua umum dan elite parpol.
Sebab, penyusunan kabinet adalah sepenuhnya hak prerogatif presiden.
"Kamu tahu tidak kabinet itu apa? Kabinet itu hak prerogatif presiden. Menteri itu adalah hak prerogatif presiden," kata Jokowi saat ditanya wartawan apakah parpol bisa menerima komposisi yang telah ditetapkan.
"Kita melihat momentumnya. Mendesak atau tidak mendesak kebutuhan itu. Kita lihat lah. Tapi kalau kita lihat masyarakat menunggu, pasar juga menanti. Sehingga sebetulnya semakin cepat diumumkan semakin baik. Tapi ini masih tetap kita hitung," kata dia.
Baca: Lagi Naik Haji, Anggota DPR Jazilul Fawaid Mangkir dari Pemeriksaan KPK
Baca: Jokowi Beri Sinyal Akan Umumkan Susunan Kabinet di Bulan Oktober Saat Pelantikan Presiden
Diberitakan sebelumnya, Jokowi menyatakan bahwa Kabinet Kerja pada periode mendatang akan diwarnai gabungan menteri dari profesional dan unsur partai politik.
Secara spesifik, Jokowi menyatakan bahwa komposisi menteri dari partai politik memiliki porsi yang sedikit lebih kecil ketimbang kalangan profesional.
"Partai politik bisa mengusulkan, tetapi keputusan tetap di saya. Komposisinya 45 persen," kata Jokowi saat bertemu pemimpin media massa di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Dengan demikian, perbandingan menteri dari kalangan profesional dengan unsur partai politik adalah 55 persen berbanding 45 persen.
Selain mengungkap gambaran komposisi kabinet mendatang, Jokowi juga menegaskan bahwa Jaksa Agung mendatang tidak berasal dari representasi partai politik.
"Tidak dari partai politik," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, dalam sejarahnya Jaksa Agung bisa juga dari luar Kejaksaan Agung.
Meski begitu, dia belum memastikan apakah ini berarti Jaksa Agung akan diisi dari internal Korps Adhyaksa.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Parpol Dapat Jatah 45 Persen di Kabinet, Jokowi: Tak Boleh Menolak"
Komposisi dan Kelompok Muda
Tiga bulan lagi, presiden terpilih dan wakil presiden terpilih bakal dilantik, yakni pada 20 Oktober 2019 mendatang.
Untuk mempersiapkan pemerintahannya nanti, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Kabinet Kerja akan diwarnai gabungan menteri dari profesional dan unsur partai politik (parpol).
Baca: Partai Politik Kuasai 45 Persen Kursi Menteri di Kabinet Jokowi
Secara spesifik, Jokowi menyatakan bahwa komposisi menteri dari partai politik memiliki porsi yang sedikit lebih kecil ketimbang kalangan profesional.
Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu pemimpin media massa di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
"Partai politik bisa mengusulkan, tetapi keputusan tetap di saya. Komposisinya 45 persen," kata Jokowi seperti dilansir dari Kompas.com.
Dengan demikian, perbandingan menteri dari kalangan profesional dengan unsur partai politik adalah 55 persen berbanding 45 persen.
Jaksa Agung bukan dari parpol
Selain mengungkap gambaran komposisi kabinet mendatang, Jokowi juga menegaskan bahwa Jaksa Agung mendatang tidak berasal dari representasi partai politik.
"Tidak dari partai politik," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, dalam sejarahnya Jaksa Agung bisa juga dari luar Kejaksaan Agung.
Meski begitu, dia belum memastikan apakah ini berarti Jaksa Agung akan diisi dari internal Korps Adhyaksa.
Dukungan parlemen Berdasarkan komposisi ini, Jokowi yakin pemerintahan akan berjalan secara efektif.
Apalagi, saat ini Jokowi didukung lebih dari 50 persen partai politik yang ada di parlemen.
Dalam Pemilu Legislatif 2019, partai pendukung Jokowi berhasil mendapatkan perolehan suara sekitar 62,71 persen suara nasional atau 60,3 persen kursi parlemen.
Jumlah dukungan ini lebih besar dibandingkan saat Jokowi menjadi kepala daerah, baik wali kota Solo atau gubernur DKI Jakarta.
"Dulu waktu saya di Solo, di Jakarta, itu tidak masalah," kata Jokowi.
Adapun 62,71 persen suara nasional atau 60,3 persen suara parlemen itu berdasarkan perhitungan dari partai pengusung dan pendukung Jokowi-Maruf Amin.
Partai itu adalah PDI-P, Partai Nasdem, Partai Golkar, PKB, PPP, Partai Hanura, PKPI, PSI, Partai Perindo, dan PBB.
Menilik komposisi dukungan di parlemen itu, persentase tersebut di luar partai yang bukan pendukung Jokowi-Ma'ruf, seperti Partai Gerindra, PAN, Partai Demokrat, atau PKS.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Jokowi Sebut Komposisi Parpol di Kabinet 45 Persen, Jaksa Agung dari Non-parpol
Jokowi incar menteri dari kalangan muda
Presiden terpilih Joko Widodo (Joko Widodo) mengungkapkan ia sudah memilih menteri berusia muda untuk masuk dalam pemerintahan periode kedua bersama Maruf Amin.
Jokowi mengatakan calon menterti tersebut ada yang berusia dibawah 35 tahun.
Bahkan ada dibawah 30 tahun.
"Mereka berasal dari profesional, bukan partai. Punya pengalaman manajerial yang kuat," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/8/2019), dalam pertemuan dan makan siang bersama sejumlah pimpinan redaksi media massa.
Baca: Meski Terlihat Condong Merapat ke Jokowi, Demokrat Bakal Ditolak? Ini Sinyal Politiknya
Baca: Bila Tidak Berhalangan Prabowo akan Hadiri Pidato Kenegaraan Jokowi di Sidang MPR
Terkait dengan usia muda ini, ketika ditanya apakah mereka berasal dari start up, Jokowi hanya tersenyum.
Ia tidak mengiyakan, tidak juga menampiknya.
Jokowi pun menceritakan, ketika menyaring calon-calon menteri usia muda ini, banyak sekali nama yang masuk.
"Tetapi saya mempertimbangkan kemampuan manajerialnya. Ada yang sangat percaya diri, tapi lemah manajerialnya," ujarnya.
Jokowi melanjutkan, menteri usia muda ini akan duduk di kementerian yang lama, bukan yang baru.
Baca: Perpres Mobil Listrik Sudah Diteken Jokowi Tapi Belum Dipublikasikan, Menperin: Masih di Kemenkumham
Baca: Diteken Jokowi, Menteri Airlangga Sebut Pepres Mobil Listrik Masih di Kemenkumham
"Makanya dibutuhkan manajerial yang kuat," katanya.
Jokowi sebelumnya juga telah mengungkapkan ingin ada anak- anak muda yang menjadi menteri di kabinet periode keduanya.
Menurut Jokowi, ia tak hanya akan mempertimbangkan anak- anak muda yang berasal dari kalangan profesional, tapi juga partai politik.
"Saya minta dari partai juga ada yang muda, ada dari profesional juga," kata Jokowi saat ditanya wartawan di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (12/7/2019)
Jokowi mengaku sudah mempersilakan parpol untuk mengusulkan sebanyak-banyaknya nama calon menteri.
Baca: Gerindra Hormati Sikap Demokrat yang Akan Dukung Jokowi
Baca: Sandhyca Putrie Ajudan Iriana Jokowi Curhat Kaesang Malas Diajak Foto Bareng, Pose Ini Buktinya
Ia berharap ada nama-nama politisi muda dari sejumlah nama yang diusulkan.
"Ya enggak apa-apa, mau minta 10, mau minta 11, mau minta 9, kan enggak apa-apa, wong minta saja," kata dia.
Di sisi lain, Jokowi juga akan mencari anak-anak muda dari kalangan profesional.
Ia juga menilai saat ini banyak anak muda yang hebat di berbagai bidang.
"Kalau enggak ada dari partai, kita cari sendiri dari profesional. Profesional muda kan banyak banget," kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Baca: PDIP Tegaskan Amandemen Terbatas Dukung Kepemimpinan Visioner Jokowi
Baca: Jeritan Hati Putri TKW asal Cianjur: Pak Jokowi Tolong Ibu Saya, Pulangkan Dia dari Arab Saudi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Jokowi Ungkap Ada Menteri Berusia di Bawah 30 Tahun dalam Kabinet Baru
Berikut beberapa tokoh anak muda yang digadang-gadang jadi calon menteri Jokowi.
Ada yang diajukan dari kalangan partai, masyarakat, hingga muncul dalam beberapa bocoran nama menteri.
1. Grace Natalie
Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie dikaitkan sebagai tokoh anak muda yang digadang-gadang sebagai menteri Jokowi.
Terjun di dunia jurnalistik membuat wanita berusia 36 tahun dikenal banyak masyarakat.
Grace Natalie juga berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan beberapa tokoh internasional.
Di antaranya Abhisit Vejjajiva (Perdana Menteri Thailand), Jose Ramos Horta (Presiden Timor Leste), Steve Forbes (CEO Majalah Forbes), dan George Soros.
'Kenyang' di dunia jurnalistik, Grace Natalie lantas menjadi CEO Saiful Mujani Research and Consulting.
Namun pada 2014, ibu dua anak tersebut banting setir dan terjun ke dunia politik.
2. Tsamara Amany Alatas
Selain Grace Natalie, tokoh anak muda di PSI lainnya yang digadang-jadi menteri Jokowi adalah Tsamara Amany Alatas.
Tsamara Amany bergabung dengan PSI sejak 2017 silam dan kini, ia menjabat sebagai Ketua DPP PSI bidang eksternal.
Di usianya yang masih sangat muda, 23 tahun, Tsamara telah mendedikasikan hidupnya dalam bidang politik.
Baca: Kabinet Jokowi Selesai Disusun, Jadwal Pengumuman hingga Ada 2 Kementerian Baru
Namanya mulai dikenal publik ketika tampil sebagai narasumber di berbagai acara di televisi.
Ia juga cukup sering membicarakan isu-isu politik di media sosial dan berdebat dengan tokoh politik senior, seperti Fahri Hamzah.
Pada Pilpres 2019, Tsamara ditunjuk sebagai juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin.
3. Dito Ariotedjo
Nama Dito muncul setelah diajukan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto sebagai satu dari 10 nama calon menteri yang diajukan Golkar dalam acara HUT AMPI ke-41, Jumat (5/7/2019).
"Golkar telah memiliki calon untuk diusulkan masuk kabinet. Salah satunya, Dito Ariotedjo," kata Airlangga, dikutip dari kabargolkar.com.
Usia pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Partai Golkar Bidang Inovasi Sosial Politik itu masih sangat muda: 28 tahun.
Sejak kuliah, Dito yang lahir di Jakarta, 25 September 1990 telah aktif di sejumlah organisasi.
Ia juga menjadi Ketua Pengurus Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Provinsi DKI Jakarta.
Karena kontribusinya di dunia pemuda dan olahraga, Dito dipercaya pemerintah menjadi Ketua Kontingen Indonesia (Chef de Mission) pada Olimpiade Pemuda 2018 di Buenos Aires, Argentina.
4. Nadiem Makarim
Nama baru yang muncul dalam bursa calon menteri Jokowi adalah bos Go-Jek, Nadiem Makarim.
Pria berusia 35 tahun itu disebut sebagai kandidat menteri Jokowi lantaran dinilai memberikan pengaruh besar untuk perekonomian bangsa Indonesia.
Berdasarkan riset terbaru Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Go-Jek telah berkontribusi sebesar Rp 9,9 triliun per tahun kepada perekonomian Indonesia.
Kesuksesan Nadiem Makarim mengelola perusahaan menjadi daya tarik tersendiri di mata publik.
Sosoknya juga telah menjadi banyak panutan orang dalam berbisnis.
5. Angela Tanoesoedibjo
Hal ini berawal dari putri sulung pengusaha media Hary Tanoesoedibjo tersebut bertemu Presiden Jokowi di Istana.
Menurut Sekjen Partai Perindo, Ahmad Rofiq, pertemuan antara Jokowi dengan Angela merupakan sinyal kuat Angela bakal dipinang menjadi menteri di kabinetnya.
"Pertemuan Pak Jokowi dengan Mbak Angela menjadi tanda yang sangat positif untuk Mbak Angela dipinang lebih jauh untuk posisi menteri pada kepemimpinan Pak Jokowi di periode kedua ini," kata Ahmad Rofiq dalam pernyataannya yang diterima Tribunnews, Selasa (2/7/2019) malam.
Dia menjelaskan, Jokowi memang meminta kepada seluruh parpol koalisi untuk mencari menteri dari kalangan muda yang dapat membantunya di kabinet.
Baca: Partai Politik Kuasai 45 Persen Kursi Menteri di Kabinet Jokowi
Hal tersebut, kata Rofiq, menunjukkan, kabinet Jokowi mengapresiasi keberadaan anak muda yang kreatif, punya daya juang tinggi dan jiwa kepemimpinan, sehingga bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda.
"Dari Perindo, saya mengusulkan Mbak Angela Tanoesoedibjo yang memiliki kriteria itu semua," ujarnya.
Selain sebagai Wasekjen DPP Partai Perindo, wanita berusia 32 tahun ini juga merupakan pengusaha muda yang sukses mengikuti jejak sang ayah.
6. Emil Dardak
Satu nama tokoh anak muda yang dikaitkan sebagai calon menteri Jokowi adalah Emil Dardak.
Suami artis Arumi Bachsin tersebut merupakan seorang pengusaha sukses yang memutuskan untuk terjun di dunia politik.
Karier politik pria berusia 35 tahun itu dimulai saat memenangi Pilkada Trenggalek pada 2015.
Bersama M Nur Arifin, Emil Dardak memimpin Kabupaten Trenggalek.
Namun, belum usai masa jabatannya, Emil lantas digandeng Khofifah Indar Parawansa untuk maju dalam Pilgub Jawa Timur.
Kini, Emil Dardak menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Gubernur Khofifah.
7. Prananda Paloh
Nama lain yang muncul dalam bursa calon menteri Jokowi adalah Prananda Paloh.
Mendengar nama belakangnya saja, orang langsung mengaitkan Prananda dengan pemilik Metro TV sekaligus Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh.
Ya, Prananda Paloh merupakan putra Surya Paloh sehingga ia mengikuti jejak sang ayah menjadi politisi.
Laki-laki berusia 30 tahun tersebut menjabat sebagai anggota DPR RI masa periode 2014-2019.
Dikutip dari Tribun Style, Prananda Paloh menjadi wakil dari daerah pemilihan Sumatera Utara I.
Dapil tersebut meliputi Kota Medan, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Serdang Bedagai.
Di kursi DPR RI, Prananda Paloh menempati Komisi I yang menangani bidang pertahanan, intelijen, luar negeri, komunikasi, dan informasi.
Dia juga tergabung dalam Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP).
8. Achmad Zaky
Pendiri sekaligus CEO dari situs e-commerce Bukalapak.com, Achmad Zaky juga muncul dalam daftar nama calon menteri Jokowi.
Di usia yang masih muda, 32 tahun, Achmad Zaky telah menuai kesuksesan yang berkat perusahaan start up yang didirikannya.
Pada pertengahan tahun 2018, majalah Globe Asia mempublikasikan daftar 150 orang terkaya di Indonesia.
Nama Achmad Zaky ada dalam daftar tersebut bersama pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim dan pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya.
Achmad Zaky juga pernah menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya pada 21 Juli 2016 yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Jambi.
Pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 dianggap telah berperan secara aktif memajukan perekonomian pelaku UKM melalui online marketplace.
Pada pertengahan Februari 2019, Achmad Zaky pernah membuat cuitan yang memicu perdebatan dari warganet.
Ia membandingkan anggaran penelitian dan pengembangan beberapa negara dengan anggaran litbang Indonesia.
Selain itu, dia menyebut soal harapan pada 'presiden baru' agar meningkatkan anggaran penelitian tersebut.
9. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memang selalu dikaitkan sebagai satu tokoh muda yang akan mengisi jabatan menteri.
Walau berbeda koalisi saat Pilpres 2019, tapi setelah Pilpres 2019, AHY kerap 'mondar-mandir' di Istana untuk bertemu Jokowi.
Putra sulung Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut saat ini menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019.
Sebelum memutuskan terjun ke dunia politik, AHY berkarier di bidang militer dan memiliki karier yang sangat cemerlang.
Kemampuan militernya begitu mumpuni dilihat dari berbagai prestasi dan penghargaan yang diraihnya.
Beberapa kali suami Annisa Pohan tersebut lulus pendidikan militer dengan membanggakan karena menjadi lulusan terbaik.
Setelah tak lagi di dunia militer, AHY masuk ke dunia politik dan memulai perjalanannya dengan maju Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 bersama Sylviana Murni.
Sayangnya, AHY belum mendapat cukup suara untuk menjadi pemimpin Jakarta.
Terbaru, AHY masuk dalam tokoh yang berpotensi maju sebagai kontestan di Pilpres 2024 versi lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
10. Yuri Kemal Fadlullah Mahendra
Namun di dunia hiburan, dia dikenal sebagai mantan pacar selebriti Nabila Syakieb.
Yuri adalah putra dari politisi kondang yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra.
Pada Pemilu Legislatif 2019, Yuri maju sebagai caleg dengan daerah pemilihan DKI II.