Konten Negatif di Medsos Terkait Penangkapan Mahasiswa Papua Disebut Sebagai Pemicu Kerusuhan
Dedi Prasetyo mengatakan di media sosial banyak beredar konten negatif terkait penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan salah satu penyebab unjuk rasa berujung kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8/2019) akibat terprovokasi konten negatif di media sosial.
Dedi Prasetyo mengatakan di media sosial banyak beredar konten negatif terkait penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.
"Mereka boleh dikatakan cukup terprovokasi dengan konten yang disebarkan oleh akun di medsos terkait peristiwa di Surabaya," ujar Dedi Prasetyo saat menggelar konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (19/8/2019).
Konten yang dibangun di media sosial dan tersebar di antara warga Papua, lanjut Dedi Prasetyo, dapat membangun opini bahwa peristiwa penangkapan mahasiswa Papua adalah bentuk diskriminasi.
Bahkan, termuat praktik rasisme di sana.
Padahal, Dedi Prasetyo memastikan penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya itu sudah selesai secara hukum.
Awalnya, polisi menerima laporan mengenai perusakan bendera merah putih di asrama mahasiswa Papua.
Kemudian polisi memeriksa beberapa mahasiswa yang tinggal di asrama.
Karena tidak menemukan unsur pidana, kepolisian pun melepaskan mereka kembali.
Proses itu merupakan proses yang wajar dalam hukum.
"Peristiwa Surabaya sendiri sudah cukup kondusif dan berhasil diredam dengan baik. Tapi karena hal tersebut disebarkan oleh akun yang tidak bertanggungjawab, membakar atau mengagitasi mereka dan dianggap narasi tersebut adalah diskriminasi," ujar Dedi Prasetyo.
Kepolisian pun berharap warga Papua, baik yang ada di Pulau Papua maupun di penjuru Indonesia dapat menahan diri serta tidak terprovokasi.
Khususnya oleh pesan berantai di media sosial yang membentuk opini tertentu.
"Jangan terprovokasi oleh ulah oknum-oknum tertentu yang memang ingin membuat keruh keadaan," ujar Dedi Prasetyo.
Diberitakan, protes atas penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang, masih berlanjut di Manokwari, Papua Barat, Senin pagi.
Aksi massa ini berunjung anarkis.
Pengunjuk rasa dengan membakar kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Papua Barat di Jalan Siliwangi, Manokwari.
Selain Gedung DPRD, massa juga membakar sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat.
Tidak hanya itu, massa juga melakukan pelemparan terhadap Kapolda Papua Barat dan Pangdam XVIII/Kasuari, yang datang untuk menenangkan massa.
Untuk menghentikan aksi anarkis tersebut, polisi terpaksa menembakan gas air mata.
Dedi Prasetyo memastikan, meski sempat terjadi kerusuhan, namun kepolisian dibantu TNI saat ini sudah berhasil mendinginkan massa di Manokwari.
Polri menerjunkan 7 SSK (Satuan Setingkat Kompi), sementara TNI menerjunkan 2 SKK untuk mengendalikan situasi di Manokwari.
"Untuk situasi, secara umum masih dapat dikendalikan oleh aparat kepolisian, baik Polda Papua Barat serta Polres di sekitar Manokwari bersama-sama TNI. Konsentrasi massa saat ini masih ada di satu titik saja, titik lain berhasil dikendalikan," ujar Dedi Prasetyo. (Devina Halim)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Mabes Polri: Rusuh Manokwari Disebabkan Provokasi di Media Sosial
Pesan Kapolri, kedepankan perdamaian dan cinta kasih
Menanggapi peristiwa Kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Papua Barat, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengajak warga untuk mengedepankan kedamaian dan cinta kasih di Kota Manokwari.
"Saya imbau kepada warga dan adik-adik mahasiswa mari kita jaga kedamaian Kota Manokwari sebagai kota yang religius, agar ada kedamaian dan cinta kasih di Kota Manokwari," ujar Kapolri saat mengunjungi korban serangan terduga teroris di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Senin (19/8/2019).
Baca: Stafsus Presiden Sesalkan Pembakaran Gedung DPRD Papua Barat
Kapolri Jenderal Tito Karnavian kemudian mengungkapkan Manokwari merupakan kota religius dan kota Injil.
"Manokwari yang saya tahu adalah kota Injil, kota yang religius. Di situ ada pulau yang berhadapan dengan Manokwari tempat ajaran Kristiani pertama masuk di Tanah Papua," katanya.
Tito Karnavian sendiri mengaku sangat mengenal warga Papua, karena dia dua tahun bertugas sebagai kapolda Papua.
"Saya tahu betul karakteristik dan kondisi psikologi warga Papua karena saya pernah menjadi bagian dari warga Papua," ujar Tito.
Baca: BERITA TERKINI Penyebab Kerusuhan Manokwari, Gubernur Jatim Minta Maaf hingga Permintaan Massa
Aksi kerusuhan di Papua Barat pecah sejak Senin Pagi.
Massa disebut membakar gedung DPRD dan sejumlah kantor instansi lainnya. Kerusuhan dipicu kejadian di Surabaya dan Malang yang menyebut telah menghina warga Papua. (Kontributor Surabaya, Achmad Faizal)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Manokwari Kota Injil, Kapolri Ajak Warga Jaga Kedamaian dan Cinta Kasih
Tiga polisi terluka
Tiga anggota kepolisian mengalami luka akibat lemparan batu saat kerusuhan di Manokwari, Papua Barat pada Senin (19/8/2019) pagi.
Salah satu korban lemparan batu tersebut adalah Karo Ops Polda Papua Barat Kombes Moch Sagi.
Baca: Rusuh Manokwari, Tiga Polisi Terluka Akibat Lemparan Batu
"Saat ini baru dari aparat kepolisian ada tiga orang korban. Satu karoops kemudian ada dua anggota," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jln Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (19/8/2019).
Baca: Dugaan Pemicu Kerusuhan di Manokwari Papua, Rasisme di Surabaya hingga Spanduk di Semarang
Anggota kepolisian yang terkena lemparan batu tersebut terluka pada saat proses negosiasi antara Wakil Gubernur, Kapolda Papua Barat, Pangdam dengan massa.
"Pada saat proses negosiasi Wakil Gubernur, Pangdam, dan Kapolda ada lemparan batu dari masyarakat," ungkap Dedi.
Baca: Soal Kerusuhan Manokwari, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Minta Maaf & Telepon Gubernur Papua
Sebelumnya dikabarkan aksi demo di Papua sebagai bentuk protes atas insiden pengepungan dan intimidasi terhadap sejumlah mahasiswa di Surabaya dan Malang baru-baru ini.
Sejumlah warga di Manokwari pada Senin pagi waktu setempat turun ke jalan. Sebagian bahkan sampai membakar ban di tengah jalan. Akibatnya, sejumlah ruas jalan di Manokwari dilaporkan lumpuh.
4 Kepala Suku besar temui sesepuh KKSS Papua
Aksi solidaritas atas prekesekusi mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang (Jawa Timur) dan Semarang (Jawa Tengah), menuai aksi solidaritas mahasiswa dan warga di Papua dan Papua Barat.
Di Kota Manokwari, Ibu Kota Provinsi Papua Barat, aksi solidaritas ribuan warga, berujung anarki, penjarahan dan pembakaran sejumlah kantor pemerintah dan pusat perdagangan.
Baca: Gubernur Jatim Khofifah Minta Maaf Ucap Jogo jawa Timur Atas Penyebab Rusuh di Manokwari Papua
Sementara di Jayapura, Ibu kota Provinsi Papua, aksi dilaporkan terkendali.
Sekitar pukul 11.30 WIT, empat Ondo Ati atau Kapala Suku Besar di Papua yang bermukim di Jaya Pura, bertemu dengan sesepuh dan Ketua Dewan Penasihat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Haji Babba Syamsuddin Tumpa (75 tahun) di rumahnya, Jl Gadja Putih, No 54, Jaya Pura.
Mereka yang datang antara lain, Ondo Ati Wamena, Ondo Ati Nabire, Ondo Ati Tobati dan Ondo Ati Enggros, Frans Hamadi.
Kedatangan empat kepala suku besar ini, untuk menegaskan bahwa mereka akan tetap menjaga ketertiban, dan saudara-saudara pendatang yang ada di Papua.
“Tadi baru meninggalkan rumah setelah Salat Lohor tadi. Kita sampaikan saya sudah hampir 50 tahun di Papua, kami disini sejak tahun 1965, seperti yang duku-dulu, kami selalu menghormati warga Papua, dan kenganggapnya saudara. Kami cuma lahir di Bugis, tapi rumah kami sesungguhnya di Papua,” ujar Babba, yang sejak tahun 1983 hingga 2013 menjabat Sebagai Ketua KKSS Irian Jaya, Papua dan Papua Barat.
Babba Haji, demikian sapaan Syamsuddin Tumpa, menyebutkan, melalui jaringan grups sosial media WhatsApp KKSS se-Papua, dia sudah menghimbau para warga untuk tetap tenang, sabar dan tidak melakukan aksi yang bisa memperkeruh keadaan.
Seperti warga Papua dan Papua Barat dan Gubernur Papua Lukas Enembe, dia juga menyayangkan dan ikut prihatin adanya aksi ormas yang melakukan tindak preksekusi di sejumlah kota di Pulau Jawa.
Kepada warga KKSS dia meminta agar para ketua KKSS level kota dan Kabupaten di Papua dan Papua Barat, untuk tetap tabah dan berkorrdinasi dengan aparat keamanan dan pemerintah setempat.
Informasi yang diperoleh Tribun dari Kota Jayapura, aksi solidaritas ratusan warga juga berlangsung aman dan dibawah kendali aparat.
Haji Kamil Aeni (45), warga Jayapura, menggambarkan, sejak pagi tadi, mahasiswa dan warga membaur ke kantor pemerintahan untuk menyampaikan penyesalan atas kekerasan berbau rasisme yang dilakukan oknum ormas di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Di sekitar Pelabuhan Jaya Pura, beberapa kelompok massa yang pawai keliling kota, dikawal aparat.
Mobil truk tanki PDAM Jayapura juga ikut mengawal massa. Dikabarkan, massa mencoba mambakar ban bekas di sejumlah ruas jalan.
Aparat mengkhawatirkan jika aksi bakar ban juga bisa memicu aksi massif dan anarkis seperti yang terjadi di Manokwari.
Wakil Ketua KKSS Papua Barat, Haji Syahruddin Makki kepada Tribun, sekitar pukul 13.00 WIT, melaporkan, jika pusat perdagangan di Kawasan Wosi, Sanggung, Manokwari, dijarah dan dibakar massa yang beringas.
Hingga, sekitar pukul 14.00 WIT, kondisi Kota Manokwari masih mencekam.
Aparat keamanan dari Polri dan TNI, lebih banyak fokus untuk menahan pergerakan ribuan massa ke pemukiman lain, dan kantor pemerintah dan pusat layanan publik.
Aparat berjaga di kantor bank, kantor BUMN, dan pusat ibadah.
Eskalasi kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, hingga Senin (19/8/2019) siang, masih berlanjut.
Suasana di pusat ekonomi, jasa dan perkantoran di kota Dagang terbesar kedua di Papua Barat, setelah Sorong itu, dilaporkan kian mencekam.
Haji Syahruddin Makki (56), warga dan pedagang di Pasar Manokwari, kepada Tribun, pukul 13.00 WIT, melaporkan, massa kian tak terkendali.
“Toko, warung yang ada di pinggir jalan sudah dijarah, lalu banyak yang dibakar,” kata Syahruddin Makki, melalui sambungan telepon selular.
Makki yang juga Wakil Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), mengabarkan, jika para pedagang yang sebagian besar pendatang sudah pasrah.
“KIta tak bisa apa-apa lagi, Pasrah saja. Massa betul-berul marah dengan kejadian di Surabaya dan komentar-komentar nasional,” ujar Makki.
Dia menjelaskan, kini sekitar 3000-an warga KKSS yang beraktivitas di sekitar Pasar Sanggung, di sepanjang Jl Yos Sudarso dan sekitar Gedung DPRD Papua Barat, sudah meninggalkan rumah dan toko mereka.
“Kantor gubernur lama juga sudah dibakar tadi,” ujarnya.
Kondisi mencekam di Manokwari, jelas dia, sudah berlangsung sejak pukul 09.00 wita.
Massa yang kebanyakan warga lokal, sudah turun ke jalan sejak pukul 08.00 WIT.
Mereka berjalan kaki, dan meneriakkan protes atas video viral yang menggambarkan perlakuan ormas dan aparat terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, dan Semarang.
Aparat keamanan dari Polisi, TNI AD dan TNI AL, juga kebanyakan tak bisa berbuat banyak.
Mereka dilaporkan hanya berjaga-jaga jalan akses pemukiman warga, kantor pemerintah, instansi vital, dan pelabuhan.
Tokoh masyarakat KKSS, melalui grup WhatsApp, juga sudah mengimbau warga untuk berkumpul di titik-titik tertentu, yang dijaga aparat.
Baca: Rusuh Manokwari, Tiga Polisi Terluka Akibat Lemparan Batu
Makki juga melaporkan, kini aparat dan warga di daerah transmigrasi di luar Manokwari, juga tegang.
“Tadi laporan dari SP (sentra pemukiman) di luar kota, juga sudah minta bantuan aparat polisi dan TNI,” kata Makki, menggambarkan suasana di daerah transmigran yang berjarak antara 50 km hingga 60 km dari Kota Manokwari.