Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Respon Gubernur Lukas Enembe, GP Ansor Perintahkan Banser Jaga Asrama Mahasiswa Papua

"Saya sampaikan, orang Papua mencintai Gus Dur, Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur, kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu," kata Lukas Enembe

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Respon Gubernur Lukas Enembe, GP Ansor Perintahkan Banser Jaga Asrama Mahasiswa Papua
Tribunnews/JEPRIMA
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan kritis Gubernur Papua Lukas Enembe yang mempertanyakan kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Paranwa tentang tidak dilibatkannya Banser untuk menjaga mahasiswa Papua saat terjadi persekusi di Kota Malang dan Surabaya mendapat respon Ketua Umum GP Anshor, Yaqut Cholil Qoumas.

Yaqut menyatakan pihaknya telah menginstruksikan jajaran Banser untuk menjaga asrama mahasiswa Papua di seluruh Indonesia.

“Hari ini saya sudah perintahkan seluruh kader Banser untuk menjaga asrama-asrama mahasiswa Papua untuk silaturahmi ke mereka dan kalau perlu menjaga asrama-asrama mereka kalau mereka membutuhkan ya. Saya udah instruksikan itu per hari ini,” ujar Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas di Westin Hotel, Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (20/8/2019).

Gus Yaqut mengaku menerima laporan bahwa kader Banser di Surabaya sempat diajak oleh sekelompok ormas untuk mengepung asrama Papua. Namun, Banser menolak untuk ikut terlibat dalam pengepungan tersebut.

Gubernur Papua Lukas Enembe. Nilai Jokowi Kurang Tegas, Gubernur Papua Ancam Tarik Seluruh Mahasiswa Papua Bila Masih Rasis.
Gubernur Papua Lukas Enembe menilai Jokowi kurang tegas menindak pelaku persekusi dan tindakan rasis terhadap mahasiswa Papua. 

“Mereka menolak karena itu bukan jalan perjuangan kami. Makanya kita tolak dan kita tak terlibat sama sekali dalam pengepungan asrama,” kata dia.

Saat menemui ribuan pengunjuk rasa warga Papua memprotes keras aksi persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua yang kuliah di Jawa Timur, di Lapangan Apel Kantor Gubernur Papua, Kota Jayapura, Senin (19/8/2019) sore Gubernur Lukas Enembe memang sempat menyinggung soal pengamanan mahasiswa Papua saat insiden di Malang dan Surabaya terjadi.

Enembe menyatakan, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, telah meneleponnya dan meminta maaf atas aksi yang diterima mahasiswa Papua, di Surabaya pada 16 Agustus 2019.

Situasi di Kabupaten Fakfak Papua Barat saat terjadi kerusuhan dan pembakaran, Rabu (21/8/2019). Kerusuhan dan pembakaran tersebut berlatar belakang peristiwa yang terjadi di Surabaya dan Malang, Jawa Timur. TRIBUNNEWS/HO
Situasi di Kabupaten Fakfak Papua Barat saat terjadi kerusuhan dan pembakaran, Rabu (21/8/2019). Kerusuhan dan pembakaran tersebut berlatar belakang peristiwa yang terjadi di Surabaya dan Malang, Jawa Timur. TRIBUNNEWS/HO (TRIBUN/HO)
Berita Rekomendasi

"Saya sampaikan, orang Papua mencintai Gus Dur, Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur, kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu hanya karena masalah bendera, tidak dibenarkan," kata Enembe, Senin.

Ia mempertanyakan kebijakan Khofifah yang tidak menerjunkan Banser untuk membela mahasiswa Papua yang diserang oleh organisasi kemasyarakatan lainnya.

Sejumlah polisi menggunakan perisai mendobrak dan menjebol pintu pagar Asrama Papua Surabaya di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019).
Sejumlah polisi menggunakan perisai mendobrak dan menjebol pintu pagar Asrama Papua Surabaya di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). (KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN)

"Saya sampaikan kepada Ibu Gubernur, ibu minta maaf bukan mewakili Jawa Timur, ini kelompok tertentu," ujar dia.

Mengenai aksi diskriminasi dan rasis yang diterima mahasiswa Papua, Enembe menyayangkan hal tersebut karena saat ini sudah banyak orang Papua yang bisa membuktikan diri di dunia internasional.

"Saya sudah sampaikan ke pemerintah, orang Papua punya martabat yang tinggi, harga diri yang tinggi," tegasnya.

Massa berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Mimika, Kota Timika, Rabu (21/8/2019). Unjuk rasa tersebut digelar terkait peristiwa yang terjadi di Surabaya dan Malang, Jawa Timur. TRIBUNNEWS/HO/B AMBARIT
Massa berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Mimika, Kota Timika, Rabu (21/8/2019). Unjuk rasa tersebut digelar terkait peristiwa yang terjadi di Surabaya dan Malang, Jawa Timur. TRIBUNNEWS/HO/B AMBARIT (TRIBUN/HO/B AMBARIT)

"Terbukti anak-anak saya sekarang di seluruh dunia, 1.500 orang saya kirim dan mereka berhasil mencapai nilai yang bagus. Kenapa 74 tahun Indonesia merdeka masih ada orang yang berpikiran seperti zaman penjajahan," tutur dia.

Sebelumnya, aksi blokade jalan oleh warga Papua terjadi di sejumlah kota di Papua, antara lain di Kota Manokwari, Senin (19/8/2019) pagi. Mereka memprotes tindakan rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya pekan lalu.

"Saya berterima kasih kepada mahasiswa tidak melakukan anarkistis, tidak boleh terprovokasi. Kita manusia bermartabat," kata Enembe.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas