Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ormas Pro Jokowi (Projo) akan menggelar Rapimnas III yang rencananya akan dilaksanakan pada Sabtu-Minggu tanggal 24 - 25 Agustus 2019 di Hotel Grand Zuri, BSD CITY, Banten.

Acara dengan bertemakan 'Memastikan Masa Depan PROJO' ini rencananya akan di hadiri oleh seluruh Ketua, Sekretaris, Bendahara dari 34 DPD Provinsi seluruh Indonesia. Selain itu juga dihadiri oleh utusan dan Dewan Penasehat PROJO.

Acara ini rencananya akan di gelar tertutup dan terbatas untuk memastikan gerak langkah sejarah Projo ke depan , persiapan Konggres II PROJO dan  Rekomendasi- rekomendasi mengenai masalah strategis kebangsaan ke depan.

Baca: Pria Tega Bunuh Selingkuhannya yang Tagih Uang Ratusan Juta Rupiah & Ancam Laporkan ke Istrinya

Baca: Ternyata, Peminat Lingerie di Kota Ini adalah Wanita Usia 35 hingga 45 Tahun

Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Ambon dan Sekitarnya Hari Ini Jumat 23 Agustus 2019, Mayoritas Berawan

Baca: Video Prada DP Pembunuh & Pemutilasi Vera Oktaria Menangis Pilu Dituntut Seumur Hidup, Ibunda Murka

"Persiapan teknis sudah seratus persen siap seluruhnya dan para peserta sudah mengkonfirmasi kehadirannya. Kami berharap RAPIMNAS III bisa menghasilkan keputusan- keputusan yg strategis ke depan," jelas Ketua Panitia Pelaksana Henri Tobing di Jakarta, Jumat (23/8/2019).

Sementara itu, Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa Projo siap mengawal dan melaksanakan VISI INDONESIA yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berpidato di Acara VISI INDONESIA pada (14/7/2019) di Sentul Bogor.

"Kami memahami kondisi dan tantangan lingkungan strategis  bagi bangsa ini ke depan. Banyak tantangan sekaligus peluang.  Momentum  perubahan  ada di depan mata. Kehendak politik ada. Tinggal bagaimana mengkesekusinya," jelas Budi.

"Presiden Jokowi adalah Pemimpin rakyat tanpa beban masa lalu dan juga diharapkan  tidak meninggalkan beban di masa depan. Karena perubahan hanya bisa dilakukan oleh pemimpin tanpa beban.  Dan  di belahan dunia mana pun,  perubahan hanya bisa terwujud dengan tidak terlalu banyak membawa 'bagasi lama'," pungkas Budi.