BMKG: Asap Pekanbaru Menyentuh Ambang Batas
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan BMKG telah merilis peringatan dini musim kemarau di Indonesia.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Direktorat Jendral Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen KLHK) mengadakan acara konferensi pers 'Penanganan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan', Sabtu (14/9/2019).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan BMKG telah merilis peringatan dini musim kemarau di Indonesia.
"Berdasarkan rapat terbatas di kabinet, kemarau akan menjadi lebih panjang dan puncaknya terjadi di bulan Agustus, dan dampaknya akan terjadi di bulan September" ujar Dwikorita
Berbagai upaya persiapan dan mitigasi dilakukan untuk mencegah awalnya kekeringan, kekurangan air, dan tentunya kebakaran.
"Namun persoalannya adalah, sejak bulan Juli hingga hari ini langit di Indonesia itu bersih, hampir tidak ada awan" ujar Dwikorita.
Baca: Peringatan Dini BMKG Besok Minggu, 15 September 2019: Waspada Gelombang Tinggi dan Kebakaran Hutan
Upaya telah yang disiapkan BNPB sejak Juli untuk membuat hujan buatan bersama Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dikarenakan bibit-bibit awan hampir tidak terlihat.
"Kami menunggu sejak Juli, Agustus itu kesulitan untuk membuat hujan buatan. Tapi belakangan ini sudah mulai muncul bibit2 awan dan terakhir kemarin pukul 22 itu BMKG mendeteksi awan hujan mulai muncul" ujar kepala BMKG.
Kepala BNPB, Doni Monardo mengatakan akibat kemarau panjang di Indonesia ini luas lahan yang terbakar mencapai 238.000 hektar sampai 31 Agustus.
"Paling luas di Riau mencapai 40 ribu hektar" ujarnya
Kebakaran hutan dan lahan gambut menimbulkan asap yang mengganggu kegiatan masyarakat.
Dwikorita mengatakan di banding kalimantan wilayah Sumatra mulai terlihat dampak penyebaran asap.
Menurut data yg dirilis BMKG, Pekanbaru mulai menyentuh ambang batasnya pada tanggal 9 September dan naik di tanggal 13 September 2019
"Tanggal 10 sept mulai lebih dari 150 mikron yaitu sekitar 170 mikron, turun tanggal 11 September, naik lagi 12 sept mencapai diatas sekitar 240 mikron, 13 September mencapai 300 mikron" ujarnya
Hal tersebut berdasarkan angka yg dikumpulkan atau angka akumulasi. Angka dapat berubah setiap harinya tidak selalu naik. Bahkan menurut Kepala BMKG tersebut, trendnya Riau agak turun.
"Kenapa asap banyak di Riau karena angin di selatan Riau bertiup lebih kencang tapi melambat disebelah atas riau. Jadi membawa asap dari selatan. Lebih banyak terbakar itu justru di Jambi, Riau selatan juga. Tapi asapnya berkumpul disana. Tapi di selat malaka anginnya cepat juga, sehingga Riau terisolir" ujar Dwikorita.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.