Sinergi Semua Pihak, Solusi Mengatasi Kebakaran Hutan dan Lahan
Fakta di lapangan, pemerintah daerah yang dapat menjadi ujung tombak dalam pemadaman api sebelum membesar
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Butuh dukungan dari semua pihak untuk kolaborasi antara pemerintah dan daerah.
Instansi pemerintah tidak dapat mengatasi masalah karhutla sendirian, solusinya butuh sinergi semua pihak.
"Karhutla adalah ancaman permanen, maka solusinya juga harus permanen," kata Doni Monardo selaku Kepala BNPB di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang dipandu Karni Ilyas - TV One di Four Seasons, Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (17/9).
Salah satunya sinergi Pentahelix, yakni pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media, dan akademisi.
Fakta di lapangan, pemerintah daerah yang dapat menjadi ujung tombak dalam pemadaman api sebelum membesar.
Selain itu, pola pencegahan lainnya adalah mengetatkan perolehan izin lingkungan, kewenangan yang dimiliki bupati atau kepala daerah.
Di samping itu pemimpin daerah juga wajib melakukan pengawasan, memberikan sanksi atau tindakan administratif bagi yang melanggar.
Baca: Imbas Kebakaran Lahan, Beruang Hutan dan Rusa Kehilangan Habitat
Tidak semua permasalahan pemadaman diserahkan ke pemerintah pusat. Jika Kepala Daerahnya dapat menjadi contoh, elemen dibawahnya pasti juga mengikuti.
Contoh kepimpinan yang peduli dengan lingkungannya adalah Gubernur Jawa Tengah.
Saat kebakaran hutan di Gunung Merbabu, Gubernur Jawa Tengah mau turun tangan ke lapangan.
"Hal ini yang menjadi contoh, untuk aparat terkait dan masyarakat mau ikut berperan aktif memadamkan api" ucap Doni
Motif dari pembakar hutan adalah Land Clearing, karena lebih murah dan 99% karhutla akibat ulah manusia.
Fenomena alam el nino lemah juga yang menyebabkan kemarau panjang sehingga curah hujan sedikit dan api sulit dipadamkan.
"Berdasarkan data yang saya kumpulkan semenjak 6 bulan dilantik. Karhutla disebabkan oleh manusia, 80% lahan terbakar berubah menjadi lahan perkebunan" ungkap Doni.
Baca: Lahan yang Terbakar di Area Gunung Merbabu Meluas Hingga 260 Hektar, Potensi Ganggu Distribusi Air
Indonesia memiliki 14,3 juta hektar perkebunan kelapa sawit.
Doni juga memberikan solusi kedepannya, tidak hanya kelapa sawit yang dapat menguntungkan, tetapi fakta sejarah mencatat hasil rempah-rempah Indonesia lainnya juga menghasilkan.
Sejarah mencatat VOC Belanda, menghasilkan 7,9 Triliun USD.
Salah satunya pohon yang dapat menghasilkan uang lebih banyak seperti pohon Nilam dan Masoya, yang bernilai lebih sebagai bahan dasar parfum merk terkenal.
Pembakar hutan adalah kejahatan yang luar biasa.
Tantangan kedepannya adalah mengubah perilaku masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Selain itu, penegakkan hukum terhadap pembakar.
Adanya kelapa sawit ilegal ditengah hutan lindung yang diutarakan Kordinator Jakalahari.
Pemerintah dan DPR harus bekerjasama mendukung untuk menindak tegas mafia yang menanam pohon sawit ilegal tersebut.
Polri mencatat sudah ada 196 kasus, dengan 218 tersangka perorangan, dan 5 korporasi tersangka di tahun 2019.
Narasumber yang hadir, antara lain :
1. Doni Monardo - Kepala BNPB,
2. Rasio Ridho Sani - Dirjen Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup dan Ketuhanan.
3. Wahyu Perdana - Manajer Kampanye Eksekutif Nasional WALHI
4. Eddy Martono - Ketua bidang Agraris dan Tata Ruang GAPKI.
5. Made Ali - Kordinator Jakalahari.
6. Brigjen Pol. Dedi Prasetyo - Karopenmas Polri.
7. Aboe Bakar Al Habsy - Anggota DPR RI F-PKS Dapil Kalsel.
8. Maruarar Sirait - Anggota DPR RI F-PDI Perjuangan.
9. Fadlizon - Wakil Ketua DPR