Respons Jusuf Kalla Sikapi Kritik Mahathir Terkait Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia
Isu bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi perhatian Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Isu bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi perhatian Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Ia melontarkan kritiknya terkait penanganan yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi bencana tersebut.
Mahathir menilai dunia memang bisa mengkritisi Indonesia, tetapi tidak bisa melakukan tekanan.
Kabut asap dampak dari karhutla di Indonesia sempat menyelimuti wilayah Malaysia.
Masyarakat Malaysia pun mengeluhkan kualitas udara di negararanya memburuk akibat kabut asap.
Mahathir pun membandingkan kasus yang terjadi di Indonesia dengan karhutla di Amazon, Brazil.
Baca: Perkaya Konten Lokal di Video on Demand GoPlay, Gojek akan Produksi Film?
Dikutip dari laman New Strait Times, Jumat (27/9/2019), ia menyampaikan hal itu saat menghadiri dialog 'World Leaders Forum' di Columbia University, New York, Amerika Serikat (AS).
"Presiden Brazil yang baru, tak mempermasalahkan pembakaran hutan untuk pertanian dan tak ada yang bisa menghentikannya, saya pikir sistem tidak mengizinkan kita untuk mencampuri urusan dalam negeri di negara lain," kata Mahathir.
Ia kemyudian membandingkan dengan yang terjadi di Indonesia.
Meski dikritik seperti apapun, karhutla di Indonesia menurutnya akan tetap ada karena peristiwanya terus berulang.
"Anda bisa menyalahkan Indonesia, anda bisa mengkritik mereka, tapi kebakaran itu akan tetap ada," tegas Mahathir.
Baca: Udin Ditemukan Tewas Bersimbah Darah, Tetangga Sebut Tak Ada Suara Gaduh
Pernyataan tersebut merupakan jawabannya atas pertanyaan mengenai sanksi ekonomi yang bisa diterapkan kepada Indonesia.
Menanggapi apa yang disampaikan PM Mahathir, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sedang memimpin delegasi Indonesia dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, AS pun menjawab diplomatis.
Ia menilai seharusnya sebagai negara tetangga, Malaysia bisa membantu memadamkan karhutla.
Baca: Komnas HAM Mengaku Sulit Dapat Data Mahasiswa dan Pelajar yang Diamankan Polda Metro Jaya
Selain itu, Jusuf Kalla juga mengatakan arah angin bukan merupakan kehendak manusia.
Sehingga tidak bisa ditentukan kabut asap dampak karhutla itu akan mengarah ke mana.
Kendati demikian, ia menegaskan Indonesia masih bisa berupaya mandiri dalam menangani bencana tersebut dan upaya itu sudah dilakukan secara optimal.