Saat Menlu Retno Beri Kesaksian tentang Pribadi Presiden Jokowi
Berikut wawancara eksklusif tim Tribunnews Network dengan Retno Marsudi, di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Malvyandie Haryadi
KABINET Kerja Jilid I tak lama lagi akan mengakhiri masa kerjanya.
Pada saat yang bersamaan muncul berbagai kejadian yang kurang mengenakkan, di antaranya kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla), aksi kekerasan di Papua-Papua Barat, dan demonstrasi besar di sejumlah kota yang dilakukan para mahasiswa.
Satu di antara menteri yang mau tak mau terkait dengan kejadian tersebut adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Apalagi karhutla yang terjadi di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan mengakibatkan menurunnya kualitas udara di negara tetangga.
Apa yang telah dilakukan Retno Marsudi di akhir masa jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri Kabinet Kerja Jilid I?
Berikut wawancara eksklusif tim Tribunnews Network dengan Retno Marsudi, di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Tribun: Selama lima tahun menjadi Menteri Luar Negeri RI, apa yang paling berkesan dan mendalam bagi Anda?
Retno Marsudi: Saya sangat mengapresiasi soliditas team work teman-teman di Kementerian Luar Negeri maupun teman-teman yang saat ini sedang bertugas di luar negeri.
Baca: Panglima Kodam XIV Hasanuddin Pastikan Kolonel Hendi Dipenjara 14 Hari Usai Sidang Disiplin
Kalau kita bicara tugas diplomasi, ada yang bertugas di Jakarta dan lebih dari 132 perwakilan di luar negeri.
Saya menilai team work kami sangat solid, komunikasi tanpa batas dan jenjang.
Kultur yang mau dibangun adalah komunikasi tanpa hambatan. Dunia ini begitu cepat.
Misalnya ada satu peristiwa yang harus kita respons. Kalau kita menggunakan cara-cara konvensional, maka keburu basi dan Indonesia belum menyampaikan satu posisi.
Kalau bicara mengenai team work yang ada di kabinet, saya mengatakan team work kita baik. Bahkan sangat baik, menurut pengamatan saya.
Sangat mudah berkomunikasi dengan para menteri dan anggota kabinet yang lain. Responsnya begitu cepat. Dengan Presiden dan Wakil Presiden juga demikian.
Akses komunikasi antara Presiden dan Wakil Presiden dengan para pembantunya benar-benar dibuka. Beliau memberikan trust (kepercayaan) yang sangat besar karena tanpa trust akan sulit bagi kami untuk menunaikan tugas.
Tribun: Selama 5 tahun mendampingi Presiden Jokowi sebagai menteri, Anda pernah mendapat pujian?
Baca: Terduga Teroris Ayah dan Anak yang Ditangkap di Bali Ternyata Bagian dari Jaringan Abu Rara
Retno Marsudi: (Tertawa kecil) Pak Jokowi adalah orang yang dapat mengelola emosi secara baik. Beban beliau begitu banyak itu, namun sangat jarang beliau keliatan marah dan sebagainya.
Demikian juga ketika beliau, katakanlah, sedang happy, beliau dapat mengelolanya.
Kami bisa merasakan energi bahagia itu, karena sudah bersama-sama selama 5 tahun. Kadang-kadang melihat bahasa tubuh beliau, kami paham situasi batinnya.
Tribun: Apakah Presiden sering menyampaikan suasana hatinya melalui gesture?
Retno Marsudi: Ya, kami bisa merasakan, ohhh ini Presiden Jokowi lagi nggak puas, minta ditingkatkan lagi kinerja kami. Jadi kami membaca bahasa tubuhnya Pak Jokowi.
Tribun: Di masa akhir penugasan Anda, ada dua hal yang mendunia. Pertama karhutla dan kekerasan di Papua. Apa yang Anda lakukan sebagai representasi pemerintah RI di dunia internasional terkait hal itu?
Retno Marsudi: Soal karhutla, kami menyampaikan bagaimana dalam dua hingga tahun belakangan ini pemerintah Indonesia berhasil menurunkan tingkat kebakaran hutan secara signifikan dan itu bukan hal yang mudah.
Baca: 8 Tahun Bungkam, Terkuak Kisah Kelam Widy Vierratale: Jadi Korban Kekerasan, Diculik & Dilecehkan
Khusus untuk tahun ini ada aspek musim kemarau berkepanjangan yang menambahkan risiko terhadap kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini juga dialami oleh negara-negara lain pemilik hutan.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kebakaran hutan tahun ini juga sangat luar biasa.
Mengenai masalah Papua, saya ingin menekankan semua negara memberikan dukungan penuh kepada kedaulatan Republik Indonesia.
Semua negara menyampaikan penghormatannya kepada kedaulatan Republik Indonesia atas Papua. Di dalam sidang umum PBB sudah tidak ada yang membahas soal Papua.
Tribun: Soal karhutla, apakah diplomasi untuk menjelaskan hal itu bisa diterima baik oleh negara lain?
Retno Marsudi: Mereka memahami Indonesia sudah berusaha keras. Kalau mereka bertanya, kita jawab. Saya kira mereka paham atas upaya kita, upaya maksimal yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Baca: Terduga Teroris AT Ternyata Telah Menyiapkan Senjata dan Sangkur untuk Amaliyah di Wilayah Bali
Mereka melihat presiden kita sebagai presiden yang berkomitmen tinggi untuk banyak hal, termasuk mengatasi kebakaran hutan.
Tribun: Sempat muncul wacana Kementerian Luar Negeri juga berfungsi menjadi pihak yang 'menjual' Indonesia ke luar negeri terkait investasi dan perdagangan luar negeri. Bagaimana pendapat Anda?
Retno Marsudi: Sebenarnya kami sudah melakukannya sejak lama. Kalau kita melihat, satu prioritas luar negeri kita adalah diplomasi ekonomi.
Di dalam diplomasi ekonomi itu adalah upaya meningkatkan ekspor, menarik investasi, pariwisata, dan kerja sama yang sifatnya pendidikan.
Tribun: Apakah pernah ada keluhan terkait rumitnya proses berivestasi di Indonesia?
Retno Marsudi: Betul itu yang selalu dikeluhkan oleh Presiden. Saat kita sudah promosi, harusnya prosedur di sini (dalam Negeri) lebih friendly terhadap investor. Ini sering disampaikan oleh Presiden.
Baca: Reaksi Uya Kuya Tahu WhatsApp-nya Diblokir Nikita Mirzani, Ada Masalah Apa dengan si Nyai?
Tribun: Apakah diplomat-diplomat kita sering mendapatkan keluhan soal rumitnya birokrasi terkait investasi di Indonesia?
Retno Marsudi: Sering. Sering sekali. (deo/rin)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.