Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putri Pelaku Penusukan Terhadap Wiranto Jalani Program Deradikalisasi

Putri dari terduga teroris Syahrial Alamsyah alias Abu Rara saat ini menjalani program deradikalisasi.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Putri Pelaku Penusukan Terhadap Wiranto Jalani Program Deradikalisasi
Tribunnews.com/Vincentius Jyestha
Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra, saat ditemui selepas acara diskusi di Hotel Cosmo Amarossa, Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2019) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putri dari terduga teroris Syahrial Alamsyah alias Abu Rara saat ini menjalani program deradikalisasi.

Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra mengatakan putri dari pelaku penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto tersebut kini masih berusia 14 tahun.

"Putri dari Abu Rara, inisial RA, 14 tahun. Diikutkan deradikalisasi," ujar Asep, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2019).

Baca: Cerita Mendes Eko Putro Sandjojo Terima Telepon Jokowi Dalam Keadaan Basah Kuyup

Baca: Polisi Sebut Dosen Nonaktif IPB Berencana Ledakan 9 Titik Perekonomian dan Toko Ritel di Jakarta

Baca: Mayat Bangkit Ditemukan di Sungai, Ini Kronologinya

Ia mengatakan program deradikalisasi kepada yang bersangkutan dimaksudkan agar putri Abu Rara kembali sadar bahwa doktrin yang diberikan ayahnya salah.

Karena masih berusia di bawah umur, RA berstatus anak berhadapan dengan hukum (ABH).

"Program tersebut dimaksudkan untuk mengedukasi kembali terhadap doktrin-doktrin yang keliru yang diberikan ayahnya. Diberi kesadaran kembali. Yang bersangkutan masih dalam kategori anak berhadapan dengan hukum," katanya.

Berita Rekomendasi

Suruh anaknya serang polisi

Mabes Polri mengungkap Abu Rara, terduga teroris yang menusuk Menkopolhukam Wiranto ternyata memerintahkan anaknya untuk melancarkan serangan terorisme.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan Abu Rara telah meminta anaknya untuk menyerang aparat kepolisian.

Anak Abu Rara sendiri juga dipersenjatai dengan pisau kunai.

Baca: PPP Ingatkan Gerindra, Demokrat, dan PAN Jangan Bersikap Oposisi Jika Gabung Koalisi Pemerintah

Baca: Pernah Lakukan Kekerasan pada Alyssa Daguise, Al Ghazali Akui Tak Sadar dan Ungkap Hubungannya Kini

Baca: Disebut Mirip Rumah Dinasti Zaman Dulu, Intip Yuk Kediaman Mewah Najwa Shihab yang Jarang Tersorot

"Senjata yang digunakan untuk penyerangan itu ada 3, satu digunakan oleh Abu Rara sendiri, satu digunakan istrinya (FA) dan satu digunakan anaknya. Anaknya menggunakan pisau ini dan sudah diperintahkan oleh Abu Rara untuk melakukan serangan terorisme kepada kepolisian," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2019).

Namun, anak Abu Rara tidak melakukan perintah dari ayahnya.

Pisau yang diduga digunakan pelaku untuk menyerang Menkopolhukam Wiranto
Pisau yang diduga digunakan pelaku untuk menyerang Menkopolhukam Wiranto (Istimewa)

Alasannya, anak Abu Rara yang masih berusia di bawah umur tidak memiliki keberanian.

"Tapi anaknya mengurungkan niatnya karena anaknya tidak berani. Yang berani (untuk melakukan serangan, - red) itu adalah Abu Rara sendiri dan istrinya," kata dia.

Kini, dua pisau yang digunakan Abu Rara dan FA itu tengah diperiksa di Laboratorium Forensik (Labfor) oleh kepolisian.

"Dua pisau yang digunakan abu Rara dan istrinya saat ini lagi diperiksa di Labfor untuk memastikan sampel DNA-nya," katanya.

Teknik memegang senjata

Peristiwa penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto mengagetkan semua pihak.

Serangan terorisme yang dilakukan 10 hari jelang pelantikan Presiden Jokowi tersebut membuktikan sel dan jaringan teroris masih ada.

"Pelaku inisial S alias AR secara ideologi menolak Pancasila dan demokrasi, dan Menkopolhukam dianggap sebagai simbol Thaghut atau setan besar yang wajib diperangi," ujar peneliti terorisme UI Ridlwan Habib di Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Serangan dilakukan dua orang yang mempunyai mental kejam dan nekad.

Baca: Presiden Jokowi Ungkap Kondisi Wiranto yang Menjadi Korban Penusukan, Harus Jalani Operasi

Baca: Air Mata Ammar Zoni Pecah saat Ceritakan Kecantikan Bayinya, Irish Bella: Mukanya Mirip Ammar

"Mereka berpura-pura sebagai warga masyarakat yang menunggu mobil Menkopolhukam mendekat, jarak pelaku saat menunggu hanya 3 meter dari sasaran, ini kelengahan pihak pengamanan setempat, " kata Ridlwan.

Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto
Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto di Alun-Alun Mens, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Dari berbagai video maupun foto yang beredar di media sosial, tampak dua pelaku memang menunggu mobil Wiranto datang.

Keduanya berdiri tepat di samping Kapolsek.

Baca: Ammar Zoni Ceritakan Kondisi Mendiang Bayi Kembar, Tangis Irish Bella Pecah & Ungkap Kesalahannya

"Jarak itu memungkinkan pelaku merangsek dari sudut kiri belakang pak Wiranto, sudut itu kosong karena ajudan menghadap ke kanan, " kata Ridlwan yang juga praktisi beladiri KravMaga tersebut.

Dari cara memegang senjata saat dihunjamkan kepada sasarannya, tampak pelaku cukup terlatih.

"Teroris itu memegang senjatanya dengan teknik reverse grip, atau pegangan terbalik yang mengakibatkan daya hunjaman dua kali lebih kuat dari gaya pegang biasa, " ujar alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.

Ridlwan menilai, informasi kunjungan Wiranto ke desa Menes Pandeglang yang memicu kedua pelaku untuk beraksi.

"Itu jelas tidak spontan, ada niat jahat yang sudah direncanakan, termasuk teknik pelaku menyembunyikan senjata tanpa terdeteksi petugas keamanan setempat, " kata Ridlwan.

Kejadian ini menurutnya merupakan alarm bagi aparat keamanan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan.

Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto 2
Posisi pelaku sebelum aksi penusukan terjadi kepada Menkopolhukam Wiranto di Alun-Alun Mens, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

"Evaluasi prosedur pengamanan VVIP, cek ulang peta simpatisan atau orang orang yang terpapar faham terorisme, dan segera lakukan pencegahan dini, " kata Ridlwan.

Meski begitu Ridlwan berharap serangan teroris terhadap Menkopolhukam Wiranto tidak menimbulkan kepanikan dan ketakutan di masyarakat.

"Tujuan kelompok-kelompok teroris memang ingin menyebarkan rasa takut, saling curiga bahkan konflik antar warga, ini harus dilawan dengan kekompakan semua elemen bangsa, " katanya.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) menjadi korban penusukan di Menes, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Wiranto mengalami dua luka tusuk di tubuh bagian depan.

Bukan hanya Wiranto yang menjadi korban, Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto yang melakukan pengamanan juga mengalami luka tusuk di bagian punggung.

Baca: Gisella Anastasia Cerita Awal Ketemu Wijin, Katakan Hal yang Tak Bisa Diganggu Gugat oleh Sang Pacar

Kemudian, ajudan Wiranto, Fuad, juga mengalami luka tusuk di bagian dada sebelah kiri atas.

Peristiwa penusukan tersebut terjadi di Pintu Gerbang Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten pukul 11.55 WIB.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas