Selfie Bareng, Prabowo Nyempil di Tengah-tengah Megawati dan Puan Maharani
Ketua DPR RI Puan Maharani memberi ucapan selamat pada Prabowo Subianto, yang baru saja dilantik sebagai menteri pertahanan di Kabinet Indonesia Maju
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
Selfie Barang, Prabowo Nyempil di Tengah-tengah Megawati dan Puan Maharani
TRIBUNNEWS.COM - Ketua DPR RI Puan Maharani memberi ucapan selamat pada Prabowo Subianto, yang baru saja dilantik sebagai menteri pertahanan di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Puan mengucapkan selamat pada Prabowo sekaligus mengunggahj foto selfie di akun Instagram pribadinya, @puanmaharaniri.
Tak hanya selfie berdua, ada pula Megawati yang berfoto bersama mereka.
"Selamat bekerja Menteri Pertahanan Republik Indonesia periode 2019 - 2024, untuk Indonesia Maju," tulis Puan dalam keterangan foto.
Baca: Edhy Prabowo Ungkap Awal Dekat dengan Prabowo: Dipecat AKABRI dan Disekolahkan dengan 2 Syarat Ini
Netizen yang melihat postingan ini turut mengucapkan selamat pada sang pejabat yang baru saja dilantik.
Ada pula yang mengagumi keakuran di antara mereka bertiga.
"selamat dan semoga sukses " untuk "Indonesia Maju " tulis @darmawantiyulia.
"Gitu dong pak.. Kan adem lihatnya. Sama sama bekerja buat bangsa ini," tulis @pepi.nabilla.
Netizen lain berkomentar:
@reskiravael: "Begini mau y ,yg akur " aja jangan di persoal kan masa lalu hehehe"
@asti77773: "Persaudaraan yang tak dapat di pisahakan...sukses selalu pak prabowo"
@rezaamanullah3: "Tetap seperti ini indonesiaku .kepentingan negara lebih penting timbang kepentingan pribadi .sejatinya indonesia butuh pemimpin yg selalu mengedepankan merah putih"
Baca: Prabowo Masuk Kabinet, Haris Azhar Singgung Pilpres 2019: Bagus, Semua jadi Tahu kalau Dibohongi
Postingan yang diunggah pada 25 Oktober 2019 sekitar jam 5 sore itu kini telah di-likes lebih dari 32 ribu kali dengan ribuan komentar.
Profil Prabowo Subianto
Meski telah tiga kali gagal namun tekad Prabowo tidak gentar untuk memimpin bangsa Indonesia.
Sebelumnya Prabowo pernah maju di pilpres tahun 2004, 2009, dan 2014, namun gagal.
Seperti apa perjalanannya?
Berikut catatan yang diperoleh dari arsip Harian Kompas dan dokumentasi Kompas.com.
2004
Prabowo maju dalam konvensi calon presiden Partai Golkar. Ia kalah.
Konvensi dimenangkan Wiranto yang kemudian menjadi calon presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahuddin Wahid.
Pada akhirnya, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla yang keluar sebagai pemenang.
2009
Prabowo kembali unjuk gigi. Kali ini ia punya kendaraan sendiri, Partai Gerindra.
Semula Prabowo berniat melenggang bersama Ketua Umum PAN kala itu Soetrisno Bachir yang digandengnya menjadi calon wakil presiden.
Namun, pasangan ini sudah layu sebelum berkembang karena tak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.
Prabowo mengubah haluan dan berlabuh dalam koalisi bersama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden.
Melalui perundingan yang alot, Prabowo akhirnya legawa dipasangkan sebagai calon wakil presiden. Namun, pasangan ini gagal meraih kemenangan.
Pilpres saat itu dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono
2014
Prabowo kembali maju. Kali ini, Partai Gerindra sudah tumbuh lebih besar dibandingkan pada 2009.
Kursi Partai Gerindra meningkat pesat menjadi 73 kursi dari sebelumnya 26 kursi.
Daya tawar Prabowo untuk menjadi calon presiden pun menjadi kuat.
Pada akhirnya, Prabowo pun berhasil menjadi calon presiden dan menggandeng Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa.
Pasangan ini juga didukung oleh Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Partai Persatuan Pembangunan.
Namun, lagi-lagi Prabowo menelan kekalahan.
Pasangan Prabowo-Hatta harus mengakui keunggulan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla menjadi pemenang dengan memperoleh suara sebanyak 53,13 persen.
Sementara pasangan Prabowo-Hatta memperoleh 46,84 persen.
2019
Tahun ini, Prabowo kembali maju dan kembali menantang Jokowi sebagai petahana.
Prabowo menggandeng Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno.
Pasangan ini diusung oleh empat partai, yakni Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKS dan PAN. Prabowo-Sandiaga akan head to head dengan Jokowi yang kali ini menggandeng Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin.
Untuk Pilpres 2019 ini, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dideklarasikan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.
Deklarasi dilakukan di depan kediaman Prabowo di Kertanegara, Jakarta, Kamis (9/8/2018) 23.30 WIB, dikutip dari Kompas.com, Kamis (9/8/2018).
"Pimpinan tiga partai politik, yaitu PKS, PAN, dan Gerindra, telah memutuskan dan memberikan kepercayaan kepada saya, Prabowo Subianto, dan Saudara Sandiaga Uno untuk maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden untuk masa bakti 2019-2024," ujar Prabowo.
Jumpa pers tersebut dihadiri elite Partai Gerindra, PKS, PAN, dan para pendukung.
Tampak hadir Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Presiden PKS Sohibul Iman, dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri.
Pencalonan dirinya dan Sandiaga Uno, selanjutnya akan menjalin sebuah kerja sama pemerintahan sebagai bentuk solusi dan upaya membangun bangsa dan menyejahterakan Indonesia selama lima tahun kedepan.
Secara tegas dan dihadiri para pendukung dan koalisinya Prabowo menyatakan dirinya siap menjadi presiden Indonesia 2019.
"Saya siap dan saya ingin dijadikan alat untuk membantu rakyat Indonesia menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan segelintir rakyat Indonesia seluruh rakyat Indonesia," ujarnya dalam sebuah pidato deklarasi.
Dilansir dari Kompas TV, Rosi, Jumat (5/9/2018), Prabowo sebelumnya mengungkapkan, pilpres ini merupakan keempat kalinya ia ikut.
Indonesia Lebih Baik
Prabowo mengaku ia tetap mencalonkan diri menjadi presiden untuk memperbaiki keadaan Indonesia menjadi lebih baik.
Dalam statementnya, ia juga menepis bahwa ia haus akan kekuasaan.
"Ini hampir 20 tahun, ini saya buktikan bahwa saya tidak haus akan kekuasaan, bahwa saya ingin mendapat kekuasaan karena saya ingin memperbaiki keadaan negara.
Saya paham apa yang terjadi kepada negara, saya dan teman-teman paham. Dan kita sudah utarakan ke rakyat," tutur Prabowo.
Prabowo juga mengatakan ia merasa terpanggil untuk menjalankan kewajiban memberikan sisa hidupnya untuk Indonesia.
"Saya maju karena panggilan, saya merasa saya ingin mendharma baktikan sisa hidup saya untuk republik hidup ini."
Menurutnya, Indonesia kini dipimpin para elit, memiliki sistim ekonomi yang salah.
"Saya merasa ada hal-hal mendasar, kebangsaan ini, dalam bangsa kita, dimana elit kita ini, maaf dengan segala hormat, elit kita telah gagal mengelola negara, dan karena itu, saya masih harus turun ke rakyat, saya sadarkan rakyat, rakyat kita, saya harus menggunggah kesadaran, bahwa sistim ekonomi sekarang salah, keliru," tutur Prabowo Subianto.
Ia juga mengatakan elit politik tersebut termasuk dirinya, namun ia berbeda.
"Ini salah elit Indonesia, saya maskud elit Indonesia ini kelompok pemimpin, berarti termasuk saya sendiri, bedanya saya elit yang sadar, saya elit yang tercerahkan, saya elit yang paham, whats's happening to our country, kita satu-satunya negara yang membiarkan kekayaan kita diambil keluar negeri.
Menurutnya, untuk mengubah keadaan Indonesia ia harus masuk ke dalam kekuasaan eksekutif.
"Karena kalau kita mau memperbaiki keadaan, kalau diluar kekuasaan eksekutif itu sulit, karena itu saya turun ke rakyat, minta mandat dari rakyat, ya walaupun itu saya tau itukan ada tuduhan saya haus kekuasaan, dan saya mengkudeta macam-macam, tapi saya sudah buktikan, 20 tahun saya sudah pensiun, saya terjun kepolitik," ujar Prabowo.
Anak Ketiga
Dilansir wikipedia.com, Prabowo Subianto lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951. Ia merupakan anak ketiga dan putra pertama dari Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar, yang lebih dikenal sebagai Dora Soemitro.
Ayahnya merupakan seorang pakar ekonomi dan politisi Partai Sosialis Indonesia yang pada saat itu baru saja selesai menjabat sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Natsir pada April 1952, tak lama setelah kelahiran Prabowo, Soemitro diangkat kembali sebagai Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo.
Prabowo memiliki dua orang kakak perempuan, Biantiningsih Miderawati dan Maryani Ekowati; dan seorang adik lelaki, Hashim Djojohadikusumo.
Cucu Pendiri BI
Dari keluarga ayahnya, Prabowo merupakan cucu dari Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung yang pertama.
Nama pertamanya diambil dari pamannya, Kapten Soebianto Djojohadikusumo, seorang perwira Tentara Keamanan Rakyat yang gugur pada Pertempuran Lengkong pada Januari 1946 di Tangerang.
Keluarga Djojohadikusumo sendiri dikatakan merupakan keturunan dari Raden Tumenggun Kertanegara, seorang panglima laskar Pangeran Diponegoro di wilayah Kedu dan Adipati Mrapat, bupati Banyumas yang pertama. Dengan itu, garis keturunan keluarga itu dapat ditarik lagi pada penguasa-penguasa awal Kesultanan Mataram.
Banyak di Luar Negeri
Masa kecil Prabowo banyak dihabiskan di luar negeri, terutama setelah keterlibatan ayahnya menentang pemerintah Presiden Soekarno di dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat.
Prabowo menyelesaikan pendidikan menengahnya di Victoria Institution di Kuala Lumpur, Malaysia, Zurich International School di Zurich, Swiss, dan The American School di London, Inggris.
Baru setelah kejatuhan Soekarno dan naiknya Soeharto, keluarga Soemitro kembali ke Indonesia, dan Prabowo masuk ke Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah.
Awal Karir di TNI AD
Prabowo mengawali karier militernya di TNI Angkatan Darat pada tahun 1974 sebagai seorang Letnan Dua setelah lulus dari Akademi Militer di Magelang.
Dari tahun 1976 hingga 1985, Prabowo bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), pasukan khusus Angkatan Darat pada saat itu.
Pada tahun 1985, Prabowo menjadi wakil komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 (Yonif Para Raider 328/Dirgahayu), pasukan para raider di Kostrad.
Komandan Jenderal Kopassus
Pada bulan Desember 1995, Prabowo diangkat sebagai komandan jenderal Kopassus dengan pangkat mayor jenderal.
Sebagai komandan jenderal, salah satu tugas pertama Prabowo adalah operasi pembebasan sandera Mapenduma. Kopassus, terutama Sat-81/Gultor yang pernah dipimpin langsung oleh Prabowo, memiliki pengalaman dalam menangani operasi pembebasan sandera; yang paling dikenang adalah keberhasilan menyelamatkan penumpang Garuda DC-9 Woyla di Bangkok pada 1981.
Operasi ini berhasil menyelamatkan sepuluh dari dua belas orang peneliti yang tergabung dalam ekspedisi Lorentz 95 dan diculik oleh gerilyawan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Meskipun diwarnai oleh insiden penembakan komandan Sat-81 oleh anak buahnya sendiri, namun operasi ini dianggap berhasil menyelamatkan nyawa para peneliti yang berkebangsaan Indonesia, Inggris, Belanda, dan Jerman.
Pada 26 April 1997, tim pendaki Indonesia yang terdiri atas anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI berhasil menaklukkan puncak Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia, dan mengibarkan bendera Merah Putih di sana. Misi ini didukung dan diprakarsai langsung oleh Prabowo sebagai komandan jenderal Kopassus
Panglima Kostrad
Pada 20 Maret 1998, Prabowo diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, jabatan yang pernah disandang ayah mertuanya Presiden Soeharto. Pengangkatan ini terjadi hanya sepuluh hari setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat memilih Soeharto untuk periode kelima sebagai presiden.
Sebagai panglima Kostrad, Prabowo membawahi sekitar sebelas ribu pasukan cadangan ABRI. Sebagai panglima, Prabowo meminta Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Wiranto agar diizinkan untuk menggerakkan pasukan cadangannya dari luar Jakarta untuk membantu meredam kerusuhan Mei 1998.
Meskipun permintaan ini kemudian ditolak oleh Wiranto, Prabowo diduga menerbangkan ratusan orang yang telah dilatih oleh unit-unit Kopassus di bawah pengawasannya di Timor Leste dari Dili menuju Yogyakarta, kemudian menuju Jakarta menggunakan kereta api.
Menurut beberapa sumber, Prabowo juga dimintai pertolongan oleh Mayor Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima Komando Operasi Jakarta Raya, untuk ikut mengirimkan pasukannya untuk mengamankan ibu kota. Permintaan ini dipenuhi oleh Prabowo dengan mengirimkan serdadu Kostrad untuk mengamankan beberapa bangunan penting, seperti rumah dinas Wakil Presiden B.J. Habibie di Kuningan.[
Jadi Pengusaha
Setelah berhenti dari karier militernya, Prabowo memilih untuk mengikuti karier adiknya, Hashim Djojohadikusumo, dan menjadi pengusaha. Karier Prabowo sebagai pengusaha dimulai dengan membeli Kiani Kertas, perusahaan pengelola pabrik kertas yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur.
Sebelumnya, Kiani Kertas dimiliki oleh Bob Hasan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Suharto.
Prabowo membeli Kiani Kertas menggunakan pinjaman senilai Rp 1,8 triliun dari Bank Mandiri.
Selain mengelola Kiani Kertas, yang namanya diganti oleh Prabowo menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki oleh Prabowo juga menguasai 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Usaha-usaha yang dimiliki oleh Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara.
Pada Pilpres 2009, Prabowo ialah cawapres terkaya, dengan total asset sebesar Rp 1,579 triliun dan US$ 7,57 juta, termasuk 84 ekor kuda istimewa yang sebagian harganya mencapai 3 miliar per ekor serta sejumlah mobil mewah seperti BMW 750Li dan Mercedes Benz E300.
Kekayaannya ini besarnya berlipat 160 kali dari kekayaan yang dia laporkan pada tahun 2003. Kala itu ia hanya melaporkan kekayaan sebesar 10,153 miliar.
Kehidupan pribadi
Keluarga
Pada bulan Mei 1983, Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi, putri Presiden Soeharto dan Tien Soeharto. Pasangan ini dikaruniai seorang anak, Ragowo Hediprasetyo (Didit). Keduanya berpisah pada tahun 1998, tak lama setelah Orde Baru tumbang. Didiet tumbuh dan besar di Boston, Amerika Serikat, dan berprofesi sebagai seorang desainer yang berbasis di Paris, Prancis.
Gelar kehormatan
Pada tanggal 17 Juni 2009, Prabowo dinyatakan sebagai anggota marga Lumban Tobing. Selain itu, adiknya Hashim Djojohadikusumo juga diterima sebagai anggota marga tersebut. Penganugerahan marga tersebut difasilitasi oleh Persatuan Punguan Siraja Lumban Tobing (PPSLB) dan berlangsung di Danau Toba Convention Center, Medan.
Pada 28 Desember 2011, Prabowo menerima gelar adat Tongkonan dari masyarakat adat desa Siguntu, Rantepao, Toraja Utara
Pemberian gelar adat yang dibarengi dengan upacara duka Rambu Solo disaksikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu'mang, Panglima Kodam VII/Wirabuana Mayor Jenderal Muhammad Nizam, Bupati Tanah Toraja Theofillus Allorerung, Bupati Toraja Utara Frederik Batti Sorring, beserta ribuan warga setempat
Pendirian Partai Gerindra
Prabowo, bersama adiknya Hashim Djojohadikusumo, mantan aktivis mahasiswa Fadli Zon, dan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Bidang Penggalangan Muchdi Purwoprandjono serta sederetan nama lainnya mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Partai Gerindra pada tanggal 6 Februari 2008.
Ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Partai tersebut meraih 4.646.406 suara (4,46 %) dan menempatkan 26 orang wakilnya di DPR RI pada Pemilu legislatif Indonesia tahun 2009.[34]
Data diri:
Nama: Prabowo Subianto Djojohadikusumo
Lahir: Jakarta 17 Oktober 1951
Partai Politik: Golkar ( hingga 2008)
Gerindra (2008-sekarang)
Pasangan: Siti Hediati Hariyadi (1983–1998)
Anak: Ragowo Hediprasetyo
Orang tua: Soemitro Djojohadikoesoemo (ayah), Dora Marie Sigar (ibu)
Alma mater: Akademi Militer (1974)
Profesi: Perwira militer, politikus, pengusaha
Penghargaan sipil:
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
Satyalancana Kesetiaan XVI
Satyalancana Seroja Ulangan–III
Bintang Yudha Dharma Nararya
Instagram: @prabowo
Twitter: @prabowo
Sebagian Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul TRIBUNWIKI: Pendiri Gerindra, 4 Kali Nyapres, Punya Kuda Senilai Rp 3 M, Ini Profil Prabowo Subianto
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Tribun-Timur.com, Desi Triana Aswan)