Tak Diundang Dalam Perayaan Hari Santri, Benarkah NU Masih Kecewa Fachrul Razi Jadi Menteri?
Fachrul Razi resmi menjabat sebagai menteri agama dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Tidak diundang dalam perayaan Hari Santri, benarkah NU masih kecewa karena Fachrul Razi resmi menjabat sebagai Menteri Agama dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Fachrul Razi terdaftar sebagai menteri agama pertama berlatarbelakang militer setelah reformasi.
Dalam tradisi pasca reformasi, menteri agama biasanya dijabat oleh perwakilan dari organisasi keagamaan seperti Nahdlatul 'Ulama (NU).
Hal tersebut disebut-sebut menimbulkan kekecewaan dari kalangan kiai dan ulama.
Dalam puncak perayaan hari santri nasional pada Minggu (27/10/2019) yang digelar di Surabaya, Menteri Agama Fachrul Razi tidak diundang oleh pihak NU.
Tidak ada sosok menteri agama yang biasanya hadir dalam acara rutin yang digelar sejak empat tahun terakhir.
Baca: Arteria Dahlan Nilai Tak Perlu Permasalahkan Latar Belakang Menteri Agama Fachrul Razi
Panitia tidak mengundang menteri agama yang baru, Fachrul Razi.
Mereka hanya mengundang Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid, Wakil Presiden Maruf Amin, dan dua menteri baru lainnya.
"Tokoh nasional yang kita undang dalam puncak hari santri ini adalah tokoh nasional yang berlatarbelakang santri, apapun posisinya itu. Satu di antaranya adalah Wapres Maruf Amin," ujar Wakil Ketua PWNU, Abdus Salam Sohib dalam tayangan yang diunggah YouTube tvOneNews, Rabu (30/10/2019).
Saat ditanya terkait kekecewaan pihak NU atas diangkatnya Fachrul Razi menjadi menteri agama Wasekjen PBNU Ishfah Abidal Aziz, memberi penjelasannya.
Baca: Jenderal Purn Fachrul Razi Beberkan Alasan Jokowi Memilihnya Jadi Menteri Agama: Isu Ustadz Radikal
"Ini bukan soal kecewa atau tidak kecewa, dapat jabatan atau tidak dapat jabatan," tutur Ishfah.
"Ini soal bagaimana kita memegang teguh komitmen kebersamaan. kalau sejak awal kita sudah sepakat bahwa kita mau bersama-sama membangun kebersamanaan, ya mari kita berbincang bersama."
"Jadi tidak boleh kemudian terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap komitmen, terhadap persahabatan, karena persahabatan dan perkawanan itu ada etikanya," kata ishfah.
Dilansir dari tayangan yang diunggah YouTube tvOneNews, Rabu (30/10/2019), seperti yang diketahui sebelumnya, pada Pilpres 2019 NU menjadi salah satu ormas Islam yang berjibaku memperjuangkan kemenangan pasangan Jokowi-Maruf Amin.
Karena hal itu, wajar jika NU ikut berharap mendapat bagian di Kabinet Indonesia Maju.
Baca: Fachrul Razi Berlatar Belakang Militer, PPP Minta Jokowi Tunjuk Wakil Menteri Agama: Kami Punya Stok
Pengamat politik, Tri Andika menjelaskan wajar jika NU berharap mendapat bagian kursi menteri agama karena NU mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi kemenangan pasangan Jokowi-Maruf.
"NU adalah salah satu organisasi yang memberikan pengaruh politik cukup besar bagi kemenangan Jokowi-Maruf Amin," ujar Andika.
"Sehingga sangat beralasan jika NU kecewa karena kadernya tidak masuk sebagai menteri agama dan merespon dengan keras terpilihnya Fachrul Razi sebagai menteri agama."
Menurut Andika, dipilihnya Fachrul Razi sebagai menteri agama sebenarnya mewakili cara pandang Jokowi dalam mengatasi isu-isu keagamaan saat ini.
"Kalau kita lihat sekarang salah satu fokus yang ingin di atasi Jokowi di sektor agama adalah isu tentang deradikalisasi," kata Andika.
Namun, saat ditemui usai pengumuman dirinya diangkat sebagai menteri agama terkait isu penolakannya menjadi menteri agama Fachrul Razi menjelaskan jika ia tidak mungkin ditolak.
"Saya bersahabat dengan kiai dan ulama, sehingga tidak mungkin ada penolakan," tutur Fachrul dalam tayangan yang diunggah YouTube tvOneNews, Rabu. (*)
(Tribunnews/Nanda Lusiana Saputri)