6 Tradisi Unik Jelang Maulid Nabi, Endhog-endhogan di Banyuwangi hingga Tradisi Sripuan di Kupang
Simak enam tradisi unik jelang Maulid Nabi Muhammad 9 November 2019, Endhog-Endhogan di Banyuwangi Hingga Tradisi Sripuan di Kupang
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Wulan Kurnia Putri
Telur yang terdiri dari 3 lapisan (kulit, puth telur dan kuning telur) melambangkan Iman, Islam dan Ihsan.
Hal-hal lainnya ditujukan untuk menunjukkan nilai-nilai keislaman.
Menurut budayawan Hasnan Singodimayan, dahulu endhog-endhogan menggunakan telur bebek, karena bebek adalah hewan yang jika bertelur akan diam (tidak menyombongkan diri).
Sedangkan penggunaan batang pisang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pohon pisang adalah pohon yang jika dipotong akan tumbuh lagi (pantang menyerah).
2. Upacara Panjang Jimat (Cirebon)
Panjang Jimat merupakan arak-arakan berbagai benda yang melambangkan kelahiran nabi.
Upacara panjang jimat merupakan puncak acara peringatan Maulid Nabi di tiga keraton.
Di keraton Kanoman, upacara digelar sekira pukul 21.00 WIB, ditandai dengan sembilan kali bunyi lonceng Gajah Mungkur yang berada di gerbang depan keraton.
Suara lonceng tersebut merupakan tanda dibukanya upacara panjang jimat.
Tidak hanya genderang lonceng dibunyikan, tanda pembukaan upacara panjang jimat juga ditandai dengan tiupan pluit yang mengisyaratkan kepada warga agar memberikan jalan bagi iring-iringan.
Iring-iringan rombongan dikuti oleh rombongan wanita bangsawan yang tidak sedang datang bulan.
Mereka membawa barang pusaka keraton, dan perlengkapan rumah tangga seperti piring, lodor, kendi dan barang peningglan sejarah lainnya.
Setelah acara selesai, sekitar pukul 24.00 WIB seluruh nasi dan lauk pauk yang dibawa rombongan dibagikan kepada keluarga sultan, abdi dalem, dan seluruh warga yang berada di luar halaman masjid.
Baca: Maulid Nabi Muhammad Diperingati 9 November 2019, Ini Quote atau Status WhatsApp hingga Facebook