Kapolri Diminta Cermat Pilih Sosok Kabareskrim Baru
Merit system harus menjadi rujukan utama dalam menyeleksi sosok perwira tinggi yang akan menjabat pos Kabareskrim.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Posisi Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri hingga kini masih kosong seiring dengan dilantiknya Jenderal Pol Idham Azis menjadi Kapolri pekan lalu.
Mengingat posisi tersebut sangat strategis bagi institusi Korps Bhayangkara, Idham diharapkan cermat dalam memilih penggantinya tersebut.
Merit system harus menjadi rujukan utama dalam menyeleksi sosok perwira tinggi yang akan menjabat pos Kabareskrim.
“Guna menjaga pola manajemen karir yang baik, Kapolri semestinya mengedepankan penerapan merit system,” ujar pengamat pertahanan dan keamanan, Anton Aliabbas kepada wartawan di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Baca: Setelah Kabareskrim Baru Terpilih, Kapolri Idham Azis Akan Usut Kasus Penyerangan Novel Baswedan
Anton menjelaskan konsistensi penggunaan merit system penting dikedepankan Idham.
Selain mendorong upaya profesionalisme, sistem promosi dan mutasi di tubuh Polri akan menjadi lebih akuntabel dan transparan.
"Merit system adalah salah satu bukti konkrit Polri menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik di dalam organisasi,” katanya.
Menurutnya, langkah ini juga dapat menguatkan soliditas internal Polri. Sebab, dugaan adanya titipan politik dalam penempatan pos strategis dapat diminimalisir.
Terlebih, agenda politik pada tahun 2020 mendatang adalah pelaksanaan pilkada serentak.
“Penunjukan sosok Kabareskrim baru ini adalah ujian pertama Idham dalam menjaga dan memelihara independensi Polri,” kata Anton.
Baca: Muncul 2 Nama Calon Kabareskrim Polri Pengganti Idham Azis, Siapa Saja?
Lebih lanjut, dirinya berharap Kabareskrim yang baru merupakan sosok yang memiliki rekam jejak di dalam dunia reserse.
Hal ini penting untuk menjadi basis kompetensi perwira tinggi yang ditugasi memimpin Bareskrim.
"Pengalaman di reserse tentu akan sangat membantu dalam menghadapi dinamika ancaman yang semakin kompleks seperti kejahatan narkoba dan lainnya,” kata Anton.