Anis Matta: Konflik di PKS Telah Melahirkan Satu Partai Baru
Anis Matta menegaskan, partai pimpinannya tidak akan lagi memperdebatkan soal partai Islam atau soal partai Nasionalis.
Editor: Malvyandie Haryadi
Sekarang kita fokus dulu, daftar dulu. Jangan terlalu serius. Fokus dulu persoalan teknis, selesaikan administrasi di notaris dan Kemenkumham.
Ini masih perlu 2-3 bulan. Kalau ini sudah selesai baru kita pikirkan apa yang akan kita lakukan agenda selanjutnya. Yang pasti, tujuan kita, Insha Allah bisa ikut Pemilu 2024. Syukur-syukur Pilkada 2020 kita bisa juga ambil bagian. Tapi fokus utama kami Pemilu 2024.
Anda mempersiapkan kader Partai Gelora untuk ikut Pilkada serentak 2020?
Kita akan berusaha Insha Allah untuk ikut dalam Pilkada, walaupun kami punya hak untuk mengusung ya karena partai baru. Tapi kita akan berusaha untuk ikut. Tapi fokus utama kami nanti, tentu Pemilu 2024.
Kenapa Anda memberi nama Partai Gelombang Rakyat Indonesia?
Pertama saya ingin menjelaskan kata rakyatnya dulu. Filosofinya adalah kita ingin menjadikan rakyat sebagai pelaku sejarah. Tapi supaya dia menjadi pelaku sejarah, dia mesti punya energi.
Karena itu, kita menggunakan kata Gelombang. Gelombang itu adalah isyarat tentang energi. Daya perubahan yang mendalam. Sebab tujuan kami menciptakan deep change. Perubahan yang dalam, dalam tubuh masyarakat kita. Cuma kita ingin menjadikan rakyat sebagai pelaku utamanya.
Tapi dia harus memiliki energi yang dahsyat untuk melakukan perubahan itu. Itu filosofi utamanya. Karena itu Anda melihat, logo gelombang yang mewakili energi dan semangat perubahan yang mendalam dan fokus yang tajam.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik terus tergerus, bagaimana Partai Gelora melihat fenomena ini?
Saya kira publik sekarangi ini punya alasan untuk tidak terlalu percaya kepada partai politik. Sebagian besarnya karena kegelisahan mereka tidak terwakili dalam narasi partai-partai itu.
Karena itu kita berusaha di Partai Gelombang Rakyat Indonesia ini, untuk mencoba merekam kegelisahan publik yang sesungguhnya. Dan membawanya ke dalam agenda strategis kita nanti. Walaupun kami punya visi besar tentang gelombang sejarah baru Indonesia ke depan.
Tetapi kita juga perlu merekam kegelisahan publik itu. Dan saya kira visi ini, sebagian besar, dan saya rasa sudah mewakili sebagian kegelisahan publik itu.
Karena visi ini, kita susun setelah melalui survei yang lama, continue sejak 2008-2009, saya mulai melakukan survei ini secara mendalam. Juga melakukan diskusi yang intensif sekali.
Saya percaya ide-ide yang kita bawa ini adalah hasil rekaman terhadap kegelisahan publik itu. Indonesia ini, pantas menjadi kekuatan kelima dunia.
Tapi kita tidak membawa kegelisahan publik itu ke dalam suatu tindakan nyata atau agenda strategis yang membuat publik percaya bahwa mereka bisa lompat, bisa terbang, itu sebabnya kita selalu terpuruk lagi ke dalam masalah-masalah yang sebenarnya seharusnya sudah kita lalui, tapi tidak kita selesaikan karena kita tidak punya narasi besar itu.