Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahok di Mata Mantan Karyawan, Tegas dan Pemarah Tapi Baik Hati dan Dermawan

Yuniar tak tahu entah dari mana BTP tahu jika dia adalah lulusan STM Analis Kimia, Yogyakarta pada tahun 1970 silam.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ahok di Mata Mantan Karyawan, Tegas dan Pemarah Tapi Baik Hati dan Dermawan
TRIBUNNEWS.COM/TLENDY RAMADHAN
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok 

TRIBUNNEWS.COM, BANGKA -  Yuniar Yusuf tak tahu dari mana pemuda itu tiba-tiba datang ke rumahnya lalu mengajaknya untuk terlibat di perusahaan pasir kuarsa.

Seorang pemuda yang kemudian menjadi perhatian masyarakat Indonesia dengan sejumlah prestasi dan kontroversi yang dimilikinya.

Pemuda itu bernama Basuki Tjahaya Purnama (BTP) yang tidak mau lagi dipanggil Ahok.

Manggar, Februari tahun 2001, Yuniar yang kala itu berprofesi sebagai perias pengantin berkenalan dengan BTP.

Basuki Tjahaya Purnama dan Yuniar
Basuki Tjahaya Purnama dan Yuniar (Bangka Pos)

Mantan suami Veronica Tan itu mendatangi Yuniar.

Yuniar tak tahu entah dari mana BTP tahu jika dia adalah lulusan STM Analis Kimia, Yogyakarta pada tahun 1970 silam.

BTP meminta bantuannya untuk terlibat di PT Nurindra Eka Persada (NEP), perusahaan yang bergerak di bidang pasir Kuarsa di Kabupaten Belitung Timur.

Berita Rekomendasi

Yuniar menerima tawaran Ahok.

Dalam kesehariannya sebagai karyawan dan bos, BTP memanggil Yuniar dengan sebutan Bu Yun.

Yuniar mengungkapkan jika PT NEP memproduksi berbagai ukuran pasir kuarsa.

Ia masih ingat, beberapa pelanggan perusahaan yang merupakan perusahaan kelas atas seperti California Texas (Caltex) yang beradai di Kota Dumai dan PT Pindad.

"Permintaan pasir kuarsa perbulan dari Caltex sekitar 500 Ton Perbulan," ujar Yuniar kepada bangkapos.com. Kamis (14/11/2019).

Yuniar mengatakan sedari dulu, BTP punya karakter yang tegas dan keras.

Dalam setiap rapat, BTP selalu bicara ceplas-ceplos kalau memang pekerjaan tidak sesuai dengannya.

Suatu ketika, BTP pernah geram gara-gara produksi perusahaanya tak sesuai target yakni 500 ton.

"Soal kepimpinan orang ini adil, tapi namanya juga manusia ada kekurang dan kelebihan. Sebagai karyawan, cuman ya saat beliau marah, lontaran ceplos-ceplosnya kami maklum, karena saat itu masih muda, saya diam, kemudian keluar," ujar Bu Yun.

Ketika Yuniar keluar dari ruang rapat, BTP mengejarnya.

"Saat saya keluar ruang meeting langsung saya dikejar, dibilang Bu Yun marah ya?, Bu Yun tersinggung ya? Jangan gitu Bu Yun, Ibu Yun pun sudah ku anggap Mama aku sendiri, Bu Yun pun yang tua juga di sini, saya hanya diam, mulai dari situ lah sudah mulai ngerem-ngerem sedikit," kenang Yuniar.

Dia juga mengungkapkan BTP juga sebenarnya orang yang humoris.

Saat tiba dari Jakarta, BTP langsung ke pabrik membuka pintu Lab dan langsung menyapanya.

"Ngape Bu Yun diam-diam, dak beduit ye kidang (untuk-red) nyekolahkan anak, ukan amun (misal-red) dak beduit nyebut benar-benar, nak berape Ikam kini ku tanda tangani ye, berikan ke kasir," tiru Bu Yun, saat kenang candaan Ahok kepadanya.

Menurut Yuniar itu tidak hanya dia, kepada karyawan lainnya pun demikian. Di mata karyawan, BTP sangat memberi perhatian, terutama soal pendidikan di masyarakat.

Yuniar mengungkapkan BTP pernah memerintahnya mencari 33 anak asuh.

"Dulu saya disuruh mencari anak-anak asuh, dia bilang, 'Bu Yun bagaimana kalau saya dicarikan anak asuh", kata Yuniar, menirukan kata-jata BTP waktu itu.

Menurut Yuniar  setiap bulan disalurkan saat itu sekitar Rp 100 ribu peranak, selain itu setiap pertengahan tahun Ahok juga memberikan sepatu, buku dan baju.

"Itu semua orang kantor yang koordinir, saya cuman carikan orangnya saja, selain itu ketika lebaran saya juga disuruh mencarikan ibu-ibu yang sudah menjanda yang ekonominya lemah, itu ide pribadi beliau," ujarnya.

Selain itu di Gunong Nayok, Desa Aik Kelik para karyawan dibangunkan rumah. Rumah itu seperti rumah layak huni yang pemerintah berikan saat ini.

"Itu untuk karyawan yang memang sudah ditinjau oleh beliau, yang dirasa sudah tidak layak, dibuatkan rumah olehnya," ujar Bu Yun.

Selain itu BTP juga memberikan karyawan senior yang berprestasi sebuah rumah.

Namun Kegiatan itu terputus saat Ahok mulai menjabat sebagai Bupati Belitung Timur.

Jas Pengantin Ahok dan Veronica Tan

Yuniar mengaku bekerja selama 7 tahun kepada BTP.

BTP  yang mengetahui Bu Yun yang juga memiliki usaha rias pengantin memberikan satu setel jas lengkap dengan celana.

Jas itu pun disewakan kepada penganten yang menggunakan jasa rias Yuniar.

Di dalam jas itu tertulis nama mr, Basuki Juli '97.

Jas itu yang sampai kini disimpan dengan rapi oleh Yuniar.

Yuniar mengungkapkan jika jas itu punya kenangan karena jas itulah yang dikenakan BTP saat menikahi Veronica Tan.

Saat itu ahok berpesan agar jas tersebut disimpan, siapa tahu suatau saat dapat dipergunakan untuk mencari tambahan uang.

"Mungkin saat itu untuk disewakan kepada pengatin, yang dirias di sini," ujar Yuniar.

Pada tahun 2007, Yuniar mengundurkan diri karena terpilih menjadi Kepala Desa Mengkubang.

"Saya mengundurkan diri pada 13 September 2007, saat itu pas saya dilantik menjadi Kepala Desa Mengkubang," ujar Yunair.

Ditanya terkait kabar BTP Akan di jadikan petinggi di BUMN, Yuniar pun sumringah.

"Untuk itu (jadi pejabat BUMN) saya rasa memang tepat, Beliau kan Insinyur Geologi, beliau juga sudah punya pengalaman, punya perusahan pasir kuarsa, sudah melanglang perusahaan-perusahaan, saat orang belum punya tambang-tambang karya beliau sudah ada, kalau soal tambang beliau sudah paham, itu sudah tepat" ujar Bu Yun sambil tersenyum.

Dia pun berharap agar BTP tetap menjaga emosi, seiring bertambah usia Bu Yun percaya Ahok kini lebih bisa mengontrol emosinya.

Nama Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok kembali diperbincangkan seusai dirinya datang ke Kementerian BUMN. Ia pun dikabarkan akan menduduki posisi direktur di sebuah BUMN.

Terkait Ahok, sejumlah literasi menyebutkan jika ia rupanya tak hanya berpengalaman di urusan politik. Ahok juga punya pengalaman mengurusi tambang.

Melansir artikel di ahok.org, Basuki T Purnama  (BTP) yang akrab dipanggil Ahok lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, Belitung Timur.

Ia melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMU) dan perguruan tinggi di Jakarta dengan memilih Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti.

Setelah menamatkan pendidikannya dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi (Insiyur geologi) pada tahun 1989, Basuki pulang kampung–menetap di Belitung dan mendirikan perusahaan CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan PT Timah.

Menggeluti dunia kontraktor selama dua tahun, Basuki menyadari betul hal ini tidak akan mampu mewujudkan visi pembangunan yang ia miliki, karena untuk menjadi pengelolah mineral selain diperlukan modal (investor) juga dibutuhkan manajemen yang profesional.

Untuk itu Basuki memutuskan kuliah S-2 dan mengambil bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta.

Mendapat gelar Master in Bussiness Administrasi (MBA) atau Magister Manajemen (MM) membawa Basuki diterima kerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.

Karena ingin konsentrasi pekerjaan di Belitung, pada tahun 1995 Basuki memutuskan untuk berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya.

Perlu diketahui, tahun 1992 Basuki mendirikan PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995.

Bagi Basuki, pabrik yang berlokasi di Dusun Burung Mandi, Desa mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur ini diharapkan dapat menjadi proyek percontohan bagaimana mensejahterakan stakeholder (pemegang saham, karyawan, dan rakyat) dan juga diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung Timur dengan memberdayakan sumber daya mineral yang terbatas.

Di sisi lain diyakini PT Nurindra Ekapersada memikili visi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh.

Baca : Kabar Buruk untuk Ahok? Arief Poyuono Ungkap Siapa Mafia BUMN Harus Dihadapi, Orang Lingkaran Jokowi

Berangkat dari visi seperti itulah pada tahun 1994, Basuki didukung oleh seorang tokoh pejuang kemerdekaan Bapak alm Wasidewo untuk memulai pembangunan pabrik pengolahan pasir kwarsa pertama di Pulau Belitung dengan memamfaatkan teknologi Amerika dan Jerman.

Pembangunan pabrik ini diharapkan juga memberikan harapan besar menjadi cikal bakal tumbuhnya suatu kawasan industri dan pelabuhan samudra dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Cerita Yuniar Mantan Karyawan Ahok BTP di Tambang Kuarsa, 33 Anak Asuh, Rumah dan Jas Pengantin

Sumber: Bangka Pos
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas