Kasatgas Nusantara Polri Ungkap 2 Polwan Terpapar Radikalisme Lewat Media Sosial
Kepala Satgas Nusantara Polri, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono, mengingatkan bahaya penyebarluasan paham radikal lewat media sosial (medsos).
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Satgas Nusantara Polri, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono, mengingatkan bahaya penyebarluasan paham radikal lewat media sosial (medsos).
Hal tersebut menyusul banyaknya orang terpapar radikalisme melalui dunia maya.
Ketidakmampuan pemerintah untuk meredam dan memfilter konten yang beredar di medsos dinilainya menjadi penyebab utama seseorang terpapar radikalisme.
Baca: Kabar Terbaru Siswa STM Viral Membawa Bendera Merah Putih Saat Demo di Gedung DPR, Bakal Disidang
"Bagaimana orang itu bisa intoleransi? belajar dari medsos, bagaimana orang itu menjadi radikal? itu belajar dari medsos, bagaimana seorang teroris? dari medsos," ujar Gatot Eddy dalam sebuah Seminar Nasional di Hotel Grand Syahid, Jakarta Pusat, Jumat (15/11/2019).
Gatot Eddy mengatakan kemajuan teknologi digital membuat orang tidak perlu lagi mengajarkan paham radikal melalui pertemuan dan diskusi.
Baca: Perhatian Rezky Aditya Mampu Luluhkan Hati Orangtua Citra Kirana
Banyak kelompok teroris hari ini memanfaatkan medsos sebagai sarana untuk menyebarluaskan paham radikal.
"Mereka menggunakan medsos agar faham-faham itu disampaikan seperti itu. Saya ambil contoh kasus Abu Zee. Kelompok ini di 8 provinsi tersebar, mereka mengatakan faham itu melalui media sosial dalam telegram," ujarnya.
Baca: Awas, Mutiara Palsu dari China Beredar di Indonesia
Dampak dari pengaruh yang disebarkan kelompok Abu Zee melalui telegram itu bukan hanya mengena pada masyarakat umum, tapi juga anggota kepolisian.
"Anggota polisi itu ada dua orang anggota polwan. Mereka ikut bagian daripada itu (telegram kelompok Abu Zee) bahkan keduanya sampai siap menjadi seorang pengantin setelah terpapar," kata Eddy.