Dengar Kisah Penjual Nasi Uduk Korban First Travel, Ustaz Yusuf Mansur Ajak Bu Eli Umroh
Ustadz Yusuf Mansur (UYM) mengajak Bu Eli, korban kasus First Travel untuk berangkat umroh Januari 2020 mendatang.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Ustaz Yusuf Mansur (UYM) mengajak Bu Eli, korban kasus First Travel untuk berangkat umrah pada Januari 2020 mendatang.
Hal itu disampaikan UYM dalam program Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One, Selasa (19/11/2019).
Melansir tayangan ILC yang diunggah di kanal Youtube, UYM mengapresiasi perjuangan Bu Eli.
Bu Eli merupakan satu dari 63 ribu korban First Travel.
Demi berangkat umrah, Bu Eli mengumpulkan uang dengan berjualan nasi uduk untuk disetorkan ke First Travel.
"Bu Eli ini luar biasa, tadi saya dengerin, Masya Allah, nggak ada saya kira yang nggak tersentuh, tujuh tahun, nabung lho."
"Insya Allah Bu Eli, Januari saya berangkatin, Januari ye, jangan Desember, nyari duit dulu," ucapnya.
Sebelumnya, Bu Eli mengungkapkan pandangannya sebagai korban First Travel dan menceritakan perjuangannya dalam mengumpulkan uang.
Diketahui, tidak hanya gagal berangkat ke tanah suci, diberitakan sebelumnya putusan Mahkamah Agung (MA) menguatkan vonis Pengadilan Negeri Depok dan Pengadilan Tinggi Bandung mengungkapkan aset First Travel dirampas negara.
Artinya, uang para korban yang sudah disetorkan ke First Travel terancam tidak bisa kembali.
Kisah Bu Eli
Satu di antara korban First Travel adalah Eli, penjual nasi uduk yang mengaku hanya diberikan janji-janji pemberangakatan, tapi hingga kini tidak terealisasi.
"Yang saya pertanyakan, itu kan bukan uang korupsi, kenapa harus diserahkan ke pemerintah. Sedangkan saya taruh uang di First Travel karena ngumpulin," ucapnya.
Jual Nasi Uduk untuk Berangkat Umroh
Eli menceritakan bagaimana perjalanannya mengumpulkan uang agar bisa berangkat ke tanah suci bersama sang ibu.
"Jujur saja saya hanya seorang pedagang nasi uduk, yang ingin sekali menunaikan ibadah. Saya mengumpulkan sedikit demi sedikit, saya berharap saya bisa pergi dengan ibu saya," ujarnya.
Awalnya, First Travel menjanjikan memberangkatkan Eli dan sang ibu di bulan Maret 2017.
Namun, First Travel menunda keberangkatannya.
Hingga akhirnya, First Travel meminta Eli untuk membayar tambahan Rp 2,5 juta agar bisa diberangkatkan di bulan Ramadhan tahun 2017.
Artinya, Eli harus menyetor Rp 5 juta untuk tambahan dirinya dan sang ibu.
"Saya diundur sampai akhirnya ditawari satu tambahan sejumlah 2,5 juta, katanya tambahan di bulan Ramadhan."
"Saya cari tambahan pak demi agar bisa menunaikan ibadah, saya setorkan 5 juta untuk berdua."
"Tapi akhirnya apa, di bulan Ramadhan pun saya tidak diberangkatkan," ucapnya.
Ia mengungkapkan selama ini telah berusaha mencari keadilan.
"Sampai saat ini saya mencoba mencari keadilan, mungkin bagi First Travel atau pemerintah terkait uang saya tidak berharga. Tapi untuk saya uang itu berarti," ujarnya.
Hingga Sang Ibu Meninggal Dunia
Eli mengungkapkan perjuangan berjualan nasi uduk ia lakukan demi keberangkatan umrah dirinya dan sang ibu.
Dirinya pun berkali-kali melakoni persidangan untuk mencari keadilan.
"Saya harus bangun jam 3, harus jualan di pagi hari, ngumpulin sedikit demi sedikit," ucapnya.
Hingga akhirnya, sang ibu meninggal dunia pada 17 September 2019 lalu dalam kondisi tanpa kejelasan pemberangkatan umrah.
"Sampai detik terakhir mau meninggal, karena saya sering menjalani sidang ke Depok, dia selalu menanyakan bagaimana hasilnya? Bagaimana hasilnya? Karena dia ingin sekali melihat saya berangkat umrah, sampai akhirnya ibu saya meninggal, tidak ada kepastian sampai saat ini," ungkapnya.
Ia berharap aparat dan pihak berwenang mampu menghasilkan kebijakan untuk mengembalikan uang jamaah.
"Di sini saya minta Pak Karni dan para aparat terkait yang menangani First Travel, coba tolong dilihat, saya mungkin orang yang tidak punya apa-apa, sangat berharap sekali uang itu dikembalikan, atau saya diberangkatkan," pintanya.
Eli meminta pihak terkait yang menangani kasus ini untuk melihat perjuangan calon jamaah yang berjuang keras untuk mencari uang.
"Sampai kapan? Sampai kapan saya harus nunggu? Dari 2017 sampai sekarang tidak ada kepastian. Bahkan terdengar lagi suara bahwa itu akan diserahkan ke pemerintah.
"Di sini saya ketuk hati pemerintah, jika memang itu diserahkan ke pemerintah, jujur saya tidak ikhlas. Karena saya benar-benar mencari dari jerih payah keringat saya. Saya bukan orang mampu," ucapnya.
Sementara itu, UYM juga memberikan penguatan kepada para korban First Travel.
"Kalau urusan polemik kan udah beres ya, izinkan saya ngasih penguatan sedikit saja untuk 63 ribu orang dan siapa yang serupa dengannya di urusan apapun," ucapnya.
"Demi Allah, masalah itu keren, punya masalah itu baik. Punya masalah itu bagus. Kalau punya masalah itu beruntung. Kita dipilih Allah SWT."
"Bapak Ibu sudah tercatat sebagai, Insya Allah, jemaah umrah. Saya kira hadiahnya pasti dobel. Nggak cuma umrah, besok bakal panjang umur, bakal sembuh dari penyakit, bahkan naik haji, Insya Allah," ungkapnya.
UYM juga berharap agar negara mampu memberikan penyelesaian terhadap 63 ribu korban First Travel dengan baik.
"Semoga negara juga dikasih kekuatan dan rizki yang banyak dan jalan untuk mengeksekusinya. Kalau ada willing dari semua pihak Insya Allah bisa terwujud," ucapnya.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)