Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi Tunjuk Angkie Yudistia Jadi Staf Khusus, Penyandang Tunarungu yang Berprestasi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Angkie Yudistia sebagai salah satu staf khusus presiden.

Editor: Sanusi
zoom-in Jokowi Tunjuk Angkie Yudistia Jadi Staf Khusus, Penyandang Tunarungu yang Berprestasi
TRIBUN/SENO TRI SULISTIYONO
Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia memberikan sambutan usai diperkenalkan Presiden Joko Widodo sebagai staf khususnya di halaman tengah Istana Merdeka Jakarta, Kamis (21/11/2019). Tugas yang diberikan Presiden pada stafsus milenialnya adalah mengembangkan inovasi-inovasi di berbagai bidang sesuai dengan keahliannya masing-masing. TRIBUNNEWS/SENO TRI SULISTIYONO 

Sulitnya memperoleh pekerjaan menjadi alasan ia mendirikan Thisable Enterprise. 

Ia kemudian bekerja sama dengan Gojek Indonesia untuk mempekerjakan orang-orang dengan disabilitas di Go-Auto dan Go-Glam.

Selain itu, para penyandang disabilitas didukung untuk mengembangkan ide kreatif untuk membuat suatu produ, salah satunya yang sudah ada saat ini adalah membuat produk kecantikan.

"Aku percaya, tuli itu juga SDM milik negara, aset negara, jadi kita juga memiliki hak," kata Angkie.

Menembus keterbatasan stigma tunarunggu

Angkie Yudistia menjabat sebagai Founder & CEO ThisAble Enterprise.
Angkie Yudistia menjabat sebagai Founder & CEO ThisAble Enterprise. (IWAN SUPRIYATNA/KOMPAS.com)

Di tengah pembicaraan, Angkie Yudistia tiba-tiba melepaskan sesuatu dari balik telinga kiri dan kanannya.

Wanita kelahiran Medan, 5 Juni 1987, itu ternyata ingin memperlihatkan alat bantu dengar yang sudah bertahun-tahun melekat di balik kedua telinganya.

Berita Rekomendasi

Dengan bangga, Angkie ingin menunjukkan ia adalah wanita dengan disabilitas tuli.

Butuh waktu 10 tahun bagi Angkie untuk akhirnya bisa kembali percaya diri, seperti saat ditemui di Ruang Maharmardjono, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Finalis Abang None Jakarta Barat tahun 2008 ini mengalami ketulian sejak usia 10 tahun.

Konsumsi antibiotik berlebihan saat sakit malaria perlahan telah merusak pendengarannya.

"Awalnya aku enggak tahu (ada gangguan pendengaran) sampai lingkungan sekitar bilang sudah manggil-manggil, tetapi aku enggak dengar, enggak nengok," cerita Angkie.

Angkie kemudian dibawa orangtuanya secara rutin untuk periksa masalah pendengaran.

Setiap kali melakukan pemeriksaan enam bulan sekali, hasilnya selalu buruk.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas