Tak Menutup Kemungkinan Ada Orasi Penistaan Agama dalam Reuni 212, Yusuf Martak Sebut 3 Orang Nama
Yusuf Martak menyampaikan dalam Reuni Akbar 2019 ini, tidak menutup kemungkinan ada orasi tentang penistaan agama.
Penulis: Nuryanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Steering Commitee Panitia Reuni 212 Yusuf Martak menyampaikan dalam Reuni Akbar 2019 ini, tidak menutup kemungkinan ada orasi tentang penistaan agama.
Diketahui, Persaudaraan Alumni (PA) 212 menggelar Reuni Akbar di Kawasan Monas, Jakarta Pusat, pada hari ini, Senin (2/12/2019).
Yusuf Martak menyebut ada tiga orang yang tidak henti-hetinya menistakan agama.
"Kalau seandainya kita menyampaikan aspirasi tentang penistaan agama, kan katanya setelah bergabungnya 01 02, Indonesia sudah kondusif, namun ada tiga yang orang yang tak henti-hentinya menista agama," ujar Yusuf, dikutip dari YouTube Kompas TV, Minggu (1/12/2019).
"Tiga orang, Sukmawati Soekarno putri, yang kedua adalah Abu Janda, dan yang ketiga adalah Ade Armando," jelas Yusuf.
Menurutnya, tiga nama yang ia sebutkan itu, terus mengganggu.
Ia mengimbau adanya proses hukum kepada ketiga orang tersebut.
"Silih berganti tak henti-hentinya terus mengganggu, ini dong diproses hukum," ujarnya.
"Soal nanti keputusannya benar atau salah, itu ditentukan di pengadilan," lanjut Yusuf.
Ia mengaku, dalam Reuni Akbar 212 yang digelar hari ini, perlu dipertimbangkan siapa yang membuat kegaduhan ataupun permasalahan.
"Tapi kita bisa menentukan, siapa yang membuat kegaduhan, siapa yang membuat permasalahan, itu yang harus kita pertimbangkan," ungkapnya.
Dirinya menegaskan, tidak mendorong adanya pembahasan proses hukum bagi ketiga nama tersebut.
Namun dirinya juga menyerahkan, jika dilakukan orasi atau penyampaian terkait isu penistaan agama dalam Reuni Akbar 212.
"Saya tidak bilang mendorong, tetapi apabila ada orasi atau penyampaian tentang proses keadilan di dalam penistaan agama," kata dia.
Menurutnya, isu penistaan agama tersebut, akibatnya bukan hanya untuk bangsa Indonesia, tapi juga menyinggung kepada umat Islam di seluruh dunia.
"Ini masalahnya bukan untuk bangsa Indonesia saja, ini juga menyinggung umat Islam di negara-negara lain," ujarnya.
Ia menilai permasalahan dugaan penistaan agama tersebut tidak bisa dibiarkan bergitu saja.
"Ini tidak boleh dibiarkan begini, dibuat permainan dengan dalih permainan begini begitu," imbuhnya.
"Apabila nanti ada penyampaian aspirasi ya harus diterima, tapi ini lebih sakral karena ada munajat dan Maulid akbar," lanjut Yusuf.
Sementara itu, Ketua PA 212, Slamet Ma'arif mengatakan beberapa alasan dari diselenggarakannya aksi Reuni Akbar 212.
Slamet Ma'arif menyebut aksi tersebut untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Kita mau memperingati Maulid Nabi, karena masih dalam suasana Maulid Nabi," ujar Slamet di Studio TV One, Sabtu (30/11/2019), dikutip dari YouTube Talk Show tvOne.
Selain itu, Slamet mengatakan, Reuni Akbar tersebut sebagai persatuan dan kesatuan dari umat Islam di Indonesia.
"Kedua, kita ingin mengingatkan kembali, ada hari dimana persatuan kesatuan umat Islam itu, Allah satukan dalam satu momen yang penuh kedamaian, ketertiban, aman, bersih, penuh toleransi, berbagi di Indonesia," jelas Slamet.
Slamet juga menyampaikan, aksi tersebut sebagai pengingat bangsa Indonesia, tidak boleh ada siapapun yang menistakan agama.
"Kita juga perlu mengingatkan kembali kepada anak bangsa, masih ada kami yang senantiasa Istiqamah, senantiasa konsisten untuk mengingatkan anak bangsa, negara yang berdasarkan Pancasila ini, yang NKRI ini, tidak boleh ada siapapun dia yang menistakan agama," kata Slamet.
Ia berujar PA 212 akan melawan penista agama, siapapun dan apapun agamanya.
"Kami pastikan kepada siapapun yang menistakan agama di Indonesia, agama apapun, kami pasti akan berjuang untuk melawan itu semua," ujar Slamet.
Slamet mengungkapkan dari aksi tersebut, PA 212 ingin ada keadilan di Indonesia.
"Kami juga mengungkapkan harus ada keadilan di negeri ini," katanya.
Slamet juga mengatakan aksi Reuni Akbar 212 merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT, dan patut disyukuri.
Menurut Slamet Ma'arif, Reuni Akbar 212 adalah momentum bagi umat Islam di seluruh Indonesia untuk berkumpul.
"Bagi kami momen 212 itu sesuatu yang merupakan anugerah dari Allah, yang wajib kita syukuri dan kita pelihara, dimana menjadi momentum umat Islam di seluruh Indonesia," ujar Slamet.
Ketua PA 212 ini menegaskan, latar belakang gerakan 212 tidak ada hubungannya dengan Prabowo Subianto atau tokoh lainnya.
"Lahirnya 212 pasti ada history-nya, dan saya tegaskan lahirnya 212 tidak ada hubungannya dengan Prabowo dan sebagainya," jelasnya.
Slamet mengungkapkan, dalam aksi reuni di 2019 ini, PA 212 ingin menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT.
"Tahun ini kita kembali menyampaikan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan karunia itu," ungkapnya.
Ketua PA 212 ini mengatakan, saat ini sudah tidak ada lagi yang namanya 01 dan 02.
Selain itu, ia menyebut sekat antara warga negara Indonesia saat pemilihan presiden beberapa waktu lalu juga sudah hilang.
"Justru itu, kemarin kan kita ada polarisasi, ada sekat-sekat karena ada kaitannya dengan pilpres cukup mendukung dengan 01 dan 02."
"Sekarang ini saya tegaskan, sudah tidak ada 01, sudah tidak ada 02, sudah hilang semua," ujar Slamet.
Slamet Ma'arif mengajak dengan adanya aksi 212, seluruh bangsa Indonesia bisa kembali bersatu.
"Mari dengan momen 212, kita gunakan untuk merekatkan anak bangsa semua," kata dia.
Ia menyebut dalam aksi 212 itu, nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang sebelumnya renggang bisa merekat kembali.
"Yang kemarin tersekat-sekat, yang kemarin terpilah-pilah, ayo 212 besok, kita rekatkan kembali nilai-nilai persatuan kesatuan," imbuh Slamet.
Ketua PA 212 memastikan tidak ada urusan politik dalam reuni 212 tersebut.
Menurutnya, akan disampaikan kritikan kepada bangsa Indonesia.
Mengenai kritikan tersebut, Slamet menilainya sebagai hak asasi dari setiap warga negara Indonesia.
"Saya pastikan tidak ada urusan politik, tekanan gerakan moral, mengkritisi bangsa itu kan hak asasi setiap warga negara," jelas Slamet.
"Kita ingin mengingatkan, ada hal-hal yang perlu dikritisi oleh anak bangsa," lanjut Slamet.
(Tribunnews.com/Nuryanti)