Kaleidoskop 2019: Kasus Pembunuhan yang Pelakunya Orang Terdekat, Prada DP hingga Mayat dalam Koper
Berikut ini kaleidoskop 2019 tentang kasus pembunuhan yang pelakunya orang terdekat. Ada kasus Prada DP hingga mayat dalam koper.
Penulis: Miftah Salis
Editor: Fathul Amanah
TRIBUNNEWS.COM- Berikut ini kaleidoskop 2019 tentang kasus pembunuhan yang pelakunya orang terdekat.
Prada DP yang membunuh pacarnya, Vera Oktaria beberapa waktu lalu sempat menyita perhatian publik.
Selain itu, ada kasus mayat yang ditemukan tanpa kepala di dalam sebuah koper di Blitar.
Sejumlah peristiwa pembunuhan menghebohkan masyarakat Indonesia sepanjang tahun 2019.
Aksi pembunuhan yang terjadi sepanjang tahun 2019 ternyata banyak melibatkan orang-orang terdekat.
Tak sedikit kasus pembunuhan dengan pelaku utama berstatus sebagai kekasih, suami, istri bahkan saudara kandung.
Pembunuhan-pembunuhan tersebut juga dilakukan dengan keji seperti kasus mayat tanpa kepala di Blitar di mana pelakunya adalah teman dekat korban.
Ada pula kasus empat kerangka ditemukan di Tegal dengan pelaku pembunuhan ibu-anak yang merupakan saudara kandung para korban.
Berikut ini kasus pembunuhan dengan pelaku orang terdekat sepanjang tahun 2019 yang dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber.
1. Pembunuhan calon pendeta Melinda Zidemi
Seorang perempuan calon pendeta di areal PT. Sawit Mas Persada bernama Melinda Zidemi alias Melindawati Zidoni (24) ditemukan meninggal dunia pada Selasa (26/3/2019) pagi.
Melinda Zidemi menjadi korban pembunuhan di Divisi 3 Blok F 19 Sungai Baung, Bukit Batu, Air Sugihan, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.
Jasad Melinda ditemukan dalam keadaan ditutupi semak dan kayu.
Sementara barang bawaannya ditemukan dalam keadaan utuh.
Pada Senin (25/3/2019), Melinda Zidemi datang ke divisi 1 dari mess tempat tinggalnya di divisi 4.
Melinda Zidemi datang bersama seorang anak kecil berinisial NP (11).
Saat kembali pulang, Melinda Zidemi dan NT dicegat dua orang laki-laki dan diblok menggunakan batang kayu.
Keduanya kemudian dicekik dan diseret ke area sawit.
Korban NT pingsan dan dibuang ke semak-semak areal perkebunan sawit.
NT berhasil bangkit dan menyelamatkan diri.
Bocah tersebut kemudian melapor kepada warga.
Setelah melakukan pencarian semalaman, warga menemukan Melinda Zidemi dalam keadaan terikat.
Dua pelaku kemudian berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian yakni Nang dan Hen.
Kedua pelaku tersebut tak lain merupakan tetangga korban.
Pelaku Nang (20) mengaku sudah memata-matai Melinda Zidemi sejak seminggu sebelum melancarkan aksinya.
"Ya seminggu sudah kami awasi," kata Nang yang hanya bisa duduk di kursi roda kerena luka tembak di kedua kakinya saat dihadirkan di Polda Sumsel, Jumat (29/3/2019), dikutip dari Tribun Sumsel.
Pada konferensi pers yang digelar Jumat (29/3/2019), kedua pelaku juga mengaku tak memperkosa Melinda Zidemi.
Pelaku mengaku jika mereka memiliki niat untuk memerkosa Melinda Zidemi.
Namun, korban mengaku sedang haid sehingga urung melakukan aksinya.
"Kami tidak perkosa dia,"ucap Nang singkat.
Hal senada juga diungkapkan Kapolsa Sumsel, Irjen Pol Zulkarnain Adinegara.
Kapolda menegaskan bahwa korban Melinda Zidemi tidak mengalami perkosaan.
Hal ini diperkuat dari pemeriksaan autopsi dan pengakuan tersangka.
Namun, pelaku melakukan pencabulan terhadap korban.
"Melalui pemeriksaan autopsi ditemukan bahwa tidak ada persetubuhan. Tersangka memang melakukan pencabulan dengan memasukkan tangannya ke (maaf) alat vital korban," katanya.
Saat kejadian, korban Melinda Zidemi memohon kepada para pelaku untuk tidak dibunuh.
"Dia bilang begitu waktu saya mencekiknya. Dia sempat mohon jangan dibunuh,"ucap Nang.
Namun kedua pelaku merasa kalap hingga akhirnya melakukan pembunuhan tersebut.
Motif aksi tersebut tak lain lantaran sakit hati terhadap Melinda Zidemi.
Pelaku sebelumnya pernah mengungkapkan perasaan kepada korban.
Namun, perasaan tersebut ditolak oleh calon pendeta Melinda Zidemi.
2. Dosen UNM bunuh rekan kerja sekaligus tetangga dekat
Seorang dosen Universitas Negeri Makassar (UNM), Wahyu Jayadi membunuh rekan kerjanya, Siti Zulaeha.
Kasus pembunuhan Siti Zulaeha membuat geger masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan.
Siti Zulaeha dibunuh oleh rekan kerja sekaligus tetangganya, Wahyu Jayadi pada Kamis (21/3/2019).
Jasad Siti baru ditemukan pada Jumat (22/3/2019) dalam mobil SUV merek Daihatsu Terios yang terparkir di Jalan Poros Japing tepatnya di depan gudang milik pengembang perumahan Bumi Zarindah, Dusun Japing, Desa Sunggumanai, Kecamatan Pattallassang, Gowa, Sulawesi Selatan.
Saat ditemukan, kondisi jasad Siti sudah membengkak dan kepala diikat seat belt (sabuk pengaman).
Siti Zulaeha dan Wahyu Jayadi merupakan rekan kerja sekaligus tetangga.
Keduanya bahkan perantau dari asal daerah yang sama.
Mereka sama-sama orang Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
Rumah Wahyu Jayadi di blok E nomor 17, sedangkan rumah Siti Zulaeha Djafar di blok F nomor 8.
Kepala Rumah Sakit Bhayangkara atau Karumkit Bhayangkara Kombes Pol Farid Amansyah menuturkan, dari hasil pemeriksaan psikologis, Wahyu Jayadi nekat menghabisi nyawa Siti Zulaeha Djafar karena emosi dan tersinggung setelah dilecehkan harga dirinya.
Emosi Wahyu Jayadi memuncak ketika korban kemudian menamparnya.
Ia kemudian membalas dengan mencekik leher korban hingga tewas.
"Jadi motifnya tersinggung dan harga diri," kata Kombes Pol Farid Amansyah dalam keterangan tertulis yang diterima TRIBUN-TIMUR.COM, Selasa (26/3/2019).
3. Mayat dalam Koper
Warga Desa Karanggondang, Udanawu, Blitar, Jawa Timur digegerkan dengan penemuan mayat laki-laki dalam koper tanpa kepala pada Rabu (3/4/2019).
Koper berwarna hitam tersebut tergeletak di pinggir sungai bawah jembatan Desa Karanggondang yang merupakan jalur utama Blitar-Kediri.
Laki-laki tersebut merupakan seorang guru honorer di SDN Banjarmlati Kediri bernama Budi Hartanto.
Budi Hartanto ditemukan tewas mengenaskan tanpa busana.
Kabid Humas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera mengatakan, terdapat beberapa luka sayatan pada mayat Budi Hartanto (28) yang ditemukan di dalam koper yang tergeletak di pinggir sungai bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar, Rabu (3/4/2019) lalu.
"Tempat mayat dalam koper ditemukan beberapa sayatan dan bekas luka yang ditinggalkan," katanya Barung Mangera di ruang Humas Polda Jatim, Kamis (4/4/2019).
Kombespol Barung mengatkan jika penyidik menduga dua penyebab pelaku memutilasi Budi Hartanto.
Kemungkinan pertama, kedua pelaku ingin menghilangkan jejak.
Sementara kemungkinan kedua, apabila kepala tidak dipotong maka tubuh korban tidak cukup dimasukkan ke dalam koper.
"Karena itu, pelaku harus memotong leher korbannya agar bisa dimasukkan dalam koper," katanya, Senin (8/4/2019) dikutip dari Kompas.com.
Pembunuhan dan mutilasi terhadap Budi Hartanto diduga dilakukan berencana.
Keluarga bahkan sempat menemui paranormal.
Polda Jatim berhasil menangkap pelaku berinisial AP dan AJ pada Kamis (11/4/2019).
Pelaku pembunuh Budi Hartanto (28) ditangkap oleh pihak kepolisian di dua lokasi yang berbeda.
Sementara itu, bagian kepala korban ditemukan oleh tim petugas gabungan Inafis Polda Jatim dan Polres Kediri pada Jumat (12/4/2019).
Pembunuhan tersebut dilakukan dengan motif emosi.
Korban dan salah satu pelaku melakukan hubungan badan sesama jenis alias gay.
Biasanya korban diberi uang oleh pelaku setelah berhubungan badan.
Namun karena tak diberi uang, korban lalu marah dan emosi.
Ketiganya kemudian terlibat percekcokan hingga berujung pembunuhan.
4. Prada DP bunuh pacarnya
Polsek Sungai Lilin menemukan mayat seorang perempuan di sebuah kamar penginapan pada Jumat (10/5/2019).
Mayat tersebut pertama kali ditemukan oleh pengurus penginapan 'Sahabat' bernama Nurdin.
Diketahui korban merupakan kasir minimarket bernama Vera Oktaria.
Korban ditemukan dalam kondisi tanpa busana dengan tangan terpotong.
Dikutip dari TribunSumsel.com, Vera Oktariani dikabarkan hilang sejak Selasa (7/5/2019) setelah pulang dari bekerja.
Sang kekasih, Prada DP masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Kodam II Sriwijaya.
Prada DP yang merupakan siswa Dikjur Tamtama Infanteri Ridam II/SWJ sudah disersi dari Dodik Latpur Baturaja sejak Sabtu (4/5/2019).
Setelah menjadi DPO, Prada DP ditangkap oleh Den Intel Kodam II Sriwijaya dan Denpom II/4 pada Kamis (13/6/2019).
Saat dimintai keterangan, Prada DP diduga telah melakukan hubungan badan dengan Vera Oktaria sebelum akhirnya membunuh sang kekasih.
Vera Oktaria juga mendesak Prada DP untuk segera menikahinya.
"Vera Oktaria minta dinikahi Deri Pramana sampai gelap mata bunuh kekasihnya bahkan dimutilasi. Sempat juga diduga berhuhubungan badan sebelum dibunuh," kata Kapendam II Sriwijaya Kol Inf Djohan Darmawan dikutip dari Tribun Sumsel.
Cekcok antara keduanya pun tak bisa dihindarkan.
Vera Oktaria dikatakan meminta kepastian kepada Prada DP lantaran keduanya telah menjalin hubungan sejak SMP.
Karena masih terikat dinas, Prada DP disebut belum siap menikahi Vera Oktaria.
Pertengkaran kemudian berujung pada Prada DP yang membekap Vera hingga meninggal.
5. Gadis tinggal tulang belulang dalam karung
Seorang gadis berinisial NH (16) ditemukan tinggal tulang belulang dalam karung di Desa Cerih, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada Jumat (9/8/2019).
NH juga ditemukan dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
Polisi kemudian menangkap lima tersangka.
Hasil autopsi menunjukkan, jasad NH sudah meninggal dunia dan membusuk sekitar tiga bulan sebelum ditemukan.
Kejadian bermula saat korban diajak oleh satu pelaku untuk bertamasya ke objek wisata Praba Lintang, Tegal, Jawa Tengah.
Di tempat tersebut, korban kemudian diajak minum-minuman keras oleh lima tersangka di dua lokasi.
Di lokasi kedua, korban kemudian dipaksa oleh salah satu tersangka untuk berhubungan badan.
Pelaku lalu mencekik korban hingga tewas di rumah kosong tersebut.
Setelah tewas, korban kemudian dimasukkan ke dalam karung warna putih oleh pelaku.
Karung tersebut kemudian diikat melilit.
Kelima pelaku yang diamankan yaitu AM (20), MS (18), SA (24), IS (17) dan EL (15).
Ada tiga motif yang mendasari pembunuhan tersebut di antaranya yakni pelaku merasa cemburu.
Satu pelaku perempuan mengaku pernah disakiti oleh korban lantaran kekasihnya direbut.
Sementara pelaku perempuan lain mengaku tersinggung dengan perkataan NH.
Ketersinggungan pelaku terjadi baik di dunia maya maupun nyata.
Pembunuhan ini didasari atas motif sakit hati, cemburu, serta rasa setia kawan.
"Pertama karena sakit hati, kedua cemburu, dan ketiga didorong atas rasa kesetia kawanan di antara pelaku," kata Kasatreskrim Polres Tegal, AKP Bambang Purnomo saat ditemui Tribunjateng.com, Rabu (14/8/2019).
Ayah NH, Imam Maliki (40) sebelumnya mengatakan, pelaku merupakan saudara dan orang terdekat keluarganya.
"Satu pelaku masih saudara dengan ibu saya. Yang jelas, semuanya saudaraan dengan saya," kata Imam saat berada di ruang penyidik Satreskrim Polres Tegal, Senin (12/8/2019).
6. Istri sewa eksekutor untuk bunuh suami dan anak
Warga Kecamatan Cidahu, Sukabumi, digegerkan dengan penemuan dua jasad dalam sebuah mobil Toyota Calya berplat nomor B 2938 SZH yang terbakar.
Mobil Toyota Calya terbakar pada Minggu (25/8/2019) sekitar pukul 12.00 WIB.
Penemuan dua jenazah yang diketahui beridentitas Pupung dan Dana dalam mobil yang terbakar sempat menggegerkan warga setempat.
Kedua jenazah ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh dan tinggal tulang belulang.
Pupung dan Dana ditemukan berada di kursi belakang mobil.
Setelah melakukan TKP dan pemeriksaan forensik terhadap dua jenazah ayah dan anak tersebut, polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku.
Pelaku tak lain adalah istri korban.
AK (35) menyewa empat pembunuh bayaran untuk membunuh suaminya Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan anak tirinya yakni M. Adi Pradana alias Dana (23).
AK ditangkap oleh polisi pada Senin (26/8/2091) di Jakarta.
Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi membeberkan motif di balik aksi tersebut.
AK disebut tega melancarkan aksinya karena ada masalah rumah tangga.
Masalah utang piutang juga disebut Nasriadi mendasari motif aksi AK.
"Motifnya adalah tersangka AK menyewa empat eksekutor untuk membunuh suaminya Edi Candra dan anak tirinya Dana karena masalah rumah tangga dan utang piutang," ujarnya, Senin (26/8/2019), dikutip dari Kompas.com.
7. Misteri penemuan empat kerangka manusia
Warga Grumbul Karanggandul, RT7 RW3, Desa Pasinggangan dihebohkan dengan penemuan empat tengkorak manusia di belakang rumah warga bernama Misem.
Setelah mendapat laporan, Polres Banyumas segera melakukan olah TKP di lokasi penemuan.
Tim forensik Polres Banyumas menemukan adanya sebuah tali yang terikat di leher salah satu kerangka.
Hal ini disampaikan oleh Kapolres Banyumas, AKBP Bambang Yudhantara Salamun.
Bambang menambahkan, meski diduga sudah lama terpendam, kerangka-kerangka terebut ditemukan dalam kondisi lengkap.
Korban juga masih menggunakan pakaian.
"Kondisinya masih lengkap dan korban-korban juga masih menggunakan pakaian. Kemudian ditemukan ada tali yang mengikat leher satu kerangka," katanya, Senin (26/8/2019) dikutip dari Tribun Jateng.
Pihak kepolisian juga menemukan keempat kerangka dalam kondisi bertumpuk-tumpuk di sebuah lubang.
Lubang tersebut memiliki panjang 1,5 meter dan lebar 1,3 meter sementara kedalamannya hanya 40 cm.
Keempat korban dalah Supratno atau Ratno (56), Sugiyono atau Yono (51), dan Hari Setiawan atau Heri (46), Fifin Dwi Loveana atau Pipin (27) yang merupakan cucu Misem.
Setelah melakukan penyelidikan, polisi menemukan fakta pembunuh satu keluarga tersebut adalah Minah (53), anak kedua Misem.
Untuk diketahui, Misem memiliki empat anak secara urut yakni Ratno, Minah, Yono dan Heri.
Aksi tersebut dilakukan oleh Minah dan tiga anaknya pada 9 Oktober 2014 silam.
Motif pembunuhan adalah soal warisan.
Mengutip dari Tribun Jateng, beberapa tahun lalu sebelum kejadian, keempat saudara tersebut kerap beradu mulut soal harta gono-gini tersebut.
Akan tetapi ternyata di lahan seluas 298 meter tersebut dibangun rumah Minah yang bersebelahan dengan rumah Misem.
Rumah tersebut dibangun oleh suami Minah.
Pihak bank sudah mengambil gambar rumah seakan lahan telah digunakan.
Hal ini memicu kemarahan dari tiga saudara Minah.
Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan.
Sementara dua anak Minah yakni Irvan dan Putra menganggap sang ibu selalu dicecar oleh ketiga pamannya.
Irvan dan Putra bahkan juga terlibat dalam konflik tersebut seiring mereka dewasa.
Lambat laun, mereka semakin merasa terancam oleh paman-pamannya.
Keinginan untuk membunuh tiga paman tersebut muncul di benak anak Saminah.
Menurut mereka, mereka yang akan dibunuh jika tidak membunuh terlebih dahulu.
Sempat dilarang oleh Minah, keinginan untuk membunuh tiga pamannya tersebut akhirnya terkabul.
"Bahasa yang digunakan Saminah kepada anak-anaknya adalah, 'Terserah, silakan.'"
"Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan pembunuhan itu," tambah Bambang.
Setelah menghabisi 4 orang, Irvan dan Putra membawa keempat mayat ke belakang rumah Misem.
Kasus tersebut baru terungkap setelah lima tahun pembunuhan.
8. Mayat pria dicor di bawah musala
Warga Dusun Juroju, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember, dihebohkan dengan penemuan mayat seorang pria.
Mayat korban, Surono (51), ditemukan di bawah musala pada Senin (4/11/2019).
Padahal musala tersebut baru dibangun sekitar enam bulan lalu atau satu bulan setelah kepergian Surono.
Surono dilaporkan menghilang sejak tujuh bulan lalu.
Surono ditemukan dikubur di musala rumahnya dalam keadaan tubuh.
Ditemukan pula linggis yang masih bernoda darah tepat di bawah jenazah.
Selain linggis, polisi juga menemukan pisau yang letaknya agak jauh dari jasad Surono.
Dari barang bukti serta keterangan saksi, polisi menduga kuat Surono menjadi korban pembunuhan.
Kasus tersebut mulai terungkap setelah pengakuan Bahar, sang anak.
Bahar bercerita kepada Kepala Dusun, Edi, bahwa sang ayah diduga dibunuh dan dikubur di dalam rumahnya.
Senada dengan Bahar, isri dari Surono, Busani (45) juga menuturkan hal serupa.
Busani bahkan menyebut jika suaminya dibunuh oleh seorang berinsisial J.
Bahar, Busani, dan J yang belakangan diketahui sebagai suami siri Busani kemudian meminta perlindungan kepada pihak kepolisian.
Setelah diperiksa lebih lanjut, Bahar dan Busani justru saling menuduh.
Mereka saling tunjuk soal pelaku pembunuhan Surono.
Busani menyebut jika sang anak yang membunuh Surono.
Tampak berbeda dari keterangan sang ibu, Bahar menyebut jika ibunya lah yang membunuh sang ayah.
Dalam keterangannya kepada polisi, Bahar mengaku jika ia baru pulang dari Bali pada tanggal 2 November.
Kepulangan Bahar lantaran mendapat kabar apabila ayahnya telah meninggal dunia.
Namun, keterangan yang diberikan oleh Busani disebutkan polisi cenderung berbelit-belit dan selalu berubah.
Sementara Bahar cenderung memberikan keterangan yang tetap.
Setelah melakukan pemeriksaan, polisi menetapkan Busan dan Bahar sebagai tersangka.
Surono dibunuh dengan cara dipukul memakai linggis saat korban sedang tidur.
Pembunuhan ternyata dilakukan pada Maret 2019 sekitar pukul 23.00 WIB.
Mengutip dari Surya, pembunuhan tersebut dilatarbelakangi oleh motif ekonomi dan asmara.
"Motif pembunuhan itu karena ekonomi, juga ada dendam yang dilatarbelakangi asmara," ujar Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal, Kamis (7/11/2019).
Korban merupakan petani kopi yang memiliki penghasilan cukup banyak yakni berkisar Rp 90 hingga Rp 100 juta setiap tahun.
Bahar merasa penghasilan ayahnya banyak namun ia hanya mendapatkan pembagian sedikit.
Sementara itu, sang istri Busani juga merasa hanya mendapatkan sedikit hasil dari penjualan kopi, juga komoditas lain yang ditanam Surono.
Busani lantas menceritakan apa yang dirasakannya kepada Bahar.
Mendengar cerita dan keluhan ibunya, akhirnya Bahar memutuskan untuk membunuh ayahnya.
(Tribunnews.com/Miftah)