Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanggapan Para Guru Terkait Wacana Ujian Nasional Diganti Asesmen Kompetensi

Tanggapan para guru terkait wancana Ujian Nasional diganti Asesmen Kompetensi. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
zoom-in Tanggapan Para Guru Terkait Wacana Ujian Nasional Diganti Asesmen Kompetensi
Tangkap Layar YouTube Mata Najwa
Acara Mata Najwa 

TRIBUNNEWS.COM - Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim terkait penghapusan Ujian Nasional (UN), ditanggapi para guru.

Kebijakan yang berisi wacana UN diganti dengan asesmen kompetensi dan survei karakter menuai pro dan kontra dari para pendidik.

Beberapa guru mengungkapkan setuju dengan kebijakan baru tersebut.

Namun, beberapa guru tak sedikit yang menyatakan penolakannya.

Ada pula guru yang merasa ragu dengan kebijakan tersebut.

Dilansir dari tayangan Mata Najwa, Rabu (18/12/2019), berikut ini tanggapan para guru terkait kebijakan dari Mendikbud.

Setuju

Ada tiga guru yang menyatakan mereka setuju UN dihapus atau diganti dengan kebijakan lain.

Berita Rekomendasi

1. Kepala SMAN 1 Denpasar, Muhammad Rida

Muhammad Rida
Muhammad Rida (Mata Najwa)

Kepala SMAN 1 Denpasar, Muhammad Rida mengaku setuju dengan kebijakan tersebut.

"Keberhasilan siswa ditentukan tiga hari ujian itu saja. Padahal kita tahu, ini butuh proses dari kelas 10 sampai kelas 12 ," kata Muhammad Rida.

2. Wakil Kepala SMA Negeri 1 Semarang, Atiek Setyati

Wakil Kepala Sekolah SMA N 1 Semaran Atiek Setyati
Wakil Kepala Sekolah SMA N 1 Semaran Atiek Setyati (Mata Najwa)

Pernyataan setuju juga datang dari Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Semarang, Atiek Setyati.

Atiek mengaku murid sekarang bisa mengakali UN.

"Sudah terlalu lama ya Ujian Nasional, sehingga bisa disiasati oleh murid," katanya.

3. Guru SMA YP Unila Kota Bandar Lampung, Ahmad Zilalin

Ahmad Zilalin
Ahmad Zilalin (Mata Najwa)

Ahmad Zilalin juga setuju dengan kebijakan terbaru ini.

Menurut guru di SMA YP Unila Kota Bandar Lampung tersebut, hal ini merupakan bukti pemerintah percaya kepada tenaga pendidik.

"Berarti pemerintah sudah mulai percaya, proses asesmen dan sebagainya dilakukan oleh guru dan sekolah," ungkapnya.

Tidak Setuju/Kurang Setuju

1. Guru Sekolah Menengah Atas, Haris Malikus

Haris Malikus
Haris Malikus (Mata Najwa)

Haris Malikus mengaku kurang sependapat dengan kebijakan tersebut.

"Karena di situ ada standarisasi, penyeragaman," katanya.

2. Guru SDN 2 Pelita Kota Bandar Lampung, Erdawati

Guru SD N 2 Pelita Kota Bandar Lampung, Erdawati
Guru SD N 2 Pelita Kota Bandar Lampung, Erdawati (Mata Najwa)

Erdawati mengungkapkan dia kurang setuju dengan adanya penghapusan UN.

"Kalau tidak ada UN, itu tidak ada ukuran," tuturnya.

3. Kepala SD Saraswati 1 Denpasar, Ni Made Kuaci Sukerti

Ni Made Kuaci Sukerti
Ni Made Kuaci Sukerti (Mata Najwa)

Pernyataan kurang setuju juga datang dari Ni Made Kuaci Sukerti.

"Anak-anak itu kurang ada gregretnya untuk belajar," tegasnya.

4. Guru SD Saraswati 1 Denpasar, Ni Ketut Sumawati

Ni Ketut Sumawati
Ni Ketut Sumawati (Mata Najwa)

Guru SD Saraswati 1 Denpasar mengaku kurang setuju dengan wacana adanya pengganti UN.

"Ujian Nasional itu sebagai acuan kami di sekolah. Untuk menentukan nilai standar anak-anak, kemampuan anak-anak dan memacu kepada anak," tegasnya.

Setuju Tidak Setuju

1. Guru SMA Ahmad Riza

Ahmad Riza
Ahmad Riza (Mata Najwa)

Ahmad Riza mengaku cukup bias dengan kebijakan tersebut.

Ia mengaku setuju, dan tidak setuju.

"UN yang kemarin tidak menentukan kelulusan, jadi ketika sekarang dihapus pun sepertinya tidak terlalu mempengaruhi psikologis anak?" katanya.

Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter

Nadiem Makarim menjelaskan pengertian program pengganti UN yaitu Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

Menurut Nadiem, program pengganti itu tengah dibahas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Pelaksanaan program tersebut akan berbasis komputer.

"Secara teknis, detailnya kita sedang membahas, tapi sudah pasti akan dilaksanakan melalui komputer," ujar Nadiem saat Rapat Koordinasi bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, yang Tribunnews kutip  dari YouTube Kompascom Reporter on Location,  Rabu (11/12/2019).

Pelaksanaan berbasis komputer tersebut, menurutnya itu berdasarkan standar nasional yang sudah ditentukan.

"Apapun dalam standar nasional itu computer based," lanjutnya.

Program pengganti UN itu, Nadiem mengatakan sebagai gerakan Kemendikbud ke depan.

Dalam Rapat Kerja Komisi X DPR, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Nakarim menegaskan bahwa Ujian Nasional (UN ) akan diganti dengan asesmen kompetensi, Kamis (12/12/2019). (Tangkapan Layar Kompas TV)
Dalam Rapat Kerja Komisi X DPR, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Nakarim menegaskan bahwa Ujian Nasional (UN ) akan diganti dengan asesmen kompetensi, Kamis (12/12/2019). (Tangkapan Layar Kompas TV) (Tangkapan Layar Kompas TV)

Selain itu, program baru tersebut akan menjadi tugas ke depan Kemendikbud untuk membantu semua siswa di Indonesia dapat mengoperasikan komputer.

"Jadi itu adalah gerakan kita, PR kita selama satu tahun ke depan ini adalah memastikan semua murid itu bisa (menggunakan)," jelasnya.

Alasannya, menurut Nadiem, masih ada siswa di beberapa daerah yang belum bisa mengoperasikan komputer.

"Karena beberapa di daerah kan belum bisa," jelasnya.

Sehingga tugas tersebut, akan dituntaskan Nadiem Makarim bersama Kemendikbud pada tahun ini.

"Jadi itu harapannya harus kita tuntaskan tahun ini," tambah Nadiem.

Nadiem Makarim mengatakan, penggantian UN tersebut dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Nadiem juga menyebut, materi dalam ujian nasional juga terlalu padat.

Menurutnya, materi yang padat tersebut mengakibatkan siswa cenderung berfokus pada hafalan materi dan bukan kompetensi.

"Ini sudah menjadi beban stres antara guru dan orang tua. Karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu," ungkap Nadiem.

Nadiem menjelaskan, semangat UN itu untuk mengasesmen sistem pendidikan, baik itu sekolahnya, geografinya, maupun sistem pendidikan secara nasional.

Sehingga, ia menjelaskan, UN hanya menilai satu aspek, yakni kognitifnya.

Malah menurutnya, belum menyentuh seluruh aspek kognitifnya, tapi lebih kepada penguasaan materi.

"Belum menyentuh karakter siswa secara lebih holistik," tambah Nadiem.

(Tribunnews.com/Andari  Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas