Politikus PKB: Perempuan Tak Dilarang Jadi Panglima TNI
Anggota Komisi I DPR RI Abdul Kadir Karding mengatakan tidak ada aturan melarang perempuan menjadi Panglima Tentara Nasinal Indonesia (TNI).
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI Abdul Kadir Karding mengatakan tidak ada aturan melarang perempuan menjadi Panglima Tentara Nasinal Indonesia (TNI).
"Dalam UU, aturan dan tradisi kita, tidak dilarang perempuan menjadi Panglima TNI," ujar politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini kepada Tribunnews.com, Senin (23/12/2019).
Karding menegaskan, aturan di Indonesia, tidak punya cara pandang diskriminatif terhadap perempuan.
"Karena itu perempuan bisa jadi Panglima, jadi presiden, jadi menteri," tegas mantan Wakil Ketua TKN Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin ini.
Pernyataan ini menanggapi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang menyebut, jabatan Panglima TNI bisa diisi oleh perempuan.
Menurut dia, kemampuan kepemimpinan dan ide-ide cemerlang yang dibutuhkan dari seorang panglima TNI. Bukan gendernya.
"Yang dibutuhkan kan kemampuan kepemimpinannya dan ide-idenya yang mampu melakukan perubahan," ucapnya.
Untuk itu dia tidak mempermasalahkan jika perempuan yang cakap dan punya kapasitas menjadi panglima TNI.
Nurul Arifin
Anggota Komisi I DPR RI dari Golkar Nurul Qomaril Arifin (Nurul Arifin) menegaskan tidak ada larangan perempuan untuk menduduki jabatan Panglima Tentara Nasinal Indonesia (TNI).
Termasuk dalam Undang-undang (UU) No 34 Tahun 2004 tentang TNI.
"Tidak ada larangan bagi Jabatan Panglima untuk diduduki perempuan," ujar politikus Golkar ini kepada Tribunnews.com, Senin (23/12/2019).
Pernyataan ini menanggapi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang menyebut bahwa jabatan Panglima TNI bisa diisi oleh perempuan.
Aturan hanya menyebutkan, untuk mengangkat Panglima TNI, Presiden mengusulkan satu orang calon ke Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan.
Persetujuan DPR terhadap calon Panglima yang dipilih oleh Presiden disampaikan paling lambat 20 (dua puluh) hari. Itu terhitung sejak permohonan persetujuan calon diterima oleh DPR.
Tidak termasuk masa reses.
"Yang penting orang tersebut mumpuni. Baik dari segi intelektualitas, pengalaman di bidangnya dan cakap, pastinya sesuai UU nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI," jelas Nurul Arifin.
Karena itu kata dia, sangat revolusioner jika perempuan menjadi Panglima TNI bisa terelisasi.
"Saya sih setuju banget dan bangga jika sampai kejadian. Revolusioner banget," ucapnya.
Yenny Wahid
Putri almarhum Presiden ke 4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid mendukung sepakat jabatan Panglima TNI bisa diisi oleh perempuan.
Hal itu menanggapi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang menyebut, jabatan Panglima TNI bisa diisi oleh perempuan.
"Saya sangat sependapat dengan bu Mega. Kedepan dilihat saja siapa yang kemampuannya paling bagus, jadi berdasar prestasi, bukan berdasar gender," ujar Yenny Wahid kepada Tribunnews.com, Senin (23/12/2019).
Jangan sampai, kata dia, ada perwira yang potensinya bagus, hanya karena berjenis kelamin perempuan, otomatis tereliminasi di babak awal.
Menurut dia, pencalonan panglima TNI harus berdasarkan prestasi. Sehingga baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang sama untuk menjadi Panglima TNI.
Dia mengingatkan, di Australia saja Menteri Pertahanannya adalah seorang perempuan.
"Di Australia saja menhannya perempuan," ucap Yenny Wahid.
Jadi, imbuh dia, kenapa tidak perempuan bisa menjadi panglima TNI di Indonesia.
"Berikan kesempatan yang sama untuk berprestasi. Kalau sistem kita dibangun atas dasar meritokrasi, maka kita akan mendapatkan anak-anak terbaik bangsa yang menjadi pemimpin-pemimpin di Indonesia," tegas Yenny Wahid.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menilai semestinya jabatan Panglima TNI bisa saja diisi perempuan.
Hal itu diutarakan Megawati saat membuka acara BPIP yang bertajuk Perempuan Hebat untuk Indonesia Maju di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Minggu (22/12/2019).
Mulanya, Megawati menyinggung peran pahlawan nasional perempuan Laksamana Malahayati.
Megawati mengatakan peran Laksamana Malahayati menunjukkan sejatinya perempuan layak menduduki posisi tinggi di militer.
"Dia laksamana benar. Bukan pakai embel-embel. Dia ikut perang dan memenangkan perang di Aceh. Kalah gubernur jenderal oleh dia. Apakah kita tidak bangga punya Laksamana Malahayati. Saya bangga banget," ujar Presiden kelima RI tersebut dalam pidato sambutannya.
"Apakah Panglima TNI tidak boleh dari kaum perempuan? Why not. Panglima TNI tidak boleh ya kaum perempuan? Presiden saja ya sudah (pernah). Artinya ya ke bawahnya ya boleh dong," ujarnya. (*)