Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Selain Serangan Harimau Sumatera, Ini 4 Teror Hewan yang Pernah Hebohkan Indonesia

Serangan harimau di Sumatera Selatan kembali bertambah, Serangan harimau bukanlah satu-satunya serangan hewan terhadap manusia masih ada yang lain.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Selain Serangan Harimau Sumatera, Ini 4 Teror Hewan yang Pernah Hebohkan Indonesia
Kolas Tribunnews (Tigers-world.com, Shutterstock/Yod67, Surya.co.id/Rudi Mulya, Surya.co.id/Galih Lintartika dan
Empat teror hewan yang pernah hebohkan Indonesia 

TRIBUNNEWS.COM -  Korban serangan harimau di Sumatera Selatan kembali bertambah. 

Korban terbaru adalah Suhadi (50) petani asal Desa Pajar Bulan, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

Mayat Suhadi ditemukan pada Minggu (22/12/2019).

Kepergian Suhadi menambah panjang daftar serangan harimau kepada manusia.

Dikutip dari Kompas.com, korban konflik harimau dan manusia di daerah Pagaralam dan Lahat, Sumatera Selatan bertambah menjadi empat orang.

Serangan harimau bukanlah satu-satunya serangan hewan terhadap manusia, masih ada contoh-contoh lain.

Selengkapnya, berikut teror-teror serangan hewan yang menghebohkan Indonesia dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.

Berita Rekomendasi

Baca: Gadis Penjual Cilok di Bandara Adi Soemarmo yang Viral, Kini Buka Peluang Endors untuk Tambah Rezeki

1. Tomcat

Serangga Tomcat (SURYA/Rudi Mulya)
Serangga Tomcat (SURYA/Rudi Mulya) (SURYA/Rudi Mulya)

Dirangkum dari pemberitaan Kompas.com pada 21 Maret 2012, serangan paederus fuscipes atau serangga tomcat sempat menghebohkan warga di beberapa daerah Indonesia.

Awalnya terjadi di Apartemen East Coast Surabaya, Selasa (13/3/2012).

Terhitung sejak tanggal tersebut, sudah seminggu tomcat menyerang.

Laporan serangan juga dijumpai di Situbondo dan daerah lain, meski tak bisa dikatakan bahwa tomcat sudah menyebar atau mewabah.

Tomcat merupakan serangga yang cukup beracun.

Serangga ini hidup di daerah yang lembab.

Serangga ini bisanya hidup di pepohonan, tambak dan semak-semak.

Racun yang terdapat pada serangga ini bisa menimbulkan efek cukup menyakitkan di kulit dan berbagai bagian tubuh manusia meskipun tidak sampai mematikan.

Outbreak atau wabah tomcat pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1990. Selain itu, outbreak serupa juga pernah terjadi di Australia, Srinlanka, India, dan Malaysia.

2. Ulat Bulu

Ulat bulu yang 'menyerang' rumah warga di Dusun Semambung, Desa Capang, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan
Ulat bulu yang 'menyerang' rumah warga di Dusun Semambung, Desa Capang, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan (surya/galih lintartika)

Pertengahan tahun 2019, masyarakat di wilayah Provinsi Jawa Timur mendapat serangan dari ulat bulu.

Dikutip dari pemberitaan Surya.co.id, 21 Juni 2019, Wabah ulat bulu menyerang permukiman warga di tiga desa di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, terjadi pada bulan Mei-Juni 2019.

Ketiga desa itu adalah Desa Capang, Gajahrejo, dan Pucangsari.

Kondisi penyerangan hama ulat bulu yang paling parah ada di Dusun Semambung, Desa Capang.

Serangan ulat sampai masuk ke rumah, mulai dari atap, teras, tembok dan bagian-bagian lainnya.

Ini merupakan serangan ulat bulu yang paling parah dari serangan ulat bulu sebelumnya.

Ulat bulu ini memang tidak membahayakan.

Tidak membuat gatal atau alergi lainnya.

Tapi, bagi warga setempat keberadaan ulat bulu ini sangat meresahkan.

Baca: Ini Fakta-fakta Keluarga Diusir Saat Berteduh di Pos Polisi, dari Awal Viral Hingga Permintaan Maaf

3. Tawon Ndas

Ratusan tawon ndas mati usai disemprot fum busa oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran Solo, Jumat (17/11/2017) malam. TRIBUNSOLO.COM/CHRYSNHA PRADIPHA
Ratusan tawon ndas mati usai disemprot fum busa oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran Solo, Jumat (17/11/2017) malam. TRIBUNSOLO.COM/CHRYSNHA PRADIPHA (Tribunsolo.com/Chrysnha Pradipha)

Serangan serangan tawon Vespa Affinis (tawon ndas) menggegerkan masyarakat wilayah Jawa Tengah seperti Klaten, Kudus, Sukoharjo, Solo, Pemalang, Brebes dan Tegal.

Di Sukoharjo, sejak Januari hingga November 2019, tercatat sekitar 400 sarang tawon ndas bahkan telah dimusnahkan.

Tak hanya Jawa Tengah, kasus tawon ndas juga menghantui wilayah Jawa Timur, yakni di Kediri dan Tuban.

Tawon ini juga muncul di wilayah Bekasi, Jawa Barat.

Selain di Pulau Jawa, tawon ndas juga muncul di Sinjai Borong, Sulawesi Selatan.

Serangan tawon ndas jangan dianggap remeh, jika salah penangan, nyawa bisa menjadi taruhannya.

Contohnya serangan tawon ndas di Klaten, dikutip dari dinkesjatengprov.go.id, sejak 2016 Pemkab Klaten mencatat laporan sarang tawon ndas sebanyak 667 kasus.

Sebanyak 10 orang tewas akibat sengatan tawon itu.

Pada tahun 2019 tercatat di Klaten jumlah kasus serangan 13 dengan jumlah kematian 2 orang di Kecamatan Wonosari dan Wedi.

Sementara di Pemalang, telah 9 korban meninggal sejak tahun 2018.

Baca: Hobi Unik Deretan Kepala Negara, Jokowi Mengendarai Motor, Ratu Elizabeth II Mengoleksi Perangko

4. Ular Kobra

Warga Perumahan Royal Citayam Residen, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor dibuat geger dengan ditemukannya puluhan anak ular kobra. TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Warga Perumahan Royal Citayam Residen, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor dibuat geger dengan ditemukannya puluhan anak ular kobra (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Teror ular kobra tengah terjadi di sejumlah daerah.

Ular kobra yang jumlahnya bisa mencapai puluhan, membuat warga resah.

Seperti yang terjadi di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Akibat adanya anakan kobra di lingkungannya, satu keluarga terpaksa mengungsi.

Di Jember, puluhan anakan kobra juga meneror warga Sukorambi, Jawa Timur pada Jumat (6/12/2019).

Tak hanya di Jember, warga Ciracas, Jakarta Timur, juga dihebohkan dengan keberadaan ular kobra.

Dikutip dari laman Kompas.com, pakar Toksonologi dan bisa ular Dr dr Tri Maharani, M.Si SP, mengatakan, bisa ular kobra dominan mengandung mycrotoxin, cardiotoxin, neurotoxin, dan cytotoxin.

"Paling banyak yang menyebabkan kematian di Indonesia karena (kandungan) cardiotoxin dan neurotoxin," ujar Tri.

Lamanya waktu hingga menimbulkan kematian ini tergantung dari banyaknya venom yang masuk ke dalam tubuh.

"Kalau banyak cardiotoxin dan neurotoxin-nya bisa cepat (meninggalnya), bisa beberapa menit sampai jam," kata Tri.

Jika kerusakan sel tidak diberikan antivenom, maka semua jaringan bisa rusak dan mati, seperti otot pembuluh darah syaraf dan sebagainya. (*)

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(Surya.co.id/Galih Lintartika)(Kompas.com/Yunanto Wiji Utomo/Aji YK Putra/Gloria Setyvani Putri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas