‘HeForSheRun 2020’ - Unjuk Kepedulian Memperbaiki Kesetaraan Gender
Menyambut Hari Perempuan Se-dunia yang jatuh pada 8 Maret 2020 Perkumpulan Perusahaan untuk Pemberdayaan Perempuan
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyambut Hari Perempuan Se-dunia yang jatuh pada 8 Maret 2020 Perkumpulan Perusahaan untuk Pemberdayaan Perempuan atau Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) menyelenggarakan event olahraga “HeForSheRun 2020” di kawasan De Breeze - BSD Serpong, Tangerang.
Kegiatan yang terbuka untuk umum ini dimaksudkan sebagai unjuk kepedulian pada upaya memperbaiki kesetaraan gender.
“Aktivitas olah raga menyediakan banyak peluang untuk meningkatkan kesadaran dan peran aktif baik perempuan dan laki-laki dalam mewujudkan kesetaraan gender, “ kata Maya Juwita, Direktur Eksekutif
IBCWE.
Selain menyehatkan badan, olah raga merupakan kegiatan yang mengkombinasikan semangat dan pikiran positif dalam meraih capaian baik secara individual maupun kelompok, tambahnya.
Penyelenggaraan “HeForSheRun 2020” yang berlangsung ke dua kalinya ini telah memenuhi sejumlah aturan yang ditetapkan oleh International Association of Athletics Federations (IAAF), Association of
International Marathons and Distance Races (AIMS) tentang pelaksanaan lomba jalan raya.
Dibuka untuk kategori 5K dan 10K, usia 18 – 30 tahun, Master A (30-40 tahun), Master B+ (40 tahun+) baik pria maupun pria dan wanita.
Selain “HeForShe Run 2020”, pada event yang digelar kedua kalinya ini, bersama organisasi mitra, IBCWE juga menggelar sejumlah kegiatan yang menggembirakan (fun), menyehatkan (healthy) dan mendukung
kesetaraan gender, " papar Maya Juwita.
“Hari Perempuan 2020 pada 8 Maret mendatang merupakan momen perayaan capaian perempuan di berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, budaya, dan politik, “ jelasnya.
Tantangan Gender.
Lebih jauh Maya Juwita memaparkan, sejumlah tantangan kesetaraan gender saat ini masih mendapat sorotan di Indonesia. Di antaranya adalah belum berimbangnya kesempatan berkontribusi secara
ekonomi.
Komnas Perempuan dalam Catatan Tahunan 2019 melaporkan, pola dan trend kekerasan yang mendominasi dialami oleh perempuan di ranah privat antara lain Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Kekerasan dalam Pacaran.
Sementara di wilayah publik, lokasi tindak kekerasan yang dilaporkan terjadi diantaranya tempat kerja dan transportasi umum.
"Persoalan pelecehan seksual di tempat kerja misalnya, kami mencatat banyak Perusahaan belum memiliki kebijakan maupun praktik implementasi sebagai langkah antisipasi munculnya kasus sekaligus proteksi bagi korban, “ Maya mencontohkan.
"Untuk itu pelatihan pencegahan dan penanganan pelecehan seksual bagi kalangan staf terkait, seperti human resource department, merupakan salah satu program kerja tahun ini,” tambahnya.
Fleksibilitas Sistem
Peran serta laki-laki sebagai bagian dari solusi untuk menciptakan kesetaraan gender menjadi hal mutlak, kata Maya.
“Pada bidang pemberdayaan ekonomi, dukungan kepada pekerja perempuan di perusahaan dapat berupa berbagai kebijakan misalnya, menciptakan lingkungan kerja yang aman dan kondusif, penyediaan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas, dan membuka akses posisi-posisi strategis di badan
pengelola tertinggi perusahaan, “ ungkapnya.
Kebijakan seperti ini sepatutnya disertai fleksibilitas sistem yang mampu memberikan ruang-ruang terciptanya keseimbangan hidup dan bekerja (work and life balance) seperti bekerja dari rumah (working
from home) dan cuti orang tua (parental leave).
Implementasi kombinasi kebijakan yang ‘sensitif gender’ dan ramah pekerja’ seperti ini berpotensi besar berdampak pada kualitas produktivitas pekerja dan operasional perusahaan.
Jauh Lebih Lambat
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (ATPK) perempuan sampai Februari 2019 adalah 55,5% dibandingkan ATPK laki-laki 83,18%.
Meski memperlihatkan tren kenaikan setiap tahun, laju pertambahan ATPK perempuan jauh lebih lambat.
Bila rata-rata kenaikan ATPK laki-laki 0,17% pertahun, ATPK perempuan hanya 0,06%. Hal ini tidak terlepas dari berbagai persoalan yang dialami oleh perempuan baik di ranah privat mapun publik.
Maya Juwita menegaskan perlunya kerja sama dengan berbagai pihak untuk menyediakan sekaligus ambil bagian dari solusi permasalahan yang berjalan akseleratif.
“Terlebih mengingat ambang batas tahun target pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tinggal satu dekade lagi, “ katanya mengingatkan.