Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Evakuasi 243 WNI Pakai Pesawat Berbadan Lebar, Langsung Kembali ke Indonesia Tanpa Harus Transit

Penjemputan 243 WNI di provinsi tersebut dipastikan dilaksanakan, Sabtu ini dengan pesawat berbadan lebar.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Evakuasi 243 WNI Pakai Pesawat Berbadan Lebar, Langsung Kembali ke Indonesia Tanpa Harus Transit
Tribunnews.com/Vincentius Jyestha
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi memastikan Indonesia sudah mendapatkan izin dari pemerintah China untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang terisolasi di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei akibat wabah virus corona.

Penjemputan 243 WNI di provinsi tersebut dipastikan dilaksanakan, Sabtu ini.

"Keberangkatan pesawat penjemput bersama dengan tim akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam," kata Retno, dalam jumpa pers di Kantor Kemenlu, Jakarta, Jumat (31/1/2020) pukul 15.16 WIB.

Retno mengatakan, "Pesawat yang akan diberangkatkan adalah pesawat berbadan lebar. Dengan begitu, pesawat bisa langsung kembali ke Indonesia tanpa harus transit."

Ada beberapa pesawat berbadan besar. Misalnya, Boeing 777 dengan kapasitas 314 - 451 penumpang dan Airbus 330 bengkel memiliki kapasitas 440 penumpang.

Kepastian menjemput WNI di lokasi tersebarnya virus Corona ini didapatkan setelah Menlu Retno bertemu dengan Duta Besar China Xiao Qian, di Kantor Kemenlu, Jakarta.

"Pagi ini saya telah bertemu dengan Duta Besar RRT di Jakarta, beliau telah menyampaikan clearance pendaratan dan pergerakan pesawat untuk evakuasi WNI dari Provinsi Hubei. Dalam kaitan ini, kami ingin menyampaikan apresiasi kita atas kerja sama yang telah diberikan oleh pemerintah RRT, keberangkatan pesawat penjemput bersama dengan tim akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam," kata Retno.

Baca: Skenario Karantina Ratusan WNI yang Dievakuasi dari Wuhan

Baca: Wabah Corona Gerus Pertumbuhan Ekonomi Dunia Sebesar 0,5 Persen

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, sejumlah pejabat RI termasuk Presiden Joko Widodo sempat menyatakan akses di Hubei masih ditutup otoritas China sehingga evakuasi WNI belum dapat dilakukan.

Menlu Retno pun berterima kasih kepada pemerintah China yang akhirnya mau membuka akses untuk RI.

"Kami ingin menyampaikan apresiasi kita atas kerja sama yang telah diberikan pemerintah RRT," ujar dia.

Setelah mendapatkan izin ini, Menlu Retno pun memastikan pesawat untuk mengevakuasi WNI akan segera diberangkatkan. Ia menyebut pesawat akan berangkat dalam waktu kurang dari 24 jam.

Retno menjelaskan, pesawat yang akan diberangkatkan adalah pesawat yang berbadan lebar. Pesawat akan diterbangkan tanpa melalui transit.

"Siang ini saya telah melakukan pembicaraan dengan tim kita dari KBRI Beijing yang saat ini telah memasuki Provinsi Hubei. Persiapan di beberapa titik di Provinsi Hubei, terutama di Wuhan saat ini terus berjalan sementara itu persiapan penerimaan di Indonesia juga terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan protokol kesehatan yang berlaku," ujar dia.

Retno mengatakan telah melaporkan proses evakuasi ini kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia juga berterima kasih atas kerja sama semua pihak.

"Saya ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas kerja sama yang sangat baik yang telah diberikan oleh berbagai kementerian dan lembaga, antara lain Kementerian Kesehatan Perhubungan Mabes TNI dan Kemenkum HAM, BNPT, dan kepolisian," ujar dia.

Baca: Asrama Haji Pondok Gede Jadi Opsi Lokasi Karantina WNI dari Wuhan

Baca: UPDATE Pasien Virus Corona per Sabtu (1/2/2020) Pagi: 11.921 Terinfeksi, 259 Orang Meninggal Dunia

Evakuasi WNI ini dilakukan karena munculnya virus Corona di Provinsi Hubei, tepatnya di Kota Wuhan, China.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya resmi mengumumkan status darurat dunia atas kasus virus corona yang terus menyebar ke luar China.

WHO telah menyatakan wabah virus Corona China sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Menurut WHO, PHEIC sebagai kejadian luar biasa (KLB) yang menjadi risiko kesehatan publik bagi negara lain melalui penyebaran penyakit internasional, serta memerlukan respons internasional yang terkoordinasi.

Selain virus corona Wuhan 2020, deklarasi PHEIC juga pernah digunakan lima kali pada saat flu babi (2009), polio (2014), Ebola (2014), virus Zika (2016), dan Ebola (2019).

Melansir dari South China Morning Post, korban jiwa akibat virus yang awalnya menyebar di Wuhan China tersebut sudah 213 hingga Kamis (30/1/2020) dengan 42 kasus terbanyak terjadi di Provinsi Hubei.

Dari 30 kematian baru yang dilaporkan, 30 di antaranya ada di Wuhan, dan merupakan pusat wabah menurut komisi kesehatan Hubei.

Hingga Kamis, 1.982 kasus baru telah dikonfirmasi terjadi di daratan China. Hingga Jumat (31/1/2020) pukul 09.18 WIB, total secara nasional terdapat 9.692 kasus terinfeksi Corona.

Baca: Pagi Ini Pesawat Airbus 330 Batik Air Jemput Ratusan WNI di Wuhan

Baca: Bandara Ngurah Rai Sediakan Jalur Khusus untuk Penumpang dari China

Ini melebihi epidemi SARS pada 2002-2003 yang menewaskan 774 orang di seluruh dunia.

Retno mengatakan proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang tertahan di Provinsi Hubei, China, akibat wabah virus Corona telah memasuki tahap akhir.

Pesawat akan diberangkatkan ke lokasi dalam waktu kurang dari sehari.

Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman menyatakan, pemerintah belum memutuskan akan menggunakan pesawat sipil atau TNI untuk mengevakuasi WNI di Wuhan, China Evakuasi ini diketahui untuk memulangkan WNI ke Indonesia pasca merebaknya Virus Corona di China.


"Tadi pagi saya juga sudah berbicara dengan Panglima TNI. Beliau mengatakan siap kalau memang TNI dikerahkan untuk menjemput, tapi belum ada keputusan apakah akan memakai pesawat TNI atau pesawat sipil," ujar Fadjroel di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Fadjroel mengatakan, pemerintah akan memutuskan hal tersebut melalui rapat terkait ke depan. Rapat tersebut sekaligus akan memutuskan waktu evakuasi dimulai.

Ia menambahkan, sejak Presiden Joko Widodo memutuskan mengevakuasi 243 WNI di Wuhan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, dan seluruh pihak terkait terus berkoordinasi untuk mematangkan rencana tersebut.

Pemerintah melalui KBRI Beijing juga terus berkoordinasi dengan WNI di Wuhan untuk terus memantau kondisi fisik dan mental mereka.

"Sejak merebaknya kasus tersebut pihak KBRI, Menlu, Direktur Perlindungan WNI selalu berkoordinasi dengan setiap WNI di Provinsi Hubei. Terutama mereka yang berada di kota Wuhan yang memang di-lockdown," lanjut dia.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, Kemenkes bersama Kementerian Luar Negeri dan pihak terkait telah menyiapkan sejumlah skenario untuk mengevakuasi warga negara Indonesia yang ada di Wuhan, China.

Skenario ini dibuat menyusul wabah virus corona yang merebak di Provinsi Hubei itu.

Setidaknya, ada dua skenario yang disusun pemerintah terkait rencana evakuasi WNI dari Wuhan. Pertama, yaitu mengevakuasi WNI keluar dari Hubei.

"Skenario pertama mengeluarkan mereka dari Hubei, kemudian menjemputnya di tempat yang ada, keluar dari Hubei," kata Anung di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Kamis.

Skenario kedua ialah mengevakuasi WNI keluar dari China dan membawanya kembali ke Indonesia.

Jika dimungkinkan, Pemerintah Indonesia akan mendaratkan pesawat evakuasi di Wuhan untuk menjemput para WNI keluar dari China.

WNI Tersebar

Pemerintah telah memutuskan akan mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Provinsi Hubei, China.

Namun, menurut Ketua Ranting Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) di Huazhong University of Science and Technology (HUST) Khoirul Umam Hasbiy ada persoalan yang bisa jadi kendala dalam proses evakuasi.

Salah satunya adalah keberadaan WNI yang kini masih tersebar di sejumlah kota di provinsi tersebut.

"Kendala kami saat ini adalah sebaran mahasiswa di kampus Hubei. Seperti diketahui Provinsi Hubei masih di lockdown, jadi agak susah untuk WNI berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kita mau atur strateginya," kata Khoirul dalam keterangan tertulis.

Status lockdown atau tertutup diberlakukan Pemerintah China sejak 23 Januari lalu, menyusul penyebaran virus Corona jenis baru yang teridentifikasi berasal dari Kota Wuhan, ibu kota Hubei.

Khoirul menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan KBRI terkait rencana titik kumpul dan titik penjemputannya.

"Harapannya kami bisa keluar dan sampai di Indonesia dengan selamat, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor potensi bawaan virus. KBRI dan PPIT Wuhan tetap memperhatikan kondisi teman-teman, dan kami mengimbau untuk menjaga kesehatan individu agar selalu fit dan melaksanakan kiat-kiat preventif penularan nCoV," ujarnya.

Teknis Karantina

Fadjroel Rachman mengatakan pemerintah akan menerapkan karantina bagi Warga Negara Indonesia yang dievakuasi dari Provinsi Hubei, China terkait mewabahnya virus Corona.

Secara teknis, karantina akan dilakukan oleh pihak Kementerian Kesehatan.

"Tentu akan ada karantina secara teknis. Itu akan ada dilakukan Kemenkes. Tetapi saya tidak menyampaikan secara teknis. Itu akan dilakukan Kemenkes," kata Fadjroel.

Menurut Fadjorel Kementerian Kesehatan nantinya yang akan mengatur teknis karantina tersebut. Apakah karantina akan dilakukan di Kapal, rumah Sakit, atau pulau terluar.

"Saya tidak bisa menjawab sekarang, karena itu yang akan diselesaikan oleh semua kementerian. Apakah di suatu tempat tertentu apakah di kapal apakah ini, apakah itu. Tentu pertanyaan-pertanyaan teknis itu yang langsung terkait dengan teknis, itu (kapasitas) Dokter Terawan sebagai Menkes dan termasuk yang lain," katanya.

Menutur Fadjroel, pemerintah belum bisa memastikan apakah proses evakuasi nanti akan menggunakan pesawat Hercules atau Komersil. Bila menggunakan Hercules milik TNI maka evakuasi bisa dilakukan dengan satu kali penerbangan saja.

"Kalau pakai hercules bisa pakai 3 buah. Satu kali penerbangan," katanya.

Namun pemerintah tidak akan memperlakukan 243 WNI yang dievakuasi, secara berlebihan. Artinya menurut Fadjorel tidak akan ada perlakuan yang membuat para WNI tersebut merasa tidak nyaman.

"Ada pesan tadi pagi dari beberapa pihak ke kami, saya sempat bicara. Kita harus lindungi setiap orang yang berasal dari Wuhan, Hubei. Itu hak mereka untuk tidak diperlakukan secara terlalu istimewa, yang bisa berakibat tidak baik," ujar Fadjroel. (Tribun Network/vin/rin/fia/yud)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas