Membandingkan WNI Eks ISIS dengan Kasus Corona Dipandang Pengamat Tak Tepat: Tidak 'Apple to Apple'
Membandingkan pemulangan WNI eks kombatan ISIS dengan WNI dari Wuhan untuk hindari virus corona disebut pengamat tidak apple to apple.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEW.COM - Membandingkan pemulangan WNI eks kombatan ISIS dengan WNI dari Wuhan, China untuk menghindari bahaya virus corona disebut pengamat tidak apple to apple.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik dari Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS), Agung Satyawan.
Agung menilai status kewarganegaraan WNI di Wuhan telah jelas.
Sementara status kewarganegaraan WNI eks kombatan ISIS masih bisa diperdebatkan.
"Ya kalau WNI di Wuhan itu kan jelas WNI, ada kewajiban negara untuk menolong, lha kalau ini (WNI eks ISIS)? Kewarganegaraannya masih dalam perdebatan, masih abu-abu," ungkapnya kepada Tribunnews melalui panggilan telepon, Jumat (7/2/2020).
Baca: Verifikasi Data 600 WNI Eks ISIS di Suriah, BNPT: Namanya Banyak yang Pakai Alias
Agung mengungkapkan pemerintah harus memiliki parameter yang jelas.
Maka dari itu, menurutnya perbandingan pemulangan WNI karena bahaya virus corona dengan wacana pemulangan WNI eks ISIS tidak tepat.
"Parameternya harus jelas dulu, ini kewarganegaraannya nggak jelas. Itu nggak apple to apple tuh, lain," ungkapnya.
Sementara itu, sikap Presiden Jokowi yang menolak memulangkan WNI eks ISIS disebut Agung merupakan langkah yang tepat.
"Saya melihat (sikap Jokowi) sudah oke, sudah on the right track," ungkapnya.
Baca: Para Atlet Badminton Indonesia Dibekali Masker Anti Virus Corona Sebelum Berangkat ke Filipina
Agung menyebut perlu adanya penelaahan yang cukup panjang untuk melihat segala pertimbangan.
Jika memang ada pilihan untuk menerima kembali, harus sesuai dengan parameter.
"Kalau pun diterima, harus sesuai dengan parameter yang sudah dikeluarkan BNPT, sesuai dengan ideologi," ungkapnya.
Sebab jika ideologi belum sesuai dengan yang dianut bangsa, Agung menilai hal itu hanya akan menjadi bom waktu.