Soetikno Sebut Bukan Perantara Sehingga Tidak Bisa Memberikan Pengaruh
Soetikno Soedarjo menyatakan dirinya adalah "commercial advisor" yang merupakan bagian dari pabrikan dan bukan intermediary atau perantara.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Soetikno Soedarjo menyatakan dirinya adalah "commercial advisor" yang merupakan bagian dari pabrikan dan bukan intermediary atau perantara.
Demikian disampaikan oleh Soetikno Soedarjo (SS) pada akhir/penutupan sidang mantan direktur utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, jalan Bungur Besar, Kamis (13/2/2020).
Dalam kaitan dengan hal tersebut, Soetikno tidak pada posisi dan tidak memiliki kewenangan untuk memberikan pengaruh pada proses pengadaan pesawat Airbus A 330 dan Bombardier yang dilakukan Garuda pada saat itu.
Demikian antara lain terungkap dalam sidang kelima yang menghadirkan saksi masing-masing mantan direktur teknik Garuda Batara Silaban, mantan direktur umum/SDM Achirina, dan vice president corporate planning Garuda Setijo Awibowo.
Sesuai dengan sidang sebelumnya, tiga saksi Batara, Setijo Awibowo, dan Achirina mengungkapkan tidak ada arahan atau intervensi dalam proses pengadaan pesawat Airbus A330, Airbus A320 dan Bombarider CRJ 1000 yang dilakukan Garuda.
Tim bekerja secara independen dan melakukan analisa, dan kemudian mengajukan usulan atau rekomendasi ke dalam rapat direksi, dimana setelah proses diskusi terbuka dalam rapat, keputusan direksi diambil berdasarkan usulan atau rekomendasi tim.
Baca: Berkaca dari Kisel, Koperasi Awak Pesawat Garuda Indonesia Lakukan Pembenahan
Keputusan yang diambil kemudian juga dimintakan persetujuan kepada Dewan Komisaris yang bisa membatalkan apabila tidak sesuai dengan keputusan Garuda.
Pengadaan pesawat Airbus A330 selain disetujui oleh Direksi Garuda juga telah mendapatkan persetujuan pemegang saham Garuda pada saat itu, Sofyan Djalil, selaku Menteri BUMN.
Dalam sidang kemarin penasihat hukum Soetikno Soedarjo, Juan Felix Tampubolon sempat mengingatkan kepada saksi Achirina yang beberapa kali terlihat berbisik/berbicara kepada saksi lain, Setijo Awibowo, pada saat memberikan keterangan sehingga hakim menegur para saksi.
Juan Felix Tampubolon juga sempat menyampaikan hal yang disampaikan oleh saksi Achirina berkaitan whistleblowing system merupakan hal yang memang sudah ada dan telah ditetapkan dalam peraturan dan ketentuan di BUMN.
Para saksi juga membenarkan bahwa selama masa kepemimpinan Emirsyah Satar tidak pernah ada pengadaan yang tidak sesuai prosedur.
Seperti dalam sidang sebelumnya, ketika vice president internal audit, Sri Mulyati menyampaikan bahwa selain mencapai puncak kejayaan, selama kepemimpinan Emirsyah Satar, Garuda sangat menegakkan pelaksanaan good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik.
Para Saksi dalam persidangan hari Kamis tanggal 13 Februari 2020 menyatakan bahwa di bawah kepemimpinan Emirsyah Satar, Garuda berhasil bangkit dari ambang kebangkrutan pada tahun 2005 dan dengan program Quantum Leap Garuda berkembang pesat hingga berhasil meraih berbagai penghargaan internasional yang bergengsi.
Saksi Setijo Awibowo menyatakan pada saat Garuda akan IPO pada tahun 2011, Garuda membukukan keuntungan Rp 1 triliun lebih.