Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Diungkit-ungkit Masalah Umur, Babe Ridwan Berpesan agar ILC Angkat Tema Kontroversi Kerajaan Galuh

Budayawan sekaligus Sejarawan, Babe Ridwan Saidi mengaku dirinya sempat disinggung masalah usia terkait kontroversi Kerajaan Galuh di Ciamis.

Editor: Atri Wahyu Mukti
zoom-in Diungkit-ungkit Masalah Umur, Babe Ridwan Berpesan agar ILC Angkat Tema Kontroversi Kerajaan Galuh
Capture YouTube Talk Show Tv One
Budayawan sekaligus Sejarawan, Babe Ridwan Saidi mengaku dirinya sempat disinggung masalah usia terkait kontroversi Kerajaan Galuh di Ciamis. 

TRIBUNNEWS.COM - Budayawan sekaligus Sejarawan, Babe Ridwan Saidi mengaku dirinya sempat disinggung masalah usia terkait kontroversi Kerajaan Galuh di Ciamis.

Usianya diungkit-ungkit dalam permasalahan celotehannya mengenai Kerajaan Galuh.

Padahal, banyak tokoh lain yang sudah berusia lanjut.

Budayawan Babe Ridwan Saidi angkat suara soal pernyataannya terkait Kerajaan Galuh yang menimbulkan kontroversi. Ia hadir dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam tv One pada Minggu (17/2/2020).
Budayawan Babe Ridwan Saidi angkat suara soal pernyataannya terkait Kerajaan Galuh yang menimbulkan kontroversi. Ia hadir dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam tv One pada Minggu (17/2/2020). (Capture YouTube Talk Show Tv One)

 

 Sebut Kerajaan Galuh Berarti Brutal, Babe Ridwan Saidi Minta Maaf dan Jelaskan Alasannya




"Saya dipersoalkan umur saya sudah tua 77 nah Pak Emil Salim, 84. Professor Andi Hamzah juga 84 atau enggak boleh Beliau ditampilkan untuk berbicara. Nah itu saya kira tidak relevan," kata Babe Ridwan seperti dikutip TribunWow.com dari channel YouTube Talk Show Tv One pada Senin, (17/2/2020). 

Selain masalah umur, ia mengaku juga dipermasalahkan soal latar pendidikannya.

"Lalu saya dipersoalkan kuliah saya. De Kraf yang dibanggakan oleh sejarawan Indonesia itu Teolog bukan Historyon," kata Babe Ridwan.

Menurutnya, ilmu itu tidak bisa dibatasi seseorang berasal.

BERITA TERKAIT

Dirinya yang berasal dari Betawi bukan berarti tidak boleh mengerti mengenai sejarah Sunda.

"Jadi karena itu di sini kita harus melihat Indonesia sebagai sejarah yang utuh, jadi jangan memperlakukan otdah (otonomi daerah) dalam meninjau sejarah."

"Jadi misalnya Jakarta dan Betawi, hanya orang Jakarta yang boleh ngomong yang lain enggak boleh, siapapun boleh," jelasnya.

>>> Halaman selanjutnya

Sumber: TribunWow.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas