Kru Pesawat Lion Air yang Evakuasi WNI dari Wuhan China dapat Rp 300 Juta
Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana memberikan kejutan kepada 18 kru Batik Air yang ikut menjemput WNI dari Wuhan, China ke tanah air.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Garudea Prabawati
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana memberikan kejutan kepada 18 kru Batik Air yang ikut menjemput WNI dari Wuhan, China ke tanah air.
Kejutan tersebut berupa pemberian dana apresiasi dengan total Rp 300 juta.
Secara rinci, uang segar itu diberikan kepada dua pilot masing-masing sebesar Rp 50 juta, seorang co-pilot sebesar Rp25 juta, tiga teknisi masing-masing sebanyak Rp15 juta.
Kemudian seorang petugas operasi penerbangan sebesar Rp15 juta, seorang awak kabin senior senilai Rp15 juta dan 10 awak kabin masing-masing mendapat Rp10 juta.
Baca: Cerita Mahasiswa yang Sembuh dari Virus Corona Seusai Minum Obat HIV Kaletra
"Kita kasih surprise di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berikan penghargaan kepada kru karena apa yang mereka lakukan, walau kita operator swasta, tapi kita wajib terlibat dalam bela negara," kata Rusdi Kirana di kantor Kemenhub, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Dia mengaku ingin memberi penghargaan kepada para kru yang rela ikut dalam misi kemanusiaan tersebut.
Menurutnya, apa yang dilakukan para kru Batik merupakan hal yang luar biasa.
Baca: Korban Tewas Akibat Virus Corona Sudah Sentuh 1.770 Orang di China
Apalagi mereka harus dikarantina di Natuna, Kepulauan Riau selama dua pekan, sebelum kembali ke keluarga masing-masing.
"Apa yang mereka lakukan, walau wajib, saya rasakan itu dihargai. Saya harapkan istilahnya kebayara kekhawatiran mereka yang harus dikarantina selama 14 hari," kata dia.
Selain diberi hadiah secara materil, 18 ini kru juga mendapat insentif berupa perizinan cuti tambahan dan tiket penerbangan gratis pulang-pergi.
Korban meninggal dunia akibat virus corona di China capai 1.770 orang
Korban tewas akibat virus corona (COVID-19) meningkat menjadi 1.770 orang, per Senin (17/2/2020).
Teranyar 105 orang meninggal, menurut Komisi Kesehatan Nasional, pada Senin (17/2/2020).
Lebih dari 70.500 orang telah terinfeksi virus ini di China.
COVID-19, pertama kali muncul pada bulan Desember lalu di provinsi Hubei, sebelum menyebar di seluruh negeri dan 29 negara.
Otoritas Kesehatan China juga telah menempatkan sekitar 56.000.000 orang di Hubei dan Wuhan dalam karantina.
Baca: Adu Banteng Dua Motor, Pelajar Berusia 16 Tahun di Purwakarta Tewas di Lokasi Kejadian
Namun berdasarkan data otoritas China, virus ini telah menurun selama 13 hari terakhir, jika dibanding sebelumnya.
"Otoritas lokal di tempat lain di China telah memperkenalkan tindakan untuk mencoba dan menghentikan penyebaran virus, termasuk aturan di Beijing mengharuskan pendatang ke ibukota untuk karantina selama 14 hari," menurut media resmi China.
Kebanyakan kasus masih di Hubei, di mana hampir 2.000 dilaporkan terjadi pada Senin (17/2/2020).
Di luar daratan China, para pejabat Taipei melaporkan kematian pertama dari virus corona pada Minggu (16/2/2020).
Baca: Permintaan Masker Naik demi Cegah Corona, Menkes Terawan Minta Masyarakat yang Sehat Tak Perlu Pakai
Korban meninggal dunia pertama itu adalah seorang pria 61 tahun dari pusat Kota Taiwan.
Dia adalah orang kelima di luar daratan China meninggal dunia akibat virus terseut, setelah sebelumnya di Filipina, Hong Kong, Jepang dan Perancis.
Masih terkait virus corona di luar China, terdapat di sebuah kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di luar Jepang dengan 356 orang terinfeksi.
Sebanyak 3.700 penumpang harus dikarantina sejak 5 Februari lalu dalam kapal di pelabuhan Yokohama, dekat Tokyo.
Seorang pejabat kesehatan AS pada Minggu kemarin, mengatakan 40 orang warga negeri Paman Sam telah terinfeksi dan akan dirawat di Jepang.
Selain itu warga Amerika lainnya akan meninggalkan kapal Diamond Princess pada hari Senin menggukan pesaeat sewaan.
Vaksin Covid-19 Tersedia 18 Bulan Lagi
Organisasi kesehatan dunia atau WHO menargetkan vaksin korona tersedia dalam 18 bulan.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus pada sesi konferensi pers di Jenewa, Swiss, pada Selasa (11/2).
Tedros menambahkan, untuk bisa menemukan virus bernama resmi Covid-19 itu memerlukan pengembangan penelitian yang cukup memakan waktu.
Saat ini lebih dari 400 peneliti dari seluruh dunia berusaha menemukan vaksin.
Baca: Ada 102 Hoaks Virus Corona, Moeldoko: Segera Hentikan!
"Vaksin pertama untuk Coronavirus ditargetkan tersedia dalam 18 bulan, namun kita tetap maksimal dalam penanganan dan pencegahan wabah. Para ilmuwan, perusahaan swasta dan pemerintah di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona baru," ungkapnya pada Rabu (12/2/2020). (Channel News Asian/CGTN, Xinhua News Agency/Reuters/NHK).