Anggota Komisi VI DPR Tegur Erick Thohir Saat Rapat Kerja
Mufti Anam menuturkan, pernyataan Erick telah menimbulkan dampak negatif ke pergerakan harga saham Telkom di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR Mufti Anam menegur Menteri BUMN Erick Thohir yang memberikan pernyataan akan menutup PT Telkom (Persero) Tbk.
Anggota Komisi VI Mufti Anam menuturkan, pernyataan Erick telah menimbulkan dampak negatif ke pergerakan harga saham Telkom di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Sejak pak menteri menyampaikan hal itu, besok saham Telkom langsung turun 2,3 persen, besoknya turun lagi 2,4 persen. Besokannya turun lagi, 0,8 persen. Kemudian hari ini diangka Rp 362 per lembar," ujar Mufti saat rapat kerja dengan Menteri BUMN, Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Politikus PDIP meminta Erick untuk membenahi BUMN secara benar, dengan memikirkan dampak apa yang timbul ke perusahaan pelat merah tersebut.
Baca: Erick Thohir Bagikan Pengalaman jadi Menteri: Selalu Berikan yang Terbaik
"Ini kan dampknya banyak, jika ditotal ada potensi kehilangan Rp 20 triliun dan di dalamnya ada saham pemerintah 52 persen dan milik masyarakat yang punya investasi kecil di situ," ujar Mufti.
"Harapan kami ke depannya ketika ada sesuatu yang tidak baik di situ, diselsaikan di dalam saja. Pak menteri tidak apa-apa, di Telkom gebral meja, di internal. Jangan dilakukan di luar, karena dampaknya seperti ini," sambung Mufti.
Selain itu, Mufti juga sepakat dengan kebijakan Erick yang ingin membubarkan perusahaan BUMN rugi, agar tidak menjadi beban dan merembet ke perusahaan pelat merah lainnya.
"Jadi kami sepakat pak menteri membubarkan perusahaan BUMN yang tidak menguntungkan," tuturnya.
Baca: Setelah Sebut Jokowi Gila Kerja, Erick Thohir Kaget Presiden Telepon Mata Najwa: Ini Bukannya Live
Sebelumnya, Erick menyinggung kinerja PT Telkom yang pendapatannya banyak ditopang oleh anak usahanya, PT Telkomsel.
"Telkom enak. Deviden, revenue (Telkomsel) digabung hampir 70 persen digabung ke Telkom. Mending tidak ada Telkom, langsung dimiliki BUMN saja devidennya jelas," kata Erick di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (12/2/2020).