Yuyun Tak Tahu Tagihan Kartu Kredit Suaminya Miftahul Ulum untuk Bayar Pelesiran Imam Nahrawi
Imam Nahrawi menghabiskan uang Rp 244.285.682 dari kartu kredit asisten pribadinya, Miftahul Ulum, untuk sejumlah kunjungan dinas dan pelesiran.
Editor: Dewi Agustina
"Iya, jadi waktu itu ini ada temuan BPK terkait PPK-nya si Edward alias Ucok ini. Karena Ucok tidak lagi PPK, saya yang sudah menggantikan beliau, mengganti si Edward. Kemudian Edward saya panggil. Temuan BPK itu terkait masalah anggaran yang tak bisa dipertanggungjawabkan itu sekitar Rp 10 miliar," kata Chandra.
"Itu tahun 2016. Saya panggil Ucok ini harus clear, kalau tidak nanti disclaimer. Nah beliau si Edward cerita (soal penyerahan uang Rp 2 miliar)," lanjut dia.
Dalam kasus ini, jaksa KPK Imam Nahrawi sebagai Menpora bersama-sama asprinya, Miftahul Ulum, telah menerima suap sejumlah Rp 11 miliar dari Ending Fuad Hamidy selaku Sekretaris Jenderal KONI dan Johnny E Awuy selaku Bendahara KONI.
Duit suap itu untuk mempercepat proses persetujuan dan pencairan Bantuan Dana Hibah yang diajukan oleh KONI Pusat kepada Kemenpora Tahun Kegiatan 2018.
Kegiatan yang dimaksud adalah pelaksanaan tugas pengawasan dan pendampingan program peningkatan prestasi pada Multi Eventh Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Hari Ini, Sabtu 22 Februari 2020: 3 Wilayah Ini Hujan Petir Siang Hari
Baca: Trailer KKN di Desa Penari Berdurasi 2 Menit 16 Detik Dirilis, Cerita Horor Ini Terlihat Menjanjikan
Selanjutnya, terkait proposal dukungan KONI dalam rangka pengawasan dan pendampingan seleksi calon atlet dan pelatih atlet berprestasi tahun 2018.
Selain itu, suap itu terkait terkait Proposal Dukungan KONI Pusat Dalam Rangka Pengawasan dan Pendampingan Seleksi Calon Atlet dan Pelatih Atlet Berprestasi Tahun Kegiatan 2018.
Imam Nahrawi juga didakwa menerima gratifikasi berupa uang sejumlah Rp8,6 miliar dari sejumlah pihak.
Di antaranya terdapat gratifikasi sejumlah Rp 2 miliar sebagai pembayaran jasa desain Konsultan Arsitek Kantor Budipradono Architecs.
Uang itu bersumber dari Lina Nurhasanah, Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) Program Indonesia Emas (PRIMA) Kemenpora RI periode tahun 2015 sampai dengan 2016.
Pemberian gratifikasi Rp 300 juta dari Ending Fuad Hamidy selaku Sekjen KONI dan uang sejumlah Rp4,9 miliar sebagai uang tambahan operasional Menpora.
Selain itu, ada beberapa penerimaan gratifikasi uang lainnya. (tribun network/gle/kps/coz)