Prank Berujung Maut di Kulon Progo, Pengamat Ungkap Masyarakat Sekarang Ingin Ketenaran
Ingin merayakan ulang tahun dengan memberikan kejutan dengan menceburkan ke kolam underpass. Tapi sayang korban tak bisa berenang dan tewas tenggelam.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Sri Juliati
"Muncul paradigma cara dia bersyukur adalah dengan membahagiakan orang lain dan cara membahagiakan orang lain dirinya menjadi obyek dikerjain."
"Banyak pola-pola orang yang ulang tahun dikerjain oleh teman-temannya dan lingkungannya lagi-lagi memang ini tidak mengenal orang dari benua mana," ungkapnya.
Devi Rahmawati menyatakan ada dua faktor yang menyebabkan masyarakat sekarang banyak melakukan prank.
Kedua faktor itu adalah budaya ingin lebih dominan dari orang lain dan faktor ketenaran.
"Pertama ada kultur ingin dominan, ada kebahagian jika berhasil dan lebih dominan dari korban."
"Faktor ketenaran, jika buat prank dan dibagikan akan menjadi orang yang hebat karena akun media sosialnya banyak mendapat like. Ini yang membuat kita melihat prank buka sesuatu yang berbahaya,' imbuhnya.
Ia berharap para orang tua dapat mengingatkan anak-anaknya akan potensi-potensi bahaya dari prank.
Sementara itu, Kapolsek Temon, Kompol Setyo Hery P menceritakan kronologi kejadian prank berujung maut ini.
Pada awalnya Tegar, Yoga, Angga, Ramli, Tyas dan Vita akan merayakan ulang tahun Riyan.
Baca: Wawancara Eksklusif dengan Pemancing yang Selamatkan Nyawa 20 Siswa yang Hanyut Saat Susur Sungai
"Mereka ke lokasi tidak bersamaan, saat itu Tegar, Ramli, Yoga dan Angga sudah berada di lokasi terlebih dahulu," katanya.
Kemudian, lanjutnya, Tyas dan Vita datang belakangan.
Karena Riyan ulang tahun, maka dipanggilah oleh mereka untuk menyusul ke lokasi.
Sebetulnya, ada dua rekannya yakni Vita dan Tyas sudah melarang untuk main di bawah underpass itu.
Hingga akhirnya Riyan tercebur, sementara dia tidak bisa renang.