Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

VIRAL Air Sawah Mendidih di Sumenep Madura, Pengamat Jelaskan Kemungkinan Fenomena yang Terjadi

Beredar video di media sosial adanya air di area persawahan terlihat seperti air mendidih, Kamis (27/2/2020). Berikut pandangan pengamat.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in VIRAL Air Sawah Mendidih di Sumenep Madura, Pengamat Jelaskan Kemungkinan Fenomena yang Terjadi
Instagram/ndorobeii
Viral video air tanah di Sumenep Madura disebut mendidih. 

TRIBUNNEWS.COM - Beredar video di media sosial adanya air di area persawahan terlihat seperti air mendidih.

Air di lahan sawah yang ditanami bibit padi tersebut tampak mengeluarkan gelembung-gelembung udara.

Video tersebut viral setelah diunggah akun Instagram @ndorobeii, Kamis (27/2/2020).

"Air mendidih, adakah yang tau penyebabnya karena apa?

Kejadian air mendidih lokasi Batuputih Sumenep Madura," tulisnya.

Viral video air tanah di Sumenep Madura disebut mendidih.
Viral video air tanah di Sumenep Madura disebut mendidih. (Instagram/ndorobeii)

Baca: VIRAL Kisah 6 Kakak Beradik jadi Yatim Piatu, Anak Ke-6 Baru Berusia 40 Hari, Warganet Beri Donasi

Tanggapan Pengamat

Berita Rekomendasi

Dosen Ilmu Tanah dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Sc. Agr. Rahayu, SP, MP mengungkapkan pendapatnya.

Rahayu mengungkapkan, fenomena tersebut adalah bentuk gejala fenomena geologi yang ada di dalam tanah.

"Kadang di bawah ada gerakan tektonik, ada yang pelan ada yang cepat," ungkap Rahayu saat dihubungi Tribunnews, Kamis (27/2/2020).

a
Dosen Ilmu Tanah dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. Sc. Agr. Rahayu, SP, MP (Tribunnews/Istimewa)

Dilihat dari aspek pedologi atau ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah, Rahayu menduga lempeng-lempeng kecil di bawah tanah pada lokasi persawahan tersebut saling bergesekan.

"Sehingga di antara ruang-ruang memunculkan gas-gas keluar, bisa berupa CO2 atau karbondioksida," ujarnya. 

Mengenai air mendidih yang ramai disebut, Rahayu menilai air tersebut belum tentu panas.

"CO2 bukan gas panas, karena bukan peristiwa magma," ungkapnya.

Rahayu menilai peristiwa geologi lumrah terjadi.

"Memang banyak peristiwa geologi yang bisa terjadi," ujarnya.

Baca: Tiga Kelas SDN 1 Cipicung di Purwakarta Nyaris Tertimpa Longsoran Tembok Penahan Tanah

Rahayu mengungkapkan gelembung yang terjadi bukanlah karena mendidih, tapi karena terkandung gas CO2 mengenai air yang berada di permukaan tanah.

"Rongga di bawah lempeng atau kerak-kerak di bawah sawah ada pergerakan kecil, ada kemungkinan gas terdorong ke atas, yang tidak panas, tapi menggelembung," ungkapnya.

Menurut Rahayu, fenomena itu terlihat seperti mendidih sebab gas keluar mengenai air persawahan.

"Kalau keluar pas di tanah yang tidak ada airnya ya tidak bergelembung," ungkap Rahayu.

Rahayu menyebut jika airnya tidak panas, gas karbon yang keluar berasal dari lapisan tanah yang tidak terlalu dalam.

"Kalau panas, berarti dia berada di jalur magma," imbuhnya.

Baca: Peringatan Dini BMKG Hari Ini, Kamis 27 Februari 2020: Waspada 11 Wilayah Berpotensi Hujan Lebat

Sementara itu Rahayu menyebut peristiwa tersebut tidak membahayakan.

"Kalau membahayakan ya tidak, karbonnya kan berkadar rendah. Dikasih korek juga tidak akan menyala," ujarnya.

Akan tetapi, gas tersebut tidak sehat jika dihirup.

"Tapi kalau dihirup ya tidak sehat, soalnya itu karbon, yang seharusnya kita keluarkan saat bernafas, bukan untuk dihirup. Tapi tidak sampai meracuni," ungkapnya.

Lebih lanjut, Rahayu menjelaskan gas akan naik ke permukaan tanah jika lempeng-lempeng mengalami gesekan.

"Gas yang berada di dalam akan terdesak masuk naik ke atas," ungkapnya.

Sedangkan jika lempeng-lempeng menjauh, tanah akan amblong.

"Bisa menjadikan lobang besar," tuturnya.

Rahayu juga menyebut peristiwa gesekan lempeng yang besar juga bisa menjadi sebab munculnya sebuah bukit.

"Jadi ada lempeng-lempeng kecil yang saling bergesekan," ucapnya.

Baca: VIRAL Siswi Adu Mulut dengan Ibu Guru di Depan Kelas, Polisi Sebut Masalah Sepele, Berakhir Damai

Kemungkinan Lain

Selain adanya pergerakan lapisan dalam tanah, ada dugaan lain yang bisa saja menjadi faktor fenomena tersebut.

"Ada kemungkinan lain adanya peristiwa dekomposi," ujar Rahayu.

Hal tersebut terjadi jika daerah tersebut dulunya memiliki banyak bahan organik.

Ilustrasi dekomposisi
Ilustrasi dekomposisi (Wikipedia)

"Kemudian ketika terjadi pematangan, mengeluarkan gas karbonnya baru sekarang," ungkapnya.

"Lama-lama bisa terakumulasi dan baru muncul ke permukaan," imbuhnya.

Akan tetapi, Rahayu menilai kemungkinan besar fenomena tersebut terjadi karena gesekan lempeng tanah.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas