Jejak Presiden SBY dan Tomy Winata di Pulau Sebaru
Sebanyak 69 Warga Negara Indonesia (WNI) awak Kapal Diamond Princess akan menjalani masa observasi di Pulau Sebaru kecil,
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 69 Warga Negara Indonesia (WNI) awak Kapal Diamond Princess akan menjalani masa observasi virus corona di Pulau Sebaru kecil, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, selama beberapa hari.
Di Pulau Sebaru kecil terdapat jejak Presiden Keenam Republik Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono dan pemilik group Artha Graha Tomy Winata.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto, mengatakan Pulau Sebaru kecil merupakan tempat yang layak untuk dipergunakan.
Menurut dia, fasilitas kesehatan sudah tersedia di sana. Hal ini, karena pada zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2008 lalu tempat itu direncanakan sebagai klinik rehabilitasi bagi para pecandu narkoba.
"Pada 2008, pulau diresmikan Pak SBY sebagai klinik rehabilitasi ketergantungan narkoba. Tetapi setelah kebijakan rehabilitasi dilaksanakan di rumah sakit, maka ini tidak digunakan," kata Achmad, ditemui di Bandara Internasional Kertajati, Minggu (1/3/2020).
Dia menggambarkan tempat tinggal dan fasilitas kesehatan di Pulau Sebaru seperti di cottage atau penginapan. Terdapat satu komplek yang terdiri dari delapan bangunan. Masing-masing bangunan terdiri dari dua lantai.
Baca: Kedubes Korea Selatan di Jakarta Serahkan Kasus Bunuh Diri Warganya ke Kepolisian RI
Baca: Link Live Streaming El Clasico, Real Madrid vs Barcelona Liga Spanyol, Kick Off Pukul 03.00 WIB
Baca: Pernah Buat Vlog Bareng, Natasha Wilona Akui Baru Tahu Kevin Sanjaya Atlet Bulu Tangkis Beprestasi
Dia mengungkapkan satu bangunan diperuntukkan bagi 69 awak Kapal Diamond Princess. Sedangkan, sisanya akan diperuntukkan kepada 188 awak Kapal World Dream yang juga menjalani observasi di tempat tersebut.
"Itu satu komplek cottage. Bangunan bagus. Dari satu bangunan ke bangunan lain (jarak,-red) sekitar 50 meter. Sudah lengkap itu ada kamar, tempat tidur, semua lengkap bahkan ada klinik," kata dia.
Setelah tidak terpakai, aktivitas di Pulau Sebaru tetap berjalan. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pemilik group Artha Graha Tomy Winata mengelola pulau itu untuk kepentingan tempat wisata.
Namun, Achmad menegaskan pulau itu milik pemerintah. Dia mengungkapkan ada orang yang memang mengelola pulau tersebut saat tidak lagi dipergunakan sebagai klinik rehabilitasi narkoba.
"Ini klinik rehabilitasi pemerintah. Pulau punya pemerintah. Hanya selama kosong ada yang merawat, hanya merawat. Karena dia mempunyai resort di pulau lain di sebelahnya," tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Agus Wibowo, mengatakan peserta observasi akan mendapatkan fasilitas dari pemerintah.
"Peserta observasi mendapatkan makan tiga kali sehari dan juga fasilitas cottage," kata Agus, dalam keterangannya, Minggu (1/3/2020).
Dia menjelaskan fasilitas-fasilitas yang didapatkan peserta observasi itu, seperti
rumah sakit mini untuk memantau peserta observasi, tempat tidur di setiap kamar, kamar mandi, pendingin ruangan, hiburan tv, karaoke, peralatan olahraga, mesin cuci, perlengkapan mandi dan sebagainya.
"(Fasilitas,-red) untuk kenyamanan peserta observasi," kata dia.
Selama berada di pulau itu, peserta observasi tidak terisolir dengan dunia luar. Sebab, mereka masih dapat berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman.
"Serta dilengkapi Base Transceiver Station (BTS) dari Telkom untuk memudahkan peserta observasi terhubung dengan keluarganya," kata dia.