Psikolog Soroti Aksi ABG Bunuh Bocah 6 Tahun: Jika Terlalu Diekspos, Khawatir Anak Lain Terinspirasi
Psikolog forensik Reza Indragiri sebut kasus ABG bunuh bocah 6 tahun, jika terlalu banyak di ekspos perilaku kejamnya, khawatir anak lain terinspirasi
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kasus sadisme yang dilakukan seorang remaja berusia 15 tahun berinisial NF menjadi sorotan publik.
Ia tega membunuh tetangganya sendiri, seorang bocah berusia 6 tahun berinisial APA secara keji.
Pelaku menenggelamkan tubuh APA ke dalam bak mandi hingga kehabisan napas.
Setelah itu, NF mencekik leher APA tanpa ampun hingga meninggal dunia.
Selanjutnya mayat APA disimpan oleh NF di dalam lemari pakaiannya.
Rupanya motif NF menghabisi nyawa APA terinspirasi dari film yang ia tonton, yakni Chucky dan Slenderman.
Baca: Tetangga ABG Bunuh Bocah 6 Tahun Tak Menyangka, Ungkap Sosoknya Jarang Bergaul dan Sering Menyendiri
Psikolog forensik dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Reza Indragiri Amriel turut menanggapi kasus tersebut.
Kepada Tribunnews.com, Reza mengaku belum mengetahui kondisi psikologis pelaku sebab hasil pemeriksaan dari pihak kepolisian pun belum diumumkan.
Namun menurutnya, kondisi psikologis pelaku sangat perlu diperiksa dengan saksama.
"Saya belum tahu kondisi psikologis anak tersebut. Harus diperiksa seksama," jelas Reza kepada Tribunnews.com pada Minggu (8/3/2020).
Baca: 3 Kasus Kriminal hingga Pembunuhan yang Terinspirasi Tokoh Slender Man, Para Pelaku Tak Menyesal
Reza berpendapat, jika ekspos kasus yang berlebihan bisa memberikan stigma kepada pelaku.
Namun kasus yang sedang ramai ini juga tak baik jika dibiarkan, karena menurut Reza, menyangkut kepentingan publik.
"Jangan sampai ekspos kasus menstigma si anak (pelaku NF)."
"Tapi juga tak elok jika kasus ini dibiarkan luput dari perhatian masyarakat."
"Karena ini boleh jadi menyangkut kepentingan bahkan keamanan publik," ungkap Reza melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com.
Reza juga menyoroti ekspos kasus yang diungkap tidak melampaui batas, terlebih mengelukan perilaku ekstrem dari pelaku.
"Saya juga berharap sekali ekspos kasus ini tidak berekses pada munculnya sikap mengelu-elukan si anak-pelaku karena perilaku ekstremnya," tutur Reza.
Rupanya, hal tersebut bisa menimbulkan kekhawatiran lain, termasuk menginspirasi anak-anak lain.
"Tidak hanya pengakuan semacam itu yang diinginkan anak (pelaku NF -red), tapi juga dikhawatirkan menginspirasi anak-anak lain."
"Yang (harus diakui) saat-saat ini nampak lebih gampang 'meledak' ketimbang generasi sebelumnya," jelas Reza.
Kondisi 'kejiwaan' pelaku NF
Lebih lanjut, Reza membeberkan kondisi yang bercampur dalam diri pelaku NF.
"Terdapat empat kondisi yang bercampur pada diri anak dengan kelakuan sedemikian rupa."
"Ialah impulsivity, aggression, manipulativeness, dan defiant," jelas Reza.
"Keempatnya menghadirkan tantangan ekstra bagi teman-teman penyidik," tambahnya.
Sementara itu, keempat kondisi yang dialami pelaku NF, menurut Reza bisa menimbulkan 'gejolak' tersendiri.
Di antaranya, jawaban yang dilontarkan, kesantunannya, dan taat mengikuti aturan.
"Apakah jawaban anak-pelaku adalah benar-benar nyata atau fabrikasi belaka?"
"Kelak, dengan segala kesantunannya (antara lain, dia datang sendiri ke kantor polisi), apakah anak semacam itu memang menyesal? atau justru sedang mengikuti aturan agar nantinya bisa dia manfaatkan?"
"Andai dia bertindak positif di depan konselor, apakah dia sesungguhnya sedang mempelajari suatu siasat tertentu bahkan tanpa disadari konselornya?" pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.