Kata Ilmuan, Virus Corona Bisa Bertahan di Tubuh Hingga 5 Minggu Setelah Terinfeksi
Dengan demikian, ada kemungkinan mereka dapat menularkan virus lama setelah gejala mereda
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
1. Epidemiological and clinical features of the 2019 novel coronavirus outbreak in China (Yang Yang, dkk, medRxiv, 2020)
Sekelompok peneliti dari China dengan beragam latar belakang institusi, di antaranya Beijing Institute of Microbiology and Epidemiology, University of Florida, dan Chinese Centre for Disease Control and Prevention, menyebutkan keparahan coronavirus pada laki-laki di China lebih tinggi dibandingkan perempuan, hal ini dapat disebabkan karena laki-laki di China kebanyakan adalah perokok berat.
Studi ini juga menyebutkan 61,5% penderita pneumonia berat akibat coronavirus adalah laki-laki dan tingkat kematian 4.45% pada pasien laki-laki dan 1.25% pada pasien perempuan.
2. Analysis of factors associated with disease outcomes in hospitalized patients with 2019 novel coronavirus disease (Wei Liu, dkk., Chinese Medical Journal, 2020).
Dalam studinya menyebutkan, 78 pasien coronavirus dengan pneumonia selama 2 minggu perawatan ditemukan bahwa 11 pasien memburuk dan 67 pasien kondisinya membaik, dengan 27% dari kelompok yang memburuk memiliki riwayat merokok, sementara dari kelompok yang kondisinya membaik hanya 3% yang punya riwayat merokok.
3. Epidemiological and clinical characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study (Prof. Nanshan Chen, dkk, The Lancet, 2020)
Studi ini menyebutkan 99 orang pasien dari Wuhan Jinyintan Hospital dirawat selama 20 hari, 11 orang meninggal pada akhir penelitian, 3 adalah perokok dengan 2 kematian pertama adalah perokok laki-laki.
Baca: BREAKING NEWS: WHO Kirim Surat ke Jokowi, Minta RI Umumkan Darurat Nasional Virus Corona
“Melihat temuan-temuan di atas, masyarakat perlu mengetahui bagaimana perilaku merokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi dan perparah komplikasi COVID-19, sehingga masyarakat lebih waspada mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah perokok pria yang sangat tinggi,” kata Dr. Amin Soebandrio, selaku Kepala Lembaga Biologi dan Pendidikan Tinggi Eijkman dalam pertemuan media hari ini.
Hal di atas senada dengan yang disampaikan Dr. Feni Fitriani Sp.P(K), Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dalam kesempatan yang sama, “Merokok meningkatkan reseptor ACE 2, yang kita tahu juga menjadi reseptor virus corona penyebab COVID-19. Sehingga makin banyak virus corona penyebab COVID-19 yang hinggap/menempati reseptor tersebut, jadi perokok makin besar risiko kena COVID-19. Ini juga meluruskan disinformasi yang beredar yang menyebutkan merokok atau asap rokok bisa membantu meredakan COVID-19. Ini sama sekali salah. Maka, untuk mengurangi atau mencegah risiko corona dan komplikasinya, kurangi merokok. Berhenti lebih baik."
Untuk itu, pemerintah juga diharapkan untuk lebih jelas menyampaikan kepada masyarakat bahwa salah satu pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan berhenti atau setidaknya mengurangi merokok dan menyediakan panduan serta program pendampingan bagi masyarakat yang mau berhenti merokok demi melindungi mereka dari pandemi global COVID-19.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Virus Corona Bisa Bertahan di Tubuh hingga 5 Minggu Setelah Terinfeksi