Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Lebih Dekat Keris Peninggalan Pangeran Diponegoro, dari Makna Filosofis hingga Simbolis

Mengenal Lebih Dekat Keris Peninggalan Pangeran Diponegoro, dari Makna Filosofis hingga Simbolis, rahasia keris naga siluman

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
zoom-in Mengenal Lebih Dekat Keris Peninggalan Pangeran Diponegoro, dari Makna Filosofis hingga Simbolis
Kolase Tribunnews (Wikipedia dan Biro Pers Sekretariat Presiden)
Mengenal Lebih Dekat Keris Peninggalan Pangeran Diponegoro, dari Makna Filosofis hingga Simbolis 

TRIBUNNEWS.COM - Kerajaan Belanda yang diwakili Raja Belanda Willem Alexander resmi menyerahkan keris peninggalan Pangeran Diponegoro ke pemerintah Indonesia yang diwakili Presiden Jokowi.

Serah terima keris bernama Naga Siluman tersebut dilakukan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

Kembalinya keris peninggalan Pangeran Diponegoro dari kerajaan Belanda mencuri perhatian sejumlah kalangan, tidak terkecuali budayawan di tanah air.

Guru Besar Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum membeberkan sejumlah hal menarik dari keris yang sudah atusan tahun berada di Belanda tersebut. 

Berikut ulasan lengkap untuk mengenal lebih dekat keris peninggalan Pangeran Diponegoro.

Baca: Perjalanan Panjang Keris Naga Siluman Pangeran Diponegoro Sebelum Kembali ke Indonesia

Keris dalam Kebudayaan Nusantara

Keris dalam kebudayaan Nusantara
Keris dalam kebudayaan Nusantara (Instagram.com/wayan_budiana82)

Prof Bani menjelaskan keris pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan Nusantara.

Berita Rekomendasi

Artinya, keris tidak hanya dikenal di tengah-tengah masyarakat Jawa saja.

Namun juga akrab di masyarakat lainya sejumlah wilayah, seperti Sumatera, Bali, Lombok, hingga Negeri Jiran Malaysia.

"Yang mana daerah-daerah tersebut telah memilik pengetahuan tentang pengelolaan logam pada zaman dahulu" ujar Bani kepada Tribunnews.

Dari kacamata filosofis, keris sendiri dipandang sebagai sebuah manifestasi anatir-anatir (unsur alam) yang bercampur menjadi satu.

Bani menjelaskan anatir di dalam keris terdiri dari unsur tanah, api, air dan langit.

"Unsur langit keris kan dari meteor. Sedangan unsur api, keris dalam proses nya dibentuk dengan cara dibakar. Dalam proses ini unsur air juga tidak bisa di pisahkan. Sedangan besi yang terkandung di keris sebagai perwakilan unsur tanah," beber Bani.

Dalam filosofi masa lalu, bercampur unsur-unsur di atas disebut dengan Manunggaling Kawulo Gusti.

Di era modern seperti saat ini konsep tersebut dimaknai sebagai pemikiran yang holistik atau menyeluruh.

Ilustrasi pembuatan keris
Ilustrasi pembuatan keris (Instagram.com/pasaklembubara)

Baca: Keberadaan Keris Milik Pangeran Diponegoro Menurut Peter Carey

" Yang bermakna dalam kehidupan itu kita harus menata meniti kehidupan secara holistik. Yakni kehidupan lahir dan batinnya yang lengkap dan komplit begitu," ucap Bani.

Selain filosofis, keris juga dilihat dalam aspek fungsional yang memandangnya sebagai senjata seperti pada umumnya.

Bani mengatakan, fungsi keris sebagai alat untuk menjaga diri dari berbagai acaman, baik dari binatang buas maupun gangguan sesama manusia.

"Karena itu, keris selalu siap sedia di di dalam tubuh seseorang, kalau orang itu sedang melakukan aktivitas di luar rumah," tandasnya.

Hal ini juga berlaku untuk keris yang dimiliki Pangeran Diponegoro.

Jika diperhatikan di setiap lukisan atau gambar pahlawan Nasional ini akan ditemukan juga keberadaan keris didekatnya.

Bani melanjutkan, keris sendiri dalam kebudayaan Jawa juga memiliki makna simbolik.

Artinya, keris dapat menggambarkan kedudukan si empunya.

Keris yang dimiliki Pangeran Diponegoro tergolong dalam keris Senopati.

"Kerisnya para panglima perang," tutur Bani.

Mengingat ketika masa itu, Pangeran Diponegoro didapuk sebagai pemimpin perang oleh masyarakat untuk melawan penjajah Belanda.

Bani menambahkan, selain keris Senopati masih banyak jenis-jenis keris lainnya.

Tergantung dari fungsinya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Bani mencotohkan ada keris yang difungsikan sebagai penolak marabahaya.

"Misalnya untuk menjaga dari bahaya kebakaran disebut dengan keris kiyai tulang ngeni. Jadi setiap jenis keris memiliki fungsi yang berbeda-beda," terangnya.

Baca: Keris Pangeran Diponegoro yang Dikembalikan Raja Belanda Itu Bernama Kyai Kanjeng Naga Siluman

Keris Naga Siluman Pangeran Diponegoro

Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo. Keris itu diserahkan secara simbolis saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).  (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo. Keris itu diserahkan secara simbolis saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Keris yang dimiliki Pangeran Diponegoro berjuluk Naga Siluman.

Bani membeberkan, Naga Siluman sendiri bukanlah nama, melainkan tipe atau sebutan untuk model suatu keris.

" Itu salah satu bentuk keris atau tipe. Selain Naga Siluman ada tipe keris bernama Naga Sosro atau keris Sabuk Inten," katanya.

Bani menjelaskan pemilihan keris Naga Siluman sebagai 'pengangan' Pangeran Diponegoro tidak lepas model perang gerilya.

"Keris itu menyesuaikan kepentingannya sebagai Senopati. Maka perjuwudan naga diambil untuk menakut-nakuti musuh"

" Sedangan siluman diambil untuk menggambarkan perang gerilya yang sembunyi sembunyi. Naga yang selalu menghilangkan sehingga disebut naga siluman," terang Bani.

Terkahir, Bani memandang adanya persegseran pemaknaan keris di era modern saat ini.

Kini keris bukan lagi dianggap berbagai senjata, melainkan sebagai artefak atau barang komersil.

"Sekarang jadi aksesoris saja. Atau untuk orang punya hajat Dan juga jadi barang dagangan"

" Ada pergeseran makna dan sudah bukan masanya lagi," tutupnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas