Pemerhati Soroti Para Ibu yang Keluhkan Banyaknya Tugas Anak Saat Belajar di Rumah
Pegiat Smart Parenting, Chrisnina Sari berikan cara untuk atasi keluhan orang tua terkait banyaknya tugas anak saat belajar dari rumah,
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah telah menerapkan kebijakan belajar mengajar dari rumah yakni secara daring (online) di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Hal ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai persebaran virus corona di Indonesia.
Kendati demikian, tak sedikit orang tua khususnya para ibu yang merasa terbebani anaknya belajar secara daring karena dibebani banyak tugas.
Seperti diketahui jagad maya belakangan ramai dengan unggahan tangkapan layar berisi percakapan orang tua murid kepada pihak sekolah.
Di mana beberapa ibu keluhkan tugas anak yang banyak dan dinilai cukup berat.
Mengingat selain menjalankan peran rumah tangganya, seorang ibu juga harus menemani anaknya belajar secara online.
Lantas bagaimana caranya agar anak tetap mendapatkan pendidikan maksimal di tengah pandemi virus corona?
Pegiat Smart Parenting sekaligus pendiri Sanggar Berumpun, Chrisnina Sari, memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut.
Nina menyebut masalah terkait pembelajaran online ini dinilai cukup kompleks.
"Kita semua terbiasa 'dimanjakan' oleh sistem yang saat ini ada," ujar Nina saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (11/4/2020).
"Di mana solah-olah tugas orang tua dan sekolah itu berbeda jauh, jadi apa yang di ajarkan di sekolah tidak di ajarkan di rumah begitu juga sebaliknya," imbuhnya.
Menurut Nina jika berbicara terkait sistem pendidikan seharusnya itu saling terkait.
Baca: Viral Curhatan Ibu ke Guru karena Anak Diberi Banyak Tugas, Begini Tanggapan hingga Saran Psikolog
Baca: Viral Video Polisi Minta Uang Hingga Ludahi Pengendara Mobil, Bripka RS Jalani Proses Hukum
Dalam artian pendidikan anak itu tidak hanya di sekolah melainkan juga dilakukan di rumah.
"Para ibu yang curhat (merasa terbebani dengan tugas anak) itu pun melalui masa dimana sistem pendidikan kita meskipun sudah merdeka dan mengagung-agungkan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional, tapi pada kenyataannya sistem pendidikan sebagai sistem kolonial," kata Nina.
"Di mana anak ini dianggap sebagai kertas kosong yang setiap orang dewasa memiliki hak untuk menulisi atau mengisi semau mereka," imbuhnya.
"Nah karean ini sudah mengakar atau mengerak di pemikiran hampir setiap orang tua, sehingga adanya sistem belajar online di rumah, seolah-olah menjadi bencana, gitu," tegas Nina.
Bicarakan dengan pihak sekolah dengan komunikasi yang baik
Nina mengungkapkan dalam masalah ini juga tidak baik kalau menyalahkan guru.
Mengingat guru memiliki peran untuk memberikan pelajaran kepada muridnya terkait dengan akademis.
"Guru juga memiliki kewajiban untuk mengajarkan muridnya terkait akademis yang berhubungan dengan target, silabus, nilai dan lain-lai," ungkapnya.
Baca: VIRAL Lagu Bimbo Virus Corona Dirilis 30 Tahun Lalu, Ini Fakta Sebenarnya
"Apalagi, mungkin ada beberapa guru yang merasa kalau tidak dikasih tugas muridnya akan belajar apa," imbuhnya.
"Sementara kalau dikasih tugas otomatis karena mereka belajar di rumah ya mau tidak mau orang tua harus mendampingi. Ini yang menjadi dilema." jelasnya.
Untuk itu, ia menuturkan perlu adanya sinkronisasi serta komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah.
"Sehingga alangkah lebih baik komunikasi bisa menjadi tolak ukur atau penengah bagi orang tua dan sekolah dalam asumsi orang dewasa yang bisa berpikir, bertanggung jawab, itu pasti akan menemukan jalan keluar," tuturnya.
"Tetapi kalau orang dewasa di sekitar anak-anak ini masih memiliki sifat kekanak-kanakan akhirnya akan saling lempar kesalahan," tegasnya.
Pahami arti kegunaan belajar bagi anak
Nina mengungkapkan pembelajaran atau edukasi itu merupakan ketika seorang anak bisa menjadi 'human'.
"Tidak hanya transfer knowledge tapi juga mendidik," ujarnya.
"Dalam artian secara sifat, karakter, jiwa, dan mental, anak-anak siap menjadi manusia dewasa itu pendidikan yang benar," kata Nina.
"Kalau orang tua sudah bisa melihat lurus anak kita mau menjadi seperti apa, saya rasa masalah seperti ini bisa dibicarakan dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan pihak sekolah," jelasnya.
Baca: Viral di Medsos, Ini Sosok Sanwane Esor, Gadis Manis Ukthi Berhijab, Ternyata Orang Thailand?
Baca: Viral Video Tenaga Medis di Mojokerto Shalat Pakai APD Lengkap, Terungkap Ini Sosoknya
Jangan stres, syukuri dan nikmati dampingi anak belajar di rumah
Mendampingi anak belajar di rumah saat wabah corona melanda seperti ini memang terasa merepotkan bagi beberapa orang tua.
Namun dibalik itu, kata Nina ada hal yang patut disyukuri.
"Kalau tidak ada virus ini, maka para orang tua tidak lagi melihat bahwa 'ternyata aku juga punya tugas untuk mendidik anak sendiri' sehingga tidak bisa 100 persen dipasrahkan di sekolah lagi," ucapnya.
Lebih lanjut Nina menuturkan mempunyai anak itu memang mudah, tetapi menjadi orang tua membutuhkan tantangan, energi luar biasa, serta pengetahuan.
"Jadi untuk para orang tua ini saat nya untuk membangun diri sendiri," ujar Nina.
"Karena setiap anak yang dikirimkan kepada kita adalah sebuah kesempatan untuk kita memperbaiki hidup," imbuhnya.
Diketahui sebelumnya curhatan orang tua murid yang mengeluh terkait tugas anak terlalu banyak ini bagikan oleh akun Twitter @bintangforza.
Akun tersebut mengunggah beberapa gambar berupa tangkapan layar yang berisi percakapan orang tua murid kepada pihak sekolah.
"Isi hati beberapa ibu-ibu," tulis akun tersbut. (*)
(Tribunnewws.com/Isnaya)