Jokowi Setuju Belva Mundur dari Posisi Staf Khusus, Pengamat: Harusnya Mundur Semua
"Sikap Belva Adara jauh lebih terhormat dari Andi Taufan yang hingga sekarang belum memutuskan hengkang dari Istana," ujar pengamat Ari Junaedi.
Editor: Choirul Arifin
Mundur Semua
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi menilai pilihan mundur dari Belva Adara sudah tepat dan ikut menyelamatkan muka Jokowi dari tudingan tidak sedap yakni memanfaatkan posisi kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
"Walau saya anggap terlambat, namun saya memberi apresiasi positif atas pilihan mundur dari Belva. Berjuang untuk merah putih tidak harus berada di lingkungan Istana tetapi berkiprah nyata di masyarakat," kata Ari.
Fokus membesarkan platform Ruang Guru, lanjut Ari akan menjadi terpuji ketimbang menghadapi cibiran dan tuduhan KKN atas terpilihnya Ruang Guru sebagai pelaksana pelatihan pra kerja.
Malah seharusnya, katanya lagi langkah mundur Belva harus diikuti oleh Andi Taufan - staf khusus milenial yang lain - yang blunder mengirim surat ke seluruh camat untuk menggandeng perusahaan pribadinya PT Amarta dalam penanganan covid-19.
"Sikap Belva Adara jauh lebih terhormat dari Andi Taufan yang hingga sekarang belum memutuskan hengkang dari Istana," ucap Ari Junaedi.
Menurut Ari Junaedi , untuk mengantisipasi kekecewaan publik di tengah pandemi covid-19 yang butuh konsentrasi tinggi dari Presiden Jokowi, sebaiknya semua staf khusus milenial mengundurkan diri saja karena efektivitasnya tidak dirasakan publik.
"Kurangi beban pemikiran Jokowi dalam penanganan wabah corona, sebaiknya semua staf khusus milenial mengundurkan diri semua. Jangan sampai Presiden sendiri yang meminta mundur. Anggaran untuk penggajian staf khusus lebih baik dialihkan untuk pengadaan APD bagi tenaga medis di garda terdepan penanganan covid-19," urai Ari Junaedi. (tribun network/genik)