Tujuh Provinsi di Indonesia Defisit Beras, Jokowi Minta Jajarannya Lakukan Antisipasi Krisis Pangan
Jokowi meminta jajarannya menyisir kembali daerah mana yang mengalami defisit dan surplus bahan pokok.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti sejumlah kebutuhan pokok masyarakat di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Jokowi mengatakan, dirinya mendapati laporan soal bahan kebutuhan pokok yang mengalami defisit di sejumlah provinsi.
Ia lantas membeberkan ada tujuh provinsi mengalami defisit stok beras, 11 provinsi defisit stok jagung, dan 23 provinsi defisit stok cabai besar.
Meski begitu, Jokowi tidak menyebutkan provinsi yang mengalami defisit.
"Stok cabai rawit defisit di 19 provinsi. Stok bawang merah diperkirakan juga defisit di satu provinsi dan stok telur ayam defisit di 22 provinsi," kata Jokowi, Selasa (28/4/2020).
Jokowi pun menyampaikan stok minyak goreng diperkirakan cukup untuk 34 provinsi.
Sedangkan stok gula pasir diperkirakan defisit di 30 provinsi. Begitu juga dengan stok bawang putih yang diperkirakan defisit di 31 provinsi.
Baca: Kasus di Jakarta Mulai Melambat, Wabah Corona Diprediksi Berakhir September 2020
"Hal-hal seperti ini harus kita antisipasi untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi rakyat kita," ucapnya.
Untuk itu, Kepala Negara meminta Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Bulog segera melalukan perhitungan terkait kebutuhan yang diperlukan masyarakat.
Jokowi juga meminta jajarannya menyisir kembali daerah mana yang mengalami defisit dan surplus bahan pokok.
"Asesment yang cepat terhadap kebutuhan bahan pokok setiap daerah setiap provinsi agar dihitung mana provinsi yang surplus, mana provinsi yang defisit, berapa produksinya, semuanya harus kita hitung," tegas Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga meminta kementerian terkait memperhatikan manajemen pengelolaan beras dalam menghadapi Pandemi Covid-19.
Karena menurutnya manajemen pengelolaan beras yang baik menjadi kunci dalam mengantisipasi dan mitigasi krisis pangan yang diprediksi oleh lembaga pangan dunia (FAO).
"Oleh sebab itu, sekali lagi kalkulasi secara detail. hitung betul secara detail mengenai ketersediaan stok, tentu dengan memperhitungkan stok di masyarakat, stok di penggilingan, stok di gudang dan stok di bulog," kata Presiden.