Niat Swafoto dengan Wiranto, Saksi Justru Rekam Momen Penusukan
Dia mengungkapkan insiden penusukan terhadap mantan Panglima ABRI itu terjadi secara tiba-tiba.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Siti Asiah (23), seorang mahasiswa merekam menggunakan telepon genggam peristiwa penusukan mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkoplhukam) Wiranto, di Alun-Alun Menes, Pandeglang, Banten, pada 10 Oktober 2019.
Dia mengungkapkan insiden penusukan terhadap mantan Panglima ABRI itu terjadi secara tiba-tiba.
Dia sempat mengabadikan momen itu, karena sebelumnya sudah mempersiapkan telepon genggam untuk mengajak swafoto Wiranto.
Baca: Pelaku Penusukan Wiranto di Banten Meminta Maaf
“Saya mau minta selfie. Belum sempat minta selfie, Pak Wiranto jatuh (terjadi karena penusukan,-red)” kata Siti, saat memberikan keterangan terkait kasus penusukan Wiranto, di ruang sidang Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat, pada Kamis (30/4/2020).
Dia mengaku merekam peristiwa itu menggunakan telepon genggam. Pada saat itu, dia berada di depan mobil yang ditumpangi Wiranto.
“Saya di depan mobil. Saya melihat yang menusuk laki-laki. Istrinya (laki-laki penyerang Wiranto,-red) menyerang. Saya kaget melihat kejadian itu. Kejadian (berlangsung,-red) cepat,” ujarnya.
Masrizal, selaku ketua majelis hakim, di persidangan sempat menanyakan apakah Siti Asiah merekam semua peristiwa tersebut.
“Apa saksi terus merekam saat Wiranto terjatuh?” tanya dia.
Siti merekam semua peristiwa tersebut.
“Saya terus merekam sampai pelaku ditangkap,” kata dia.
Baca: Jadi Korban Penusukan, Wiranto Dijadwalkan Akan Jadi Saksi Dalam Persidangan Pekan Depan
Sementara itu, tim Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Agung sempat memperlihatkan beberapa rekaman di persidangan kepada Siti Asiah.
“Kami menunjukkan beberapa video. Coba jelaskan video itu,” tanya Jaksa.
“Itu rekaman saya. Saya mengambil video sambil lari,” jawab Siti.
“Video berikutnya?” tanya Jaksa.
“Rekaman saya itu pak. Sesuai, tidak ada perubahan,” jawab Siti.
Baca: Hakim Dengarkan Keterangan 3 Saksi Terkait Kasus Penusukan Eks Menkopolhukam Wiranto
Selain Siti, M. Dede Rohimudin, perangkat desa, juga merekam peristiwa itu. Dia merekam menggunakan handycam.
Untuk diketahui, pada Kamis ini, sidang beragenda pemeriksaan saksi. Jaksa Penuntut Umum meminta keterangan empat orang saksi.
Mereka yaitu, Siti Asiah, M. Dede Rohimudin, Nana Suryana, dan Ella Radatul. Nana Suryana dan Ella Radatul merupakan tetangga pelaku penusukan Wiranto.
Para saksi itu memberikan keterangan dari Mapolres Pandeglang. Sementara itu, Majelis Hakim, Penasihat Hukum, dan Jaksa Penuntut Umum berada di ruang sidang PN Jakarta Barat.
Untuk diketahui, Syahrial Alamsyah (51) alias Abu Rara, pelaku penusukan terhadap mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, didakwa telah melakukan tindak pidana terorisme. Selain Syahrial, Fitria Diana alias Pipit, istrinya, juga dijerat tindak pidana tersebut.
"Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut Pasal 15 juncto Pasal 6 juncto Pasal 16 A Undang-undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-undang," ujar JPU Herry Wiyanto, saat membacakan dakwaan Kamis (9/4/2020).
Di surat dakwaan itu, JPU mengungkapkan, pasangan suami-istri itu mengetahui mantan Menkopolhukam Wiranto akan berkunjung ke wilayah Menes, Pandeglang, Banten, pada Kamis 10 Oktober 2019.
Baca: Presiden Ingatkan Kementerian Prioritas Kartu Pra-Kerja untuk Korban PHK
Setelah mengetahui akan ada kunjungan Menkopolhukam Wiranto, terdakwa Syahrial menyampaikan kepada Fitria tentang rencana untuk melakukan penyerangan terhadap Wiranto. Syahrial mengajak Fitria dan seorang anaknya.
Untuk menyerang mantan Panglima ABRI itu, Syahrial memberikan dua bilah pisau kepada istrinya dan anaknya. Kemudian mereka berangkat untuk menyerang Wiranto di Alun-alun Menes.
Pada saat Wiranto bersalaman dengan Kapolsek Menes Kompol Dariyanto, terdakwa melakukan penyerangan dengan menggunakan pisau kunai. Aksi itu kemudian diikuti istrinya. Sedangkan, anaknya melarikan diri ketika mengetahui orang tuanya ditangkap.
Baca: Penjelasan Mendengar Bacaan Al-Quran dari Smartphone Mendapatkan Pahala
Akibat serangan itu, Wiranto mengalami luka terbuka di perut sebelah kiri dan luka di lengan kiri akibat senjata tajam. Sementara, Kompol Dariyanto menderita luka terbuka di bahu kiri dan siku tangan kiri, kemudian korban H. A Fuad Syauqi mengalami luka tusuk di dada kanan dan kiri.
Atas perbuatan itu, JPU menilai, terdakwa telah melakukan permufakatan jahat, persiapan, percobaan atau pembantuan untuk melakukan tindak pidana terorisme, dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional dengan melibatkan anak.